MELIBATKAN MILITER MYANMAR

"Proxy" War Jadi Salah Satu Penyebab Pembantaian Etnis Rohingya?

Nasional | Senin, 04 September 2017 - 17:00 WIB

"Proxy" War Jadi Salah Satu Penyebab Pembantaian Etnis Rohingya?
Ilustrasi. (AFP)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Perang proxy war di dunia maya diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya pembantaian etnis Rohingya, Myanmar.

Hal itu terkait upaya oknum atau pihak ketiga terus melakuan provokasi terhadap Myanmar dalam melakukan pemusnahan etnis Rohingya. Menurut Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi, adanya proxy war itu dimainkan untuk menguasai satu wilayah.

Baca Juga :Tak Ada Anggaran untuk Pengungsi Rohingnya

Dia mengatakan, caranya dengan mengusir etnis Rohingya.

"Ini adalah bukti nyata adanya perang proxy, genosida etnis menjadi alasan untuk sebuah penguasaan wilayah," katanya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/9/2017).

Saat ini, pemerintah harus bersikap tegas dengan menarik duta besar Indonesia di Myanmar guna menekan pemerintahan mereka. Hal itu sebagai bukti nyata dukungan terhadap etnis Rohingya.

"Jadi, tarik Dubes Indonesia yang ada di Myanmar," sebutnya.

Di samping itu, pemerintah juga perlu merekomendasikan untuk Myanmar dikeluarkan dari ASEAN. Hal itu dilakukan jika Myanmar menolak untuk menghentikan pembantaian etnis Rohingya tersebut.

"Jadi, memang perlu merekomendasikan Myanmar dikeluarkan dari ASEAN juga," tuntasnya.

Bentrokan Rohingya kini menjadi eskalasi terbaru dari kekerasan yang telah melanda Rakhine sejak Oktober lalu. Saat itu, militer Myanmar menuding Rohingya menyerang pos keamanan di perbatasan di Rakhine sehingga menewaskan sekitar sembilan polisi. Dalam operasi balasan atas serangan itu, aparat keamanan Myanmar diduga menyiksa hingga membunuh warga Rohingya secara membabi-buta.

Insiden itu menewaskan sedikitnya 80 orang dan memaksa sekitar 87 ribu Rohingya mengungsi ke luar Myanmar. Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa juga telah memberi kesimpulan bahwa militer Myanmar melakukan penyiksaan hingga pemerkosaan terhadap warga Rohingya di sana.

Adapun situasi di Rakhine kembali memburuk sekitar awal Agustus, ketika tentara kembali memulai operasi yang mengakibatkan ketegangan bergeser ke kota Rathetaung, tempat masyarakat Buddha dan Rohingya tinggal berdampingan. (cr2)

Sumber: JPG

Editor: Boy Riza Utama









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook