(RIAUPOS.CO) -- Pemerintah memutuskan awal puasa atau 1 Ramadan jatuh pada hari ini (6/5). Keputusan itu diambil melalui sidang isbat yang digelar malam tadi (5/5). Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin berharap awal puasa yang bersamaan ini menjadi cerminan kebersamaan bangsa Indonesia. Lukman menuturkan sidang memutuskan awal puasa jatuh hari ini setelah ada laporan dari para perukyah di lapangan.
“Ada sembilan perukyah yang melaporkan melihat hilal. Kesaksian mereka di bawah sumpah,” kata politisi PPP itu.
Posisi mereka di antaranya di Bangkalan, Gresik, Lamongan, Kota Makassar, Brebes, dan Sukabumi. Dengan hasil itu, maka hasil analisis atau perhitungan hisab terkonfirmasi. Sebelumnya metode hisab, di antaranya diterapkan Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa jatuh pada 6 Mei.
Lukman menegaskan antara sistem rukyat dengan hisab tidak perlu dipertentangkan. Sebaliknya keduanya saling melengkapi. Untuk itu sudah menjadi tradisi bagi pemerintah, menggelar sidang isbat dengan mengakomodasi metode hisab serta rukyat. Dia berharap seluruh umat Islam bisa merawat kebersamaan dalam bulan Ramadan ini.
Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdullah Jaidi juga menyampaikan rasa syukur karena umat Islam di Indonesia bisa mengawali puasa dengan serempak. “In sya Allah terus dipertahankan supaya memulai awal puasa secara bersama-sama,” katanya.
Dia menuturkan bahwa Ramadan harus bisa membentuk karakter muslim sejati. Lalu juga mewujudkan kesalehan pribadi maupun sosial. Selain itu MUI berharap di tengah masa perhitungan suara pemilu 2019, bulan Ramadan bisa menghadirkan berkah. Kemudian juga bisa membuat semua pihak mengendalikan diri.
“Ramadan membawa berkah pada situasi politik yang aman, tentram, damai, dan kebersamaan,” katanya.
Sidang isbat diawali paparan posisi hilal oleh Cecep Nurwendaya dari tim Badan Hisab dan Rukyat Kemenag. Dalam paparannya tahun ini awal puasa, Idulfitri, dan Iduladha sama atau bebarengan. Potensi perbedaan baru terjadi pada Iduladha 2022 nanti. Kemudian pada 2023 akan ada perbedaan Idulfitri dan Iduladha. Lantas di 2024 giliran awal puasa yang berbeda. Pada umumnya perbedaan terjadi karena tinggi hilal saat dilakukan rukyat kurang atau di bawah dua derajat. Sehingga sulit diamati melalui rukyat. Berbeda dengan kemarin, di mana posisi hilal berkisar 4,5 derajat hingga 5,5 derajat di atas ufuk.
Sementara itu pemantauan hilal serentak yang dilakukan pengurus NU menunjukkan hasil yang sama. Stasiun pemantauan hilal di Indonesia Timur seperti Papua, Manado, NTT dan Lombok rata-rata melaporkan tidak bisa melihat hilal karena tertutup mendung tebal. Titik pemantauan hilal di Bukit Condrodipo melaporkan berhasil melihat hilal pada pukul 17.24 WIB dengan ketinggian 5 derajat. Enam orang petugas pemantau telah disumpah oleh pengadilan agama setempat.
Laporan kemudian disusul titik pemantauan hilal di Tanjung Kodok, Lamongan. Disusul oleh titik pemantauan Pantai Gebang Bangkalan pada 17.29 WIB. Pada pukul 17.58 WIB titik pemantauan Pelabuhan Ratu di Sukabumi, Jawa Barat juga melaporkan munculnya hilal.
“Titik munculnya hilal ini sesuai dengan perhitungan hisab kami, yakni di antara 4 hingga 6 derajat. Hampir semua titik pemantauan melaporkan ketinggian 5 derajat,” jelas Sekretaris Lajnah Falakiyah NU Nahari Muslih.
Dengan empat titik yang melaporkan munculnya hilal dan masing-masing perukyat telah disumpah, maka Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj pun membacakan ikhbar resmi PBNU bahwa puasa bisa dimulai hari ini (6/5).
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak seluruh umat Islam agar menyambut bulan Ramadan dengan tetap mengedepankan toleransi dan semangat persaudaraan. Ini penting mengingat masyarakat Indonesia telah terbelah pada pilpres kemarin.(wan/tau/jpc//ted)
Laporan JPG, Jakarta
>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos
Editor: Rindra Yasin