NASIONAL

Atasi Long Covid, Aktifkan Tubuh dengan Bergerak

Nasional | Kamis, 07 Oktober 2021 - 13:38 WIB

Atasi Long Covid, Aktifkan Tubuh dengan Bergerak
Seorang Polwan Polda Riau memberikan masker kepada pedagang di pasar yang tidak memakai masker saat berjualan, baru-baru ini. (POLDA RIAU FOR RIAUPOS.CO)

BAGIKAN



BACA JUGA


JAKARTA (RIAUOS.CO) - Dalam beberapa kasus Covid-19, pasien masih merasakan gejala meski sudah dinyatakan negatif dari virus SARS-CoV-2. Kondisi tersebut dikenal dengan long Covid-19. Hal itu tetap harus diwaspadai pasien ketika gejala sisa Covid-19 masih muncul lebih dari tiga bulan.

Dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dr Alfian Nur Rosyid SpP (K) FAPSR FCCP mengatakan, long Covid-19 adalah sisa gejala Covid-19 yang dialami pasien. Gejala-gejala tersebut masih dirasakan meski pasien sudah menjalani karantina atau isolasi 14 hari.


"Kondisi long Covid-19 biasanya dirasakan pasien dengan gejala yang masih tersisa dari virus SARS-CoV-2. Meski, pasien sudah dinyatakan sembuh," katanya.

Alfian menuturkan, umumnya long Covid-19 terjadi di pernapasan. Contohnya, keluhan pernapasan dengan ditandai batuk berdahak hingga sesak napas yang kerap kali muncul.

Selain itu, pasien yang mengalami long Covid-19 merasakan keluhan pada organ lain. Contohnya, badan masih terasa capek, lemas, sakit kepala, hingga diare. "Biasanya sisa gejala Covid-19 tersebut lebih berkurang dibandingkan pada saat masih terpapar virus," tuturnya.

Long Covid-19, lanjut dia, dapat terjadi 1/3 hingga 2/3 kasus. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan gejala sisa pada wabah SARS dan MERS. Di beberapa jurnal dan literatur juga disebutkan bahwa penyebab long Covid-19 berhubungan dengan faktor usia. "Biasanya terjadi pada pasien penyintas Covid-19 yang usia tua. Dia bisa masih mengalami gejala meski sudah negatif," ujarnya.

Alfian menjelaskan, long Covid-19 juga berhubungan dengan derajat berat dan ringan pasien ketika dirawat karena Covid-19. Khususnya ketika pasien memiliki komorbid. Termasuk terjadinya pneumonia pada paru-paru. "Pada pasien yang sempat dirawat di ICU (intensive care unit) dan mengalami badai sitokin, kondisi tersebut juga dapat merusak paru dan sel lainnya," jelasnya.

Sel-sel pasien tersebut bisa rusak meski hasil swab sudah negatif. Sel yang rusak itu tidak bisa kembali sempurna dan menyisakan gejala pada penyintas Covid-19. Risiko long Covid-19 juga dapat terjadi pada pasien dengan riwayat peminum alkohol. "Kebiasaan meminum alkohol dapat merusak sel tubuh. Jadi, fungsi liver, paru, dan organ lain juga terganggu," katanya.(jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook