SIANTAR (RP) - Ratna Ayuni (51) nyaris dibunuh putra kandungnya sendiri, Roy Haloho (28) hanya gara-gara ngobrol dengan pria lain.
Menuduh ibunya selingkuh, tanpa pikir panjang dia mengancam dengan pisau dapur dengan melekatkan pisau itu di lehernya. Bila saja warga tak cepat bertindak, entah apa jadinya Ratna sekarang.
Peristiwa itu dialami Ratna saat berdagang nasi di rumahnya Jalan Sangnawaluh, Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur atau persisnya di loket Karya Agung, Senin (6/5) sekitar pukul 12.00 WIB.
Usai berbincang dengan seorang supir berinisial SR (48), tiba-tiba putra ketiga dari empat bersaudara itu mengamuk dan menuduhnya selingkuh. Terang saja tuduhan anaknya itu dibantahnya. Pertengkaran mulutpun terjadi hingga mengundang perhatian warga sekitar.
Tapi tiba-tiba Roy berlari ke arah ke ruangan tengah rumah yang sekaligus tempat berdagang warung nasi itu dan mengambil sebilah pisau pemotong buah. Bahkan tak menduga, Roy langsung menempelkan pisau itu ke leher ibunya, Ratna, seraya memaksanya mengaku selingkuh.
"Ngaku kau, selingkuh kau kan. Tak tau diri kau, melonte kau kan," kata Roy seperti penuturan Ratna saat ditemui di Polsek Siantar Timur.
Roy yang dipenuhi tato di kedua lengan dan punggung serta dadanya itu, menurut Ratna sudah kerab menyusahkannya dengan beberapa kali diancam dibunuh. Padahal, tuduhan selingkuh sama sekali tidak benar meski dirinya sudah menjanda lebih 12 tahun lamanya.
Ia hanya fokus berdagang justru untuk kebutuhan Roy yang setiap hari memaksa dirinya harus memberi uang jajan sebesar Rp30 ribu sampai Rp100 ribu per hari. Jika tidak ada, ancaman bunuh itu akan dilontarkan Roy baik secara langsung maupun melalui pesan singkat lewat Handphone.
Padahal, kata Ratna ditemani menantu dan putrinya, pria yang dituduhkan Roy itu tak lain adalah pelanggan di warung nasinya. Selain itu, perbincangannya dengan SR, hanya mendiskusikan uang koperasi yang sudah beberapa hari telat dibayar Ratna. Namun Roy melihat lain dan menuduhnya telah selingkuh.
Karena membantah, Roy yang mengecam pendidikan SMA dari sekolah swasta itu malah mengamuk dan mengancamnya menggunakan pisau. Akibatnya, leher Ratna sebelah kiri mengalami luka gores karena sempat beberapa kali hendak ditusukkan Roy.
"Macam disandralah aku diancamnya dari belakang. Seperti orang yang baru merampok itu. Kalu menjerit, pisau yang sudah lengket di leher itu akan ditusukkan," tutur Ratna dengan mata berkaca-kaca.
Sebelumnya, Roy juga pernah mengamuk saat hari ulang tahunnya yang ke 28, persisnya 15 April lalu. Jelang ultah itu, Roy minta dibelikan sepedamotor Satria FU. Jika tidak, dia akan membunuh Ratna.
Karena keuntungan dari dagangan nasi hanya pas-pasan, permintaan Roy terpaksa ditunda. Tapi naas, Roy yang pernah mendekam di penjara karena kasus narkoba itu malah benar-benar nekad mengambil parang dan mengejar-ngejar Ratna hingga keluar rumah.
Atas kejadian itu, lebih sepekan Ratna tidak berani pulang ke rumah dan memilih menginap di rumah keluarga. Barulah setelah Roy mengirim pesan singkat lewat Handphone, memintanya kembali ke rumah bahkan mengingatkan pelanggan warung nasinya sudah banyak bertanya-tanya. Tapi dengan syarat, Roy tidak macam-macam. Barulah Ratna berani kembali ke rumah hingga beraktifitas seperti semula.
Selain Ratna, Marina Nova (24), saudari kandung Roy, ketika ditemui di warung Nasi Bunda, tempat korban berdagang, mengaku kejadian itu sudah kerap terjadi. Bahkan pernah disiksa Roy lantaran membela ibu kandungnya saat dimaki-maki Roy dengan bahasa kotor dan tuduhan yang macam-macam.
"Aku dijambak dan dipijak-pijak si Roy itu Bang. Memang dia itu murah tersinggung. Semenjak beberapa kali merantau ke Pekanbaru. Akupun yakini dia (Roy) sudah dipengaruhi narkoba," kata Nova.
Parahnya lagi, lengan kiri Ratna pernah patah, juga akibat ulah Roy yang beradu fisik dengan abangnya (Anak pertama Ratna). Karena hendak melerai, Roy justru mendorongkan tubuh Ratna hingga jatuh ke parit. Ironinya, Roy dengan kasanya menindih tubuh Ratna yang mengakibatkan lengan kiri patah. Sejak saat itu, Ratna memilih untuk berhati-hati menghadapi Roy.
"Tinggal si Roy itu belum menikah, tapi jangankan menikah, berpikir waras aja kami sudah bersyukur. Bagaimanalah ya Bang caranya supaya si Roy itu lama dipenjara. Bisa-bisa dibunuhnya kami sekeluarga," kata Nova.
Sedangkan Juniarta (26), pekerja korban yang turut menjadi saksi dalam laporan Ratna di Polsek Siantar Timur, sempat nyaris pingsan saat menyaksikan langsung bagaimana Roy menempelkan pisau buah itu di leher tokenya. Bahkan sempat membujuk, Roy malah mengancam balik akan membunuh dirinya. Takut terjadi apa-apa, Juniarta minta tolong ke tetangga dan beberapa warga di sekitar warung makan tempatnya bekerja.
"Kalau saja tak ada abang-abang (warga) itu, mungkin sudah dibunuhnya bosku (Ratna) itu. Uda gila (Roy) itu bang," kata Juniarta.
Namun warga saat itu tidak berani bertindak sembrono dan masih terlihat membujuk Roy untuk melepaskan pisau yang sudah ditempelkan ke leher Ratna. Hanya hitungan 15 menit, Kapolsek Siantar Timur AKP Altur Pasaribu tiba di lokasi dan langsung melepaskan pisau tersebut tanpa disuruh.
"Begitu saya dan anggota tiba di TKP, dia (Roy) langsung melepaskan pisaunya dan kita amankan," kata Altur ketika dikonfirmasi.
Saat menerima laporan keributan di Warung Bunda Jalan Sangnawaluh, Siantar Timur hingga langsung terjun ke lokasi. Tidak ada perlawanan berarti dari pelaku hingga langsung memboyongnya ke Polsek Siantar Timur. Bahkan korban memutuskan membuat laporan atas perbuatan anak kandungnya hingga korban disarankan visum terlebih dahulu.
"Penyelidikan sementara, pelaku diancam pidana penganiayaan," kata Altur.
Sementara Roy di balik terali bersi sel tahanan Polsek Siantar Timur membantah perbuatannya seperti laporan ibu kandung ke polisi. Bahkan ia kesal karena ibu kandung selingkuh dengan pria lain. "Ibuku selingkuh dengan tentara, siapa terima," kata Roy.
Bahkan pemuda pengangguran ini beberapa kali menjerit minta diampuni oleh Ratna yang sedang diperiksa oleh penyidik.
"Ibu, maafkan aku. Keluarkan aku bu," kata Roy seraya menangis minta dibebaskan. (dho/rpg)