Utang BUMN Rp2.488 Triliun

Nasional | Rabu, 05 Desember 2018 - 14:28 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Utang 143 BUMN hingga September 2018 telah menembus Rp2.488 triliun. Utang perusahaan pelat merah itu didominasi sektor migas, yakni Pertamina, dan sektor kelistrikan, yakni PLN. Meski demikian, rata-rata kemampuan bayar utang BUMN masih lebih bagus jika dibandingkan industri.

’’Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa rasio debt to equity ratio (DER) BUMN masing-masing sektor masih di bawah rata-rata industri,’’ kata Deputi Bidang Usaha Restrukturisasi Aloysius Kiik Ro di Kementerian BUMN kemarin (4/12). Misalnya, untuk sektor transportasi, rasio DER BUMN-nya sebesar 1,59 kali, sedangkan rata-rata industri berada di posisi 1,96 kali.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Rasio DER BUMN sektor energi pun 0,71 kali, sedangkan rata-rata industri berada di posisi 1,12 kali. BUMN penyumbang utang terbesar adalah PLN (Rp543 triliun) dan PT Pertamina (Rp522 triliun). ’’PLN memang besar. Lihat pembangkit saja, berapa ratus triliun? Aset PLN Rp1.300 itu kan terbesar dengan liabilitas yang kurang lebih hampir sama,’’ ungkapnya.

Aset PLN memang terbesar, mencapai Rp1.386 triliun. Disusul BRI dengan aset Rp1.183 triliun dan Bank Mandiri Rp1.174 triliun. Sedangkan aset Pertamina mencapai Rp923 triliun.

Sebenarnya, Kementerian BUMN mencatat, total liabilitas BUMN per September (unaudited) mencapai Rp5.271 triliun dan total aset Rp7.718 triliun.

Total utang tersebut didominasi sektor jasa keuangan (Rp 3.300 triliun). Namun, hampir 75 persennya merupakan dana pihak ketiga (DPK) dari perbankan serta premi perusahaan sektor keuangan.

DER BUMN perbankan memang di atas industri, yaitu sekitar 6 kali. Sedangkan rata-rata industri sektor tersebut DER-nya 5,66 kali. Begitu pun dengan sektor properti dan konstruksi dengan DER BUMN 2,9 kali, sedangkan rata-rata industri sekitar 1,03 kali. ’’Hal tersebut menggambarkan peningkatan ekspansi dalam pembangunan infrastruktur,’’ ucap Aloy.

Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto menyatakan, tahun ini utang PLN membengkak karena perseroan banyak berinvestasi di sektor ketenagalistrikan. Meski demikian, pihaknya yakin akan mendapat keuntungan dari proyek-proyek listrik tersebut. Hanya, dia mengakui, dua tahun ini keuangan PLN memiliki beban berat lantaran harus berinvestasi.

Hingga akhir September 2018, PLN harus rugi Rp 18 triliun, padahal pada akhir 2017 perseroan masih mampu meraup laba Rp4 triliun.vir/c5/oki/lim)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook