Media Mainstream Tak Segera Bertransformasi Digital, akan Tumbang

Nasional | Sabtu, 07 Desember 2019 - 18:24 WIB

Media Mainstream Tak Segera Bertransformasi Digital, akan Tumbang
Nara sumber seminar Future of Media menekan tombol secara bersama tanda dibukanya secara resmi Tempo Media Week 2019, Sabtu (7/12-2019)deslina riaupos.

JAKARTA(RIAUPOS. CO) - Tempo Media Week yang ikut disponsori PT Chevron Indonesia sejak pertama hingga memasuki tahun ketiga  berlangsung hari ini, Sabtu(7-12-2019) di Perpustakaan Nasional Jakarta Pusat hadirkan sesuatu yang memberikan spirit kepada kalangan milenial dari paparan sejumlah ilmuwan dan peneliti muda yang berprestasi dan sangat inspiratif.

Salah satu agenda yang cukup menyedot kalangan milenial dan Z serta sejumlah insan pers adalah seminar "Future of Media," bagaimana masa depan media yang ada saat ini bisa bertahan dalam gempuran media digital dan sosial media.


Hadirnya para alumni koran Tempo, diantaranya  Nezar Patria yang juga Pimpinan Redaksi Jakarta Pos menegaskan, bahwa saat ini sulit memprediksi media mainstream untuk lima tahun ke depan, alasannya karena gempuran media digital yang mampu memberikan apa yang diinginkan penggunanya.

Jika tak segera bertransformasi digital bukan tidak mungkin industri ini akan gulung tikar, dan itu sudah banyak. Namun kondisi ini menurut Nezar normal saja, bagian dari persaingan di era baru, tinggal berusaha menyesuaikan sehingga ada keseimbangan baru dan bisnis mampu bertahan, salah satunya memperbaiki konten yang ada selama ini, sebagai sumber pendapatan baru.

Sementara Setri Yasra, Pimpinan Redaksi Tempo.Co katakan, bagaimana salah satu upaya mempertahankan masa depan perusahan media akibat gempuran era digital? Salah satunya, bisa disiasati dengan melakukan pengurangan penempatan awak redaksi di berapa daerah, tapi disiasati berkaloborasi dengan wartawan media yang ada di daerah, terutama liputan investigasi di daerah tersebut.

"Menempatkan korespoden diberapa daerah saat ini sudah tak saatnya lagi, justru lebih efektif bekerjasama dengan media yg ada di daerah, terutama liputan investigasi kasus yang ada di sana.

Bahkan dikatakan Sestri,  tugas jurnalistik investigasi yang dilakukan  wartawan di daerah  ini,  biaya secara penuh ditanggung, diawali  pembekalan teknik liputan di lapangan.

Selain itu, Tempo juga memberikan izin sekiranya media lokal itu ingin menerbitkannya juga. Tapi kalau takut resikonya, Tempo yang akan menerbit secara utuh, " Setri.

Sedangkan Metta Dharmasaputra, pendiri Katadata mengatakan,  banyak eksperimen yang bisa diambil. Salah satunya,  mendirikan divisi baru non redaksi yang menseriusi mengarap konten-konten yang sesuai era digital.

Jadi bukan soal kuantitas konten diperbanyak, tapi  fokus pada konten sedikit  tapi  berkualitas.

Selain tiga narasumber diatas, juga ada pembicara satu satunya perempuan yaitu, Citra Dyah Prastuti.

Dyah yang juga pimpinan redaksi Kantor Berita Radio(KBR) lebih memberikan saran, bahwa siaran radio  harus bisa mengimbangi lajunya era digital dengan membuat juga konten konten siaran digital, sehingga mampu merebut pangsa milenial yang tak  bisa lepas dari gadget, salah satu podcas.

"Kalau radio konvensional siaran sangat terikat oleh jadwal. Kelewat dari jadwal tak bisa didengar lagi, namun di Pods cas, berupa siaran tunda tayangan obrolan ringan  ini bisa didengar kapan saja melalui gadget.

Tempo Media Week 2019, yang sudah berlangsung selama tiga tahun ini dihadiri sekitar 20 komunitas. Sejumlah bisnis kuliner, master class, dan diskusi bisnis.

Selain itu juga menghadirkan beberapa peneliti muda Indonesia dalam seminar Indonesia 2045: Meet Young Scientists.

“Kami menghadirkan para ilmuwan dan peneliti muda yang berprestasi dan inspiratif,” kata Direktur Tempo Institute, Qaris Tajudin di acara pembukaan Seminar Future of Media.

Qaris menuturkan, para ilmuwan muda yang unjuk presentasi dalam seminar kemarin  adalah Rara Sekar dan Ben Laksana, Muhammad Faisal, Ibnu Nadzir, Yessie Widya Sari, dan Muhammad Rheza.

Para ilmuwan muda ini mempresentasikan ide-ide dan apa yang sudah dikerjakannya sesuai bidang mereka. Rara Sekar dan Ben Laksana  berbicara risetnya soal, Definisi Sukses Anak Muda Hari Ini. Bekas personel Banda Neira ini bersama suaminya sudah lama melakukan beragam penelitian karena profesi mereka sebagai peneliti lepas. Adapun Ben adalah pengajar di Intenational University Liasion Indonesia.

Penulis/editor Deslina









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook