JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Langkah Polri dalam mengamankan pilkada perlu diperbaiki. Salah satu alasannya, polemik Brimob bersenjata yang mendatangi kantor DPD partai Gerindra Jawa Tengah, Sabtu (5/5). Langkah pengamanan tersebut justru diterjemahkan berbeda. Bahkan, terkesan bisa dipolitisasi.
Ketua Presidium Indonesian Police Wacth Neta S Pane menuturkan, kedatangan Brimob yang bersenjata ke sebuah kantor partai itu malah menimbulkan benturan politik. Indikasinya juga bisa menimbulkan keresahan.
”Maka pengamanan dengan metode semacam itu kurang tepat,” terangnya.
Bila kepolisian memang mengendus sesuatu terjadi di sekitar kantor DPD Gerindra, maka alangkah baiknya bila yang turun tangan bukan Brimob, yang merupakan pasukan pemukul Polri. ”Namun, bisa menempuh jalan lain, seperti operasi intelijen,” jelasnya.
Sehingga, proses pengamanan yang dilakukan tidak menimbulkan riak di belakang hari. Tidak ada tanda tanya dari masyarakat mengapa ada pengamanan semacam itu.
”Publik bisa bingung mengapa Brimob ke kantor partai,” jelasnya.
Menurutnya, metode pengamanan yang tepat tentunya akan kian merawat pemahaman bahwa Polri selama ini independen, profesional dan proporsional dalam menjaga keamanan.
”Jangan sampai metode pengamanan yang dilakukan justru bertolak belakang dengan tugas utama Polri, menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat,” ungkapnya.
Sementara Kepala Divisi Hukum dan HAM Kontras Arif Nur Fikri menuturkan, kehadiran seorang anggota Brimob dengan membawa senjata itu sebenarnya bisa memberikan rasa intimidasi kepada masyarakat. Kondisi itu harus dipahami setiap anggota kepolisian. ”Maka, perlu langkah lainnya,” ujarnya.
Misalnya, dengan mendatangkan anggota polisi biasa, yang senjatanya tidak terlalu mencolok. Memang langkah pengamanan perlu, namun juga perlu terukur agar masyarakat tidak kaget.
”Kalau Brimob turunnya saat genting, kan pasukan khususnya Polri,” terangnya.
Menurutnya, perlu untuk melakukan evaluasi pengamanan pilkada yang lebih humanis. Sehingga, kedatangan anggota polisi benar-benar memberikan rasa aman.
”Kalau dengan senjata yang besar datang mengamankan ke tempat yang tidak ada konflik atau tidak ada sesuatu, justru menimbulkan tanda tanya,” tuturnya.(idr/jpg)