JAKARTA (RIAUPOS.CO) --Tidak semua harga naik di awal 2020. PT Pertamina justru menurunkan harga bahan bakar jenis pertamax cs awal tahun ini. Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyatakan, penyesuaian harga tersebut berlaku di seluruh Indonesia mulai, Ahad (5/1) pukul 00.00.
"Penyesuaian harga BBM umum merupakan aksi korporasi yang mengacu pada ketentuan yang berlaku yang ditetapkan pemerintah," ujarnya.
Fajriyah menjelaskan, penyesuaian harga yang dimaksud adalah jenis pertamax, pertamax turbo, pertamina dex, dan dexlite. Harga baru yang berlaku di beberapa daerah bisa berbeda-beda.
"Hal itu dipengaruhi perbedaan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) di masing-masing daerah," tambahnya.
Penyesuaian harga tersebut dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM 187K/10/MEM/2019 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan, penurunan harga itu terjadi di tengah harga minyak dunia yang melonjak. Kebijakan penurunan harga BBM disebut salah satu dampak karena RI telah berhasil menerapkan program biodiesel 30 persen atau B30. Padahal, negara lain belum ada yang mampu.
"Karena kita sudah antisipasi beberapa bulan lalu. Salah satunya kita terapkan B30. Dengan adanya B30, ketergantungan daripada impor minyak bisa lebih ditekan," jelasnya.
Selain itu, beberapa SPBU asing seperti Shell dan Total telah menurunkan harga BBM nonsubsidi. Namun, ada potensi harga jual BBM kembali naik setelah ancaman perang di Timur Tengah (Timteng) meletus. ’’Kita harus antisipasi. Karena yang namanya ekonomi dunia ini adalah sesuatu yang fluktuatif dan tidak bisa diprediksi,’’ ucap Erick.
Secara terpisah, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menuturkan bahwa dampak penurunan harga BBM jenis pertamax sangat minimal bagi inflasi. Sebab, BBM jenis itu tidak banyak digunakan untuk kegiatan produktif sehingga tidak memengaruhi biaya produksi.
"BBM lebih berdampak pada saat terjadi kenaikan, bukan saat turun," paparnya kemarin.
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira menambahkan, untuk awal tahun dari sisi administered price, ada penurunan inflasi karena harga BBM turun. Di sisi lain, perlu mempertimbangkan dampak banjir yang berisiko mengganggu arus distribusi produk pangan ke Jabodetabek. "Inflasi volatile food berisiko naik. Sehingga pada Januari 2020 diperkirakan inflasi lebih tinggi daripada Januari 2019," tuturnya kemarin.(dee/ken/c15/oki/jpg)