23 Kali Gempa Susulan

Nasional | Sabtu, 06 Juli 2013 - 07:53 WIB

ACEH (RP) - Trauma warga Aceh belum berakhir. Tercatat 23 kali gempa susulan terjadi setelah gempa berkekuatan 6,2 SR menggoyang Selasa (2/7/2013) lalu. Begitu juga dampaknya yang besar.

Kemarin, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data jumlah baru pengungsi di dua kabupaten tersebut mencapai 16.000 jiwa.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Meski begitu, BNPB menjamin stok logistik cukup untuk sepekan ke depan.

Untuk korban manusia, BNBP menyatakan telah ditemukan 35 orang meninggal, 8 hilang, 275 orang luka-luka, 4.292 rumah rusak, dan 83 bangunan fasilitas umum rusak. Dari 35 orang meninggal tersebut di Bener Meriah terdapat 9 orang dan 26 orang di Aceh Tengah.  

Korban gempa yang terbaru, empat orang anak ditemukan tewas tertimbun longsor di Desa Bah, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah.

Empat bocah malang itu, Isahdan (9), Zainuddin (12), Riski (9) dan Rian (9), ditemukan di bawah bukit yang ditunjukkan oleh keempat rekan mereka yang selamat.

Warga dan tim SAR pun mengunakan alat berat untuk menggali tanah hingga menemukan mereka dalam kondisi tidak bernyawa Kamis (4/7) petang.

Pengungsi terbanyak berada di Kabupaten Muara Rupit, yakni mencapai 12.500 orang. Selebihnya, 3.500 orang mengungsi di Aceh Tengah.

Sebagian besar tersebar di titik-titik pengungsian dan selebihnya bertahan di halaman rumah dengan membuat tenda-tenda darurat dengan bahan seadanya.

Kepala Pusat Data Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, rata-rata pengungsi masih enggan kembali ke rumahnya lantaran trauma.

Sebab, hingga kemarin gempa susulan masih terjadi di Aceh. “BMKG mencatat sampai saat ini ada 23 gempa susulan pascagempa 6,2 Skala Richter Selasa (2/7) lalu,” terangnya Jumat (5/7).

Sedikitnya 40 ton tambahan logistik berupa makanan maupun perlengkapan darurat kemarin telah sampai ke Bener Meriah dan Aceh Tengah.

Logistik itu diangkut dari Banda Aceh, Medan, dan Jakarta menggunakan jalur darat maupun pesawat kargo serta Hercules TNI AU. Logistik itu berasal dari BNPB, kemensos, Bank Mandiri, dan BRI.

Logistik dari Medan berupa mie instan, sarden, biskuit, kecap, kopi, gula, teh, pembalut, bubur bayi, air mineral, popok bayi, dan logistik lain dengan jumlah total 16 ton.

Tiga ton logistik dikirim melalui jalur darat, sedangkan 13 ton lainnya diangkut Hercules milik TNI AU.

Dari Jakarta, bantuan sebanyak 24 ton diterbangkan kemarin pagi dari Lanud Halim Perdanakusumah menggunakan pesawat kargo. Tidak hanya logistik makanan yang dikirim, namun juga peralatan perlindungan dan penjernih air. “Kami juga mengirimkan 100 lembar kantong mayat,” jelasnya.

Penanganan korban diklaim BNPB cukup cepat karena jalur menuju lokasi evakuasi sudah bisa dilewati kendaraan kurang dari 48 jam pascagempa.

Tadinya, usai gempa utama dan susulan terjadi, sejumlah jalur logistik maupun evakuasi tertimbun longsor. Longsoran tanah itu disingkirkan excavator yang didatangkan Kementerian PU dari Medan.

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memberikan bantuan kepada korban gempa di Aceh. Bantuan tersebut berupa pembenahan jalan-jalan utama yang rusak dan pemberian fasilitas umum kepada para pengungsi.

Kedua jenis bantuan tersebut merupakan bantuan utama seperti yang disebutkan dalam rapat koordinasi antara Kepala Direktorat Jenderal Bina Marga, Djoko Murjanto dan Staf Ahli Menteri PU Bidang 1 Keterpaduan Pembangunan, Taufik Widjojono Jumat (5/7).

Taufik mengatakan bahwa saat ini Kementerian PU tengah fokus pada pembukaan jalan utama di dua kabupaten yang rusak akibat terkena dampak langsung gempa yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah.

“Jalan utama di dua kabupaten tersebut harus selalu terbuka, terutama di ruas jalan Bieren-Takengon dan ruas jalan lintas tengah,” katanya di Kementerian PU.

Taufik mengatakan bahwa upaya tersebut dilakukan agar dua kabupaten terdampak bencana tersebut tidak sampai terisolasi dari daerah lain. “Agar bantuan dari luar daerah dapat segera datang,” katanya.

Taufik menyebutkan titik-titik jalan yang rusak dari kedua kabupaten tersebut. Di Kabupaten Bener Meriah terdapat 7 titik jalan yang rusak sedangkan di Kabupaten Aceh Tengah terdapat 15 titik jalan rusak.

“Kerusakannya macam-macam. Ada yang terbelah, tertimbun longsoran, hingga badan jalan yang longsor sehingga tidah dapat dilalui kendaraan,” paparnya.

Dalam rapat koordinasi tersebut, Taufik menjelaskan bahwa dari 7 titik jalan yang rusak di Kabupaten Bener Meriah semuanya telah ditangani.

Sedangkan dari 15 titik jalan rusak di Kabupaten Aceh Tengah hanya 2 titik yang saat ini masih belum bisa dibuka karena kerusakannya yang cukup parah. “Perbaikannya belum sempurna 100 persen tapi setidaknya sudah bisa dilalui kendaraan,” katanya.

Selain itu Taufik mengatakan bahwa Kementerian PU juga turut menyokong kebutuhan dasar para pengungsi korban gempa Aceh.

Di antaranya memberikan fasilitas air minum, sanitasi (pembuangan limbah), dan tenda. “Kami telah mengirimkan 6 unit tangki air, 20 mobil MCK, dan 20 unit hidran umum,” paparnya.

Namun Taufik menyadari bahwa bantuan tersebut dirasa masih belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pengungsi korban gempa Aceh.

Oleh sebab itu pihaknya menyiagakan bantuan dari Medan untuk ditempatkan di dua kabupaten yang terkena dampak gempa yaitu 5 tangki air, 40 mobil MCK, dan 40 hidran umum.

Sementara itu berdasarkan pengamatannya langsung di lapangan, jumlah lokasi pengungsian tersebar di seluruh tempat. “Ada 35 lokasi yang teridentifikasi, masih akan bertambah,” katanya.

Menurutnya lokasi pengungsian tersebut masih sangat kekurangan kebutuhan dasar seperti air bersih dan sanitasi. “Diperlukan upaya lebih intens untuk menyediakan air bersih dan sanitasi,” katanya.

Sementara itu, Panglima Kodam Iskandar Muda, Zahari Siregar mengatakan kerusakan ditimbulkan diperkirakan 13 ribu bangunan rumah hancur, 150 diantaranya merupakan rumah ibadah.

Namun rumah hancur belum bisa dipastikan berapa korban, karena belum seluruh wilayah Aceh Tengah disisir sepenuhnya.

“Kami perkirakan masih ada korban belum ditangani,’’ sebut Panglima Kodam Iskandar Muda, Zahari Sirega saat memberikan bimbingan kepada warga Kota Takengon Aceh Tengah usai Salat Jumat di Mesjid Agung Ruhama, Jumat (5/7).

‘’Data kami menunjukkan lebih dari 150 rumah ibadah mengalami kerusakan sedang dan berat,’’ ujar Panglima seraya menghimbau warga Tanoh Gayo untuk tetap sabar dan mengambil hikmah dari bencana alam yang terjadi.

Selain itu, kata dia, sebanyak 400 unit tenda tambahan akan kembali didirikan untuk korban gempa di daerah dua kabupaten ini. ‘’Ada 200 personel Batalyon 114/SM sudah membantu penanganan tanggap darurat yang berpusat di posko gabungan Desa Blang Mancung Kecamatan Keto,’’ terangnya.

Secara bertahap penanganan tempat tinggal sementara di tenda-tenda akan terus kita benahi, nanti juga akan kita lengkapi dengan tempat tidur jenis field bed, agar warga dapat  beristirahat dengan lebih nyaman,cetus Zahari Siregar.

Melahirkan di Tenda Darurat

Jasmani, salah seorang ibu terpaksa melahirkan bayinya di tenda darurat tempat penampungan Desa Selun, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Jumat (5/7). Bayi dengan berat 4,2 Kg berjenis kelamin perempuan lahir normal dan sehat.

Saat melahirkan, Jasmani dibantu Bidan Puskesmas setempat, dengan peralatan seadanya. Tali pusar anaknya diikat pakai benang karung, lantaran peralatan medis di Puskesmas juga hancur.

Mendengar adanya seorang ibu yang baru melahirkan. Menkokesra Agung Laksono mengunjungi di tenda penampungan tempat Jasmani berada. Ia melihat bayi mungil anak pasangan Jasmani dan suaminya M Saleh itu dalam keadaan baik.

Agung Laksono langsung menamai si bayi dengan nama Cut Juliati, setelah diminta orangtuanya untuk memberikan nama. Bayi mungil Cut Juliati tampak lucu dan menggemaskan.

Ia lahir sehari setelah gempa berkekuatan 6,2 SR Selasa lalu, meluluhlantakkan Desa Selun, termasuk menghancurkan rumah orangtuanya di kawasan itu.

Di Kampung Bukit Rata Kecamatan Kute Panang, Kasmawati, salah seorang ibu yang sudah 3 hari bersalin, pasca gempa, belum mendapatkan perawatan dari tenaga medis. Dirinya hanya berbaring lemas dibawah tenda pengungsian.

‘’Di kampung kami ada seorang ibu melahirkan 3 hari yang lalu dan sampai sekarang belum ada pengobatan secara gratis dan sangat memprihatinkan,’’ kata warga setempat, Idris saat mendatangi Posko Siaga Bencana Sekdakab dini hari.

Selain keluhan itu, mereka meminta bantuan kepada pemerintah agar penyaluran bantuan secara merata. Kami pernah mendapatkan beras tiga karung dari dinas sosial, selanjutnya tidak ada lagi sampai saat ini, keluhnya seraya menambahkan saat ini mereka membutuhkan beras, obat-obatan, selimut dan tenda.

Dikatakan dia, memasuki hari ke 4 pasca gempa, jalur menuju desa mereka hingga saat masih terisolir.(byu/wan/dod/jpnn/ron/hpz)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook