JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Harga minyak dunia dipredikisi akan bergejolak seiring konflik Amerika Serikat (AS) versus Iran makin memanas. Pemerintah pun mulai pasang ‘kuda-kuda’ untuk mengantisipasi hal itu.
"Memang seperti yang diminta oleh Presiden Joko Widodo, kita harus selalu antisipasi di mana perekonomian global merupakan sesuatu yang fluktuatif dan tidak bisa diprediksi," ujar Menteri BUMN Erick Thohir di Tangerang, Minggu.
Erick menuturkan, apa yang terjadi dengan Amerika dan Iran di kawasan Timur Tengah pasti akan juga berdampak kepada Indonesia, terutama di harga minyak.
"Karena itu kita sudah antisipasi beberapa bulan yang lalu, salah satunya adalah bagaimana kita menerapkan biodiesel B30. Harapannya, ketergantungan terhadap impor minyak bisa lebih ditekan," katanya.
Menurut Erick, pemerintah juga sudah mulai melakukan tender atau lelang bukan melalui trader atau perantara, tetapi langsung kepada perusahaan yang menghasilkan minyak, agar dapat memangkas margin-margin biaya yang tidak perlu.
Upaya tersebut, lanjutnya, jangan dinilai sebagai upaya untuk memusuhi perantara karena selama harga yang ditawarkan wajar dan lebih terjangkau maka pemerintah bisa mengapresiasinya.
"Jadi yang namanya untuk menekan impor migas ini bukan suatu hal yang bersifat jangka pendek, tetapi jangka menengah dan panjang. Ini tentu harus dilakukan secara bertahap," kata Erick.
Lebih lanjut, mantan Ketua Timses Jokowi – Ma’ruf itu juga mengaku sedang mengupayakan pembangunan kilang pengolahan atau refinery. Termasuk juga soal lifting sumur-sumur minyak Pertamina yang harus segera dikerjasamakan dengan banyak pihak.
"Ini tidak bisa dikontrol sendiri oleh Pertamina, supaya ada kembali sumber baru minyak," paparnya.
Sebelumnya harga minyak melonjak setalah militer AS membunuh seorang komandan senior Iran. Kondisi ini memicu kekhawatiran bahwa meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dapat mengganggu produksi energi di wilayah tersebut.
Harga patokan minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari melonjak 1,87 dolar AS menjadi menetap pada 63,05 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah diperdagangkan setinggi 64,09 dolar.
Sementara itu patokan harga minyak lainya, minyak mentah brent untuk pengiriman Maret melonjak 2,35 dolar menjadi ditutup pada 68,60 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.
Para pedagang khawatir bahwa meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dapat berdampak pada produksi energi di wilayah kaya minyak itu, yang menyumbang hampir sepertiga dari pasokan minyak global, kata para ahli.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal