DUMAI (RP) - Pendistribusian bahan bakar gas elpiji tabung 3 Kg masih sangat sulit didapatkan oleh masyarakat pada Senin (6/1). Di mana diakui sejumlah pemilik Pangkalan elpiji tabung 3 Kg mengalami kekosongan stok.
Seperti yang disampaikan Suherman sebagai pemilik pangkalan elpiji di Jalan Bukit Datuk Lama, Kelurahan Bukit Datuk, Dumai Selatan kepada Dumai Pos Senin (6/1) pagi.
Pendistribusian elpiji tabung 3 Kg di pangkalannya mengalami kekosongan stok, di mana kondisi seperti ini telah terjadi sejak parayaan Idul Fitri 1434 H.
“Stok elpiji tabung 3 Kg saat ini kosong, banyak warga yang tidak kebagian stok elpiji, kita dapat pasokan elpiji dari agen hanya 20 tabung, itu pun kita dapat bukan tiap hari, kadang-kadang dua hari sekali,” ungkap Herman seraya menambahkan di pangkalannya di waktu normal memasok gas elpiji 3 Kg untuk 700 konsumen.
Selanjutnya, atas kondisi stok elpiji di pangkalan miliknya yang diakui Suherman tak mengetahui persisi apa permasalahannya, Suherman berharap kepada pihak Pertamina untuk melakukan penambahan stok dalam pendustribusian khususnya di Kota Dumai.
Sehingga kondisi ini tidak dialami warga berlarut-larut dan dapat berdampak kerugian terhadap masyakat, dan usaha pangkalan elpiji miliknya tersebut.
“Tak tahu juga apa permasalahannya, yang jelas, kalau kemarin, berapa saja yang kita minta ke agen, selalu ada namun sekarang tidak begitu, sulit mendapatkan stok elpiji,” kata Suherman. Selain itu stok elpiji 3 Kg dipangkalan miliknya di jualkan kepada masyarakat dengan harga Rp17.000.
Selanjutnya, Suharti, pedagang di Jalan Bukit Datuk Lama, Kelurahan Bukit Datuk mengakui sangat sulit untuk mendapatkan pasokan elpiji tabung 3 Kg untuk usahan berjualannya tersebut.
Di mana, untuk mendapatkan pasokan gas, dirinya terpaksa berkeliling keseluruh panggalan hingga larut malam untuk mendapatkan pasokan gas.
“Susah sekali mau mendapatkan gas sekarang ini, malam tadi saja, saya sampai malam-malam mencari gas dengan anak saya, akhirnya dapat di warung disana (warung klontong dikawasan Kelurahan Bumi Ayu) mahal pulak tu, harga nya 20 ribu,” keluh Suharti.
Meskipun demikian, peningkatan harga dari Rp17 ribu harga normal menjadi Rp20 ribu terpaksa dialami Suharti.
Di mana dirinya terpaksa membeli dengan harga tersebut, karena dirinya harus tetap berjualan sebagai penghasilan dalam mencukipi kebutuhan keluarganya.
“Ya, mau gak mau aja membelinya, kalau tidak membeli, kita ngak bisa berjualan. Kalau tak ada gas macam mano nak menggoreng ini semua,” tukasnya yang saat itu memperlihatkan jenis berjualannya tersebut.(y/eca)