JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mendekati psikologis baru Rp 15 ribu dinilai dalam batas kewajaran.
"Hanya para pengkhianat yang bernafsu ekonomi nasional hancur. Sampai sejauh ini, gejolak rupiah masih dalam batas kewajaran, badai pasti berlalu," kata Ketua Progres 98, Faizal Assegaf di Jakarta, Rabu (4/9).
Menurutnya, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih jauh lebih baik ketimbang saat krisis 1998.
Saat krisis 1998, hampir seluruh indikator ekonomi Indonesia menunjukkan kondisi yang tidak baik. Contohnya, pertumbuhan ekonomi yang minus dan inflasi yang melambung tinggi.
Pertumbuhan pada tahun 1998 minus 13,1 persen. Nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.650 per dolar padahal IHSG pada saat itu hanya 256. Di 2018, ekonomi terus tumbuh menjadi 5.7 persen.
Saat 1998 cadangan devisa Indonesia hanya 17,4 miliar dolar AS dan kredit bermasalah atau Nonperforming Loan (NPL) luar biasa tinggi hingga 30 persen.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku heran dengan sejumlah pihak yang membandingkan kondisi pelemahan rupiah saat ini dengan krisis ekonomi tahun 1998.
Meski nilai tukar rupiah sama-sama tembus Rp 14.800 per dolar AS, namun ia menegaskan bahwa kondisinya jauh berbeda.
"Jangan dibandingkan Rp 14.000 sekarang dengan 20 tahun lalu," kata Darmin usai rapat membahas pelemahan rupiah yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/9).
Darmin memastikan, fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Berbagai kebijakan yang selama ini diambil tetap akan dipertahankan.