Pusat Pantau Penemuan Harta Karun di Mentawai

Nasional | Kamis, 05 Juli 2012 - 07:46 WIB

MENTAWAI (RP) - Terbongkarnya penemuan harta karun yang menghiasi wajah sejumlah media massa, membuat pemerintah pusat kebakaran jenggot.

Tiga orang dari pusat didampingi tim Balai Pelestarian Purbakala (BP3) Batusangkar dan Badan Penelitian Kelautan Sumbar turun ke Mentawai untuk melihat sejumlah temuan harta karun.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kepala Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sikakap, Hardimansyah menjelaskan, Rabu (4/7) tim pusat dan daerah sudah datang di Kecamatan Sikakap Mentawai untuk menindaklanjuti hasil temuan harta karun di dasar laut Bumi Sikerei.

Tim tersebut spontan turun ke Mentawai setelah membaca berita yang dirilis sejumlah media JPNN.

“Tadi malam, Selasa (3/7) mereka menghubungi saya, kalau tim dari pusat dan daerah Sumbar sudah di atas Kapal Ambu-Ambu menuju Sikakap. Rencananya mau melihat serta menindaklanjuti hasil temuan harta karun yang diambil dari bangkai kapal ratusan tahun silam,” jelas Mak Itam —panggilan akrab Hardimansyah di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Mentawai.

Mak Itam sendiri kecewa terhadap kedatangan tim dari pusat dan daerah tanpa ada koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Jika memang mereka dari pusat, kata Mak Itam, seharusnya memakai prosedur birokrat atau memberikan informasi terlebih dahulu layaknya birokrat.

“Saya hanya sampaikan kepada mereka, kalau saya sekarang ada di Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara untuk membuat laporan. Seharusnya sebelum datang ke Mentawai, mereka memberikan informasi baik melalui provinsi atau kepala daerah Mentawai. Ini tidak, langsung saja,” kritik putra Pariaman ini.

Menurut Mak Itam, mereka tidak membawa secuil surat apapun dari institusinya. Hal ini dipandang aneh sebagai seorang birokrat yang datang mewakili kantornya tidak membawa surat perjalanan dinas atau sebagainya.

“Saya tanya surat mereka melalui telepon, katanya tidak membawa karena kunjungan mendadak. Katanya lagi, soal surat-menyurat nanti bisa menyusul. Kemudian mereka membawa beberapa benda hasil temuan untuk diteliti kembali,” ujarnya.

Karena ragu dan tidak ada di tempat, Mak Itam membolehkan tim dari pusat dan daerah itu membawa beberapa ornamen dengan membuat perjanjian tertulis.

“Ketika mereka sampai Sikakap, hanya istri saya yang meladeni dan mendampingi untuk melihat beberapa benda hasil temuan itu,” tuturnya.

Di samping itu, saat ini juga sudah datang seorang mahasiswi dari Amerika Serikat ke Sikakap untuk mencari bukti nama Abraham yang terukir dalam stempel kuno yang ditemui di bangkai kapal harta karun.

Mahasiswi tersebut mengaku, bahwa di Amerika memang ada gereja, seperti kaum dengan nama Gereja Abraham.

“Mahasiswi itu bercerita dengan anak saya, katanya dia masih keturunan Abraham. Maka dia datang ke Mentawai untuk mencari bukti kebenaran Abraham meninggal karena tenggelam di dasar laut Mentawai bersama kapalnya. Di Gereja Abraham, setiap tahunnya, kaum jemaahnya selalu memperingati kepergian Abraham sebagai seorang misionaris,” jelasnya.

Hardimansyah sekadar merespons keingintahuan mahasiswi tersebut. Namun untuk titik koordinat tenggelamnya kapal kuno dengan muatan harta karun itu, tidak mau diberitakukan ke siapapun.

Untuk menjaga agar bukti-bukti bersejarah itu tidak dijarah tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.

“Mahasiswa itu juga minta difasilitasi ke lokasi tenggelamnya kapal kuno itu. Jika memang itu benar kapal Abraham, pihaknya akan menabur bunga di laut Mentawai sebagai rasa duka-cita selama ratusan tahun silam menjadi misteri.(rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook