Pembunuh Bocah Tewas Dimassa

Nasional | Senin, 05 November 2012 - 12:42 WIB

TAPTENG (RP) - Setelah mengetahui cerita kejadian pembunuhan tiga bocah di Gereja HKBP Ressort Maranatha Simanosor dan melihat kondisi para korban yang mengenaskan di dalam gereja, massa memancing pelaku, Burhan Gultom (35), agar keluar dari dalam rumahnya yang terbuat dari papan itu. Massa melempari rumahnya dengan batu dan kayu.

Akhirnya, pelaku keluar sambil menenteng sebilah parang dan tombak. Warga berusaha melumpuhkan pelaku dengan cara melemparinya dengan batu. Namun pelaku melawan dan terlibat duel dengan korban Dapot Pasaribu (35). Pelaku menombak tangan kiri Dapot hingga menancap.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Tak terima ayahnya dilukai pelaku, Samuel Pasaribu dan beberapa warga lainnya lantas mencoba membantu dan melumpuhkan pelaku. Informasi yang dihimpun, warga sempat memassakan pelaku. Pelaku mengalami beberapa luka sobek pada bagian kepala.

Setelah sempat diamankan ke Mapolsek Sibabangun, pelaku yang sudah kehilangan banyak darah itu lalu dilarikan ke RSUD Pandan. Namun, dalam perjalanan menuju rumahsakit, pelaku sudah meregang nyawa.

Kapolres Tapteng, AKBP Dicky Patrianegara membenarkan tragedi berdarah itu. Dikatakannya, pelaku datang dan masuk ke dalam gereja di mana anak sekolah Minggu sedang bersiap untuk memulai kebaktian. Pelaku yang membawa sebilah parang kemudian menyerang anak-anak sekolah minggu. Hingga akhirnya pelaku berhasil dilumpuhkan warga sekitar.

“Ada 3 anak sekolah minggu yang tewas di tempat. Tiga lagi luka-luka dan sudah dibawa ke rumah sakit. Sementara ada dua warga lainnya yang juga terluka saat mencoba melumpuhkan pelaku. Pelaku sempat dimassakan hingga akhirnya tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit,” tukas Dicky.

Pihak kepolisian masih mengumpulkan barang bukti dan keterangan saksi-saksi untuk menguak kronologis kejadian yang lebih akurat. “Meski pelaku sudah meninggal dunia, proses penyidikan tetap dilanjutkan,” tegasnya.

Suka Bertapa di Hutan

Warga setempat menyebutkan bahwa pelaku, Burhan Gultom, kerap berprilaku layaknya orang yang mengalami gangguan kejiwaan atau stres. Meski sepintas prilaku gangguan kejiwaan Burhan tak begitu kelihatan.

“Dia sering ‘bertapa’ di hutan. Kerjanya enggak jelas, mocok-mocok gitulah. Bicaranya kadang ngelantur, terus bersikap diam tak tentu,” kata salah seorang pemuda warga setempat.

Menurut warga, belakangan Burhan sendirian tinggal di rumahnya yang terbuat dari papan itu. Letak rumah itu di samping kompleks gereja atau berjarak sekitar 20 meter. Dulunya, keluarga Burhan masih tinggal di rumah itu. Tapi kini ada yang sudah berkeluarga dan merantau ke daerah lain.

“Ada yang sudah berkeluarga, ada yang merantau. Ibunya kalau enggak salah tinggal di Pekanbaru. Makanya dia sendirian di rumah itu,” tukas seorang perempuan muda, warga desa setempat.

Marbun (60-an), membenarkan prilaku menyimpang Burhan. Misalnya, Burhan kerap pergi ke hutan. Beberapa hari kemudian baru kembali. “Dia sering tidur di hutan. Enggak tahu entah apa yang dikerjakannya di sana. Kalau dalam pergaulan di masyarakat sehari-hari, kadang baik. Tapi kadang mau diam sendirian. Bingung kita melihatnya,” jelas Marbun.

Menurut warga, Burhan sendiri selama ini tidak pernah membuat keonaran di kampung itu. Karena itu, warga tidak menduga pemuda lajang tua itu tiba-tiba mengamuk dan membantai anak sekolah Minggu. “Itulah, kami pun juga heran dan bingung, apa motifnya dia sampai kayak orang kesetanan seperti itu,” pungkas Marbun. (mora/smg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook