JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Krisis kekerasan yang kembali terjadi di Rakhine, Myanmar membuat Pimpinan majelis-majelis Agama Buddha Indonesia memberikan reaksi mereka.
Sebab, kekerasan itu telah menimbulkan korban fisik dan psikis, baik dari masyarakat sipil maupun militer. Majelis Agama Buddha yang menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas krisis tersebut kemudian membentuk solidaritas kemanusiaan yang mengedepankan sikap cinta kasih.
Itu karena karena korban ataupun masyarakat yang terdampak adalah sama-sama manusia yang setara dan serasa di hadapan Tuhan. Kebencian dan tindak kekerasan, kata mereka, harus segera dihentikan sebelum memperparah kerusakan yang diakibatkan.
Selanjutnya, pemerintah Myanmar harus memberikan perlindungan, bantuan dan hak asasi dasar kepada masyarakat Rakhine. Adapun rakyat Indonesia diimbau untuk menolak segala bentuk provokasi dan menyaring informasi yang beredar di media sosial, khususnya yang mengarah kepada memperluas dan membawa isu konflik dan krisis Rakhine.
Pasalnya, hal itu dapat mengganggu kerukunan hidup umat beragama di Indonesia. Surat pernyataan yang ditandatangani tujuh organisasi Agama Buddha itu sekaligus berharap kepada Cyber Crime Polri dan BNN, agar mendeteksi informasi yang berbentuk provokasi agar tidak tersebar ke masyarakat. Pemerintah Indonesia juga sejatinya menjamin umat beragama untuk beribadah dengan tenang dan aman, serta menjamin keamanan rumah ibadah yang ada di Indonesia.
Ditegaskan dalam surat itu bahwa tidak ada agama yang dapat dikaitkan dengan aksi terorisme, karena aksi keji tersebut sama sekali tidak mencerminkan perilaku umat beragama. Kejadian ini harus dapat menjadi pendorong bagi bersatunya umat beragama di Indonesia bahkan di seluruh dunia.
Kemudian, diimbau agar seluruh umat beragama, khususnya Buddha untuk tidak terprovokasi, karena sudah selayaknya bersama-sama menjaga kerukunan dan perdamaian di Indonesia serta di seluruh dunia. Umat Buddha di Indonesia menjunjung tinggi kerukunan dan perdamaian.
Adapun surat yang ditandatangani oleh 16 Pimpinan Majelis Agama Buddha Indonesia pada tanggal 30 Agustus 2017 itu juga bermaksud menyampaikan rasa empati atas penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara pengungsi Rohingya, dan masyarakat di Rakhine, Myanmar, dan berdoa agar penderitaan ini segera berakhir. (cr3)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama