PADANG (RP) - Akhirnya, berkat kekuasaan Allah SWT lah, jasad Aidil Akbar Walsya berhasil ditemukan di tengah kumandang azan Shalat Zuhur, kemarin (7/10). Jasad Aidil ditemukan tertelungkup dalam dinginnya pasir tepi banda bakali, tepatnya sekitar 100 meter arah hulu jembatan Siteba, Nanggalo.
Rasa haru menyelimuti RSUP M Djamil Padang, pukul 14.00.
Orangtua Aidil, Wismar terlihat terduduk di bangku luar ruang otopsi.
Reka, paman Aidil, bolak-balik dengan handphone tak lepas
dari telinganya. Beberapa rekan Aidil, berdiri termangu menanti
proses otopsi selesai. Semuanya larut dalam kesedihan.
Wismar mengenakan kaos kuning berkerah dipadu celana
panjang abu-abu, hanya bisa pasrah menerima musibah menimpa anak
tersayangnya. “Saya ikhlas, dan percaya pada Tuhan. Ini merupakan
garis tangan, dan ini tentunya sudah jalan terbaik,” ungkap Wismar
ketika Padang Ekspres (Riau Pos Group) berbincang-bincang dengannya.
Selama perbincangan, Wismar berupaya tabah menerima
kenyataan ini. Namun Wismar tetaplah manusia biasa, dia tetap saja tak
bisa menyimpan kesedihan. Matanya berkaca-kaca, wajahnya sabak seperti
bertarung melawan tangis.
Tampak bibirnya bergetar seperti melafaskan sesuatu tak
tertahankan. Terlihat, ia menggumamkan kalimat,
“Allah….Allah…Allah…!” berkali-kali. Tak lama, dia menaruh kedua
tangannya di kepala sembari menutup matanya. Namun Wismar kembali
menutupi keperihan, tatkala Reka menghampirinya. Keduanya terlihat
membicarakan prosesi selanjutnya, termasuk prosesi pemakaman Aidil.
Di tengah-tengah menunggu otopsi, beberapa rekan Aidil
berbincang-bincang perihal kebaikan sang sekretaris Mapala itu. “Aidil
sosok yang baik, beliau memilih jurusan Ekonomi untuk menumbuhkan
ekonomi kampungnya,” ungkap salah seorang pemuda tersebut.
Pemuda lain mengatakan, Aidil sosok pendiam. Namun
jangan sekali-kali mengusiknya, karena Aidil begitu kritis dan bijak
dalam bertindak. “Saya pernah sekali tertegun saat berdebat dengan
beliau, semua jurus telah saya keluarkan dalam berdebat. Namun Aidil,
juga punya segudang jurus membuat saya tidak lagi bisa bicara,”
ungkapnya.
Angga, salah seorang teman dekat korban, juga memiliki
pandangan sendiri terhadap rekan satu jurusannya ini. “Aidil
satu-satunya mahasiswa Akuntansi angkatan 2011 Unand yang bergabung
dan menjadi anggota Mapala. Di Mapala, Aidil juga tergolong rajin,
serta banyak prestasi di kampus,” ujar Angga.
Dua hari sebelum hanyut, menurut Angga, Aidil duduk di
depan dan tidur saat perkuliahan berlangsung. Padahal, Aidil jarang
duduk di depan saat belajar di kampus, dan tidak pernah tidur saat
kuliah. ”Dua minggu sebelum tragedi itu, Aidil sempat bergurau dan
membalas SMS saya, bahwa dia saat itu sedang berada di bawah pohon kayu.
Sebelumnya, beliau tidak pernah bercanda,” jelas Angga.
Di tengah penantian proses otopsi selesai, seorang pria bersorban menghampiri Padang Ekspres, ia bertanya, “siapa yang meninggal?” Padang Ekspres pun menceritakan insiden Aidil dari awal hingga ditemukan.
Pria itu terdiam sejenak, sejurus kemudian membacakan
secarik hadist dari Uqbah ibn Amir, bahwa Rasulullah SAW bersabda.
“Ada lima perkara, barangsiapa mati karena lima perkara tersebut, maka
ia terhitung mati syahid. Kelima perkara itu adalah orang yang
terbunuh fii sabilillah, orang mati tenggelam, orang mati
karena penyakit perut, orang mati karena wabah kolera, dan wanita
mati karena melahirkan termasuk syahid fii sabilillah,” papar pria bersorban mengaku ingin melihat sahabatnya tengah sakit.
Sebelum berlalu, pria itu mengatakan beruntunglah Aidil, karena termasuk salah satu dari lima perkara manusia dijanjikan Tuhan mati dalam keadaan syahid itu. ”Subhanallah…. Tolong kabari kepada keluarganya, berbahagialah, anaknya meninggal dalam keadaan syahid,” ujar pria itu sambil berpamitan. (cr2/y)