3 Balita Dibunuh saat Ibadah

Nasional | Senin, 05 November 2012 - 12:41 WIB

TAPTENG (RP) - Hujan pada Minggu pagi (4/11) di sebuah gereja di Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumut, menjadi kisah duka. Tiga jemaatnya yang masih bocah di bawah lima tahun (balita) tewas setelah dibunuh secara sadis oleh seorang pria stres.

Adalah HKBP Ressort Maranatha Simanosor, Desa Simanosor, Kecamatan Sibabangun, Tapteng, gereja yang dimaksud. Korban tewas mengalami luka-luka sobek di kepala dan tangan karena sabetan parang oleh pelakun Burhan Gultom (35), pemuda, warga setempat.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Ketiga korban tewas di tempat yakni Yohana Nikita br Panggabean (3), Aprilia Kristina br Pasaribu (4,5), Coki Nainggolan (3). Mayat ketiga korban didapati tergeletak bersimbah darah di lantai gereja.

Selain itu, pelaku juga melukai tiga anak sekolah minggu lainnya. Di antaranya Abel Hutabarat (9), Ferdinan Sitompul (10), dan Nandar Simanjuntak (5). Ketiganya juga mengalami luka parah di bagian kepala.

Dua warga setempat, Dapot Pasaribu (35) dan Samuel Pasaribu (16) yang merupakan ayah dan anak, juga ikut jadi sasaran amuk pelaku saat akan dilumpuhkan massa. Dapot mengalami luka tombak dan Samuel mengalami luka bacok di kepalanya. Kelima korban luka itu langsung dilarikan ke RSUD Pandan dan RSU Dr FL Tobing Sibolga karena kondisinya kritis.

Menurut Guru Sekolah Minggu, Evi br Pasaribu (21) dan St D br Situmorang, peristiwa itu bermula saat pagi itu sekira pukul 08.00 WIB, sekitar 50-an anak sekolah Minggu telah berada di dalam gereja. Mereka bersiap untuk memulai kebaktian Minggu seperti biasanya. Pagi itu jumlah anak sekolah Minggu lebih sedikit dari biasanya karena hujan mengguyur kawasan setempat.

“Kami mau mulai kebaktian. Anak-anak sedang latihan menyanyi, sambil nunggu anak-anak yang lain datang. Saya sendiri berada di dekat meja di depan barisan kursi sekolah Minggu. Saya melihat dia (pelaku) sudah berdiri di pintu samping kanan. Dia memegang parang di tangan kanannya. Dia lalu berjalan dan masuk ke dalam gerjea sambil mengayun-ayunkan parangnya,” tukas Evi kepada Metro Tapanuli (Riau Pos Group) di lokasi.

Karena ketakutan, guru dan anak sekolah Minggu itu berhamburan ke luar gereja. Ada yang lari dari pintu depan, ada yang dari pintu samping kiri. Sementara, pelaku makin membabi buta. “Kami berlarian. Saya lari dari pintu depan sambil teriak minta tolong. Di dalam anak-anak juga berlarian. Saya tidak melihat langsung bagaimana pelaku membacoki anak-anak yang jadi korban itu. Tapi saya yakin karena mereka tidak bisa cepat lari ke luar atau tidak tahu apa yang terjadi,” jelas Evi.

Evi mengaku tidak mengenal pelaku sebelumnya. “Melihat dia tiba-tiba datang bawa parang, saya pikir dia teroris,” tukas Evi dengan mata berkaca-kaca menahan tangisnya.

Usai membantai anak-anak di dalam gereja, sambung Evi, dia melihat pelaku keluar dari pintu saat dia masuk. Pelaku berjalan santai sambil menenteng parang menuju rumahnya yang tepat berada di samping kanan kompleks gereja, yang berjarak sekitar 20 meter. Saat itu, dia dan St D br Situmorang serta anak-anak sekolah minggu bersembunyi di rumah warga yang berada di sekitar kompleks gereja.

“Dia (pelaku, Red) lalu masuk ke rumahnya. Warga lainnya kemudian ramai berdatangan, kami baru berani keluar dari rumah,” ujarnya.

Senada dengan Evi, St D br Situmorang mengaku trauma dengan tragedi berdarah dan memilukan itu. Setelah lari ke luar, dia tidak tahu apa yang terjadi di dalam gereja.

“Kami sedang nyanyi-nyanyi sebelum masuk kebaktian. Tiba-tiba dia datang dari pintu samping. Dia bawa parang, kepalanya diikat kain. Kami langsung berlarian ke luar. Saya lari dari pintu depan sambil berteriak minta tolong,” tukasnya.

Seorang anak sekolah Minggu, Riska br Graha (13), mengaku sempat melihat pelaku membantai salah satu korban. “Aku enggak melihat dia masuk. Tapi aku juga ikut lari karena takut. Tapi, aku sempat menunggu menarik adikku Ara, supaya ikut lari. Sempat kulihat dia membacoki anak sekolah Minggu yang duduk di kursi di depan. Aku sendiri duduk agak di belakang,” jelas Riska.

Pantauan di lokasi, usai penyidik melakukan olah TKP, mayat ketiga korban tewas di tempat itu kemudian dibawa ke RSUD Pandan Tapteng dan RSU Dr FL Tobing Sibolga untuk divisum luar. (rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook