JAKARTA (RIAUOS.CO) - Dalam beberapa kasus Covid-19, pasien masih merasakan gejala meski sudah dinyatakan negatif dari virus SARS-CoV-2. Kondisi tersebut dikenal dengan long Covid-19. Hal itu tetap harus diwaspadai pasien ketika gejala sisa Covid-19 masih muncul lebih dari tiga bulan.
Dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dr Alfian Nur Rosyid SpP (K) FAPSR FCCP mengatakan, long Covid-19 adalah sisa gejala Covid-19 yang dialami pasien. Gejala-gejala tersebut masih dirasakan meski pasien sudah menjalani karantina atau isolasi 14 hari.
"Kondisi long Covid-19 biasanya dirasakan pasien dengan gejala yang masih tersisa dari virus SARS-CoV-2. Meski, pasien sudah dinyatakan sembuh," katanya.
Alfian menuturkan, umumnya long Covid-19 terjadi di pernapasan. Contohnya, keluhan pernapasan dengan ditandai batuk berdahak hingga sesak napas yang kerap kali muncul.
Selain itu, pasien yang mengalami long Covid-19 merasakan keluhan pada organ lain. Contohnya, badan masih terasa capek, lemas, sakit kepala, hingga diare. "Biasanya sisa gejala Covid-19 tersebut lebih berkurang dibandingkan pada saat masih terpapar virus," tuturnya.
Long Covid-19, lanjut dia, dapat terjadi 1/3 hingga 2/3 kasus. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan gejala sisa pada wabah SARS dan MERS. Di beberapa jurnal dan literatur juga disebutkan bahwa penyebab long Covid-19 berhubungan dengan faktor usia. "Biasanya terjadi pada pasien penyintas Covid-19 yang usia tua. Dia bisa masih mengalami gejala meski sudah negatif," ujarnya.
Alfian menjelaskan, long Covid-19 juga berhubungan dengan derajat berat dan ringan pasien ketika dirawat karena Covid-19. Khususnya ketika pasien memiliki komorbid. Termasuk terjadinya pneumonia pada paru-paru. "Pada pasien yang sempat dirawat di ICU (intensive care unit) dan mengalami badai sitokin, kondisi tersebut juga dapat merusak paru dan sel lainnya," jelasnya.
Sel-sel pasien tersebut bisa rusak meski hasil swab sudah negatif. Sel yang rusak itu tidak bisa kembali sempurna dan menyisakan gejala pada penyintas Covid-19. Risiko long Covid-19 juga dapat terjadi pada pasien dengan riwayat peminum alkohol. "Kebiasaan meminum alkohol dapat merusak sel tubuh. Jadi, fungsi liver, paru, dan organ lain juga terganggu," katanya.(jpg)