JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Dinamika inflasi pada Mei diproyeksikan bergerak melandai. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menyebut pergerakan kenaikan harga barang dan jasa akan terjaga.
”(Inflasi Mei, red) seharusnya lebih bagus jika dibandingkan dengan kemarin (April). Tapi, kami lihat karena kami juga pantau beberapa harga yang kemarin cepat naik. Salah satunya, harga telur. Nanti, seperti yang biasa kami lakukan, intervensinya akan cukup spesifik,” ujarnya pada media briefing, akhir pekan lalu.
Febrio menjelaskan, pemerintah dan regulator pun terus melakukan koordinasi. Pihaknya bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas), pemerintah pusat, dan pemda terus memonitor perkembangan tersebut, termasuk alasan kenaikan harga telur.
Meski demikian, Febrio optimistis pergerakan akan terjaga sepanjang tahun. ”Jadi, kami pastikan harga-harga tetap terjaga, untuk akhir tahun sekitar 3,3 persen. Dan, inflasi makanannya akan terus turun,” katanya.
Senada, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sepakat untuk konsisten menjaga inflasi. Kebijakan yang diambil mampu efektif menangani gejolak harga.
”Indonesia termasuk salah satu negara yang berhasil menurunkan inflasi tanpa harus meredupkan ekonominya karena menaikkan suku bunga terlalu tinggi,” ungkapnya saat memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia, Depok.
Umumnya, lanjut Menkeu, negara maju hanya mengandalkan kebijakan moneter dalam menangani inflasi. Namun, di Indonesia, kebijakan fiskal turut mengambil peran dalam upaya menekan inflasi.
”Banyak negara maju yang melulu mengandalkan monetary policy, terutama kenaikan suku bunga tightening likuiditas. Untuk Indonesia, kenaikan inflasi dijawab dengan koordinasi pusat dan daerah,” jelasnya.
Di sisi lain, Menkeu juga menegaskan bahwa pemerintah dan BI perlu menjaga inflasi komponen harga yang diatur pemerintah atau administered prices dan inflasi komponen volatile food. Terutama pada masa hari besar keagamaan nasional. Pada akhir tahun, inflasi berada dalam kisaran 3–5 persen.
”Makanya, Pak Gubernur (Bank Indonesia) naikin suku bunganya enggak setinggi dan seekstrem bank sentral negara lain, tapi inflasi Indonesia turun. Karena apa? Karena kita menangani dari sisi pemerintah, sisi (volatile) food, dan administered price,” bebernya.(dee/c14/dio/jpg)