(RIAUPOS.CO) -- Biasanya operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi sebuah permulaan bagus untuk mengungkapkan korupsi yang lebih besar. Sebab, bukti-bukti dari sebuah peristiwa OTT akan sulit terbantahkan. OTT KPK menjadi “senjata” paling hebat yang dimiliki KPK. OTT KPK sudah menjerat banyak koruptor besar yang begitu pandai berdalih jika diproses secara konvensional, yakni dengan pendekatan penyelidikan biasa.
Tapi OTT KPK kali ini justru mengundang tanda tanya. Ada lima orang yang kena OTT KPK di Jakarta. Dua di antaranya justru dilepaskan dan mereka adalah jaksa pada Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Tiga orang tetap diproses sesuai prosedur OTT KPK. Tapi dua jaksa itu kemudian dilepaskan. Ada apa?
Inilah yang mengundang tanda tanya. Tidak biasanya KPK melepaskan mereka yang ikut tertangkap tangan. Kendati ada juga satu jaksa yang tetap diproses hukum karena terlibat langsung dalam proses itu, namun melepaskan dua orang lagi tentu saja mengundang spekulasi. Beredar kabar bahwa ada yang berusaha untuk “dilindungi” dari proses hukum setelah OTT ini. Beredar kabar bahwa salah satu jaksa yang harusnya masuk “pasien” KPK adalah Kajari Jakarta Barat Bayu Adhi Nugroho. Bayu adalah anak Jaksa Agung M Prasetyo. Tapi, dugaan itu buru-buru dibantah Kajati DKI Jakarta, Warih Sadono. Dia menyebut, tidak ada keterlibatan Bayu di sana. Nama Bayu ikut disebut-sebut karena sebelumnya kasus ini berawal dari penipuan yang terjadi di wilayah hukum Jakarta Barat. Dari sanalah nama Kajatinya ikut disebut-sebut. Tapi itu tentu saja dibantah.
Dari lima yang ditangkap, tiga diproses dan dua dilepas. Dua orang yang merupakan jaksa ini yang dipermasalahkan. Benarkah mereka tidak terlibat? Apakah KPK “takut” memproses keduanya karena bisa melibatkan pihak lainnya? Yang menjadi pertanyaan juga adalah, dua jaksa yang dilepaskan KPK ternyata “diserahkan” ke Kejati DKI Jakarta untuk diproses. Dalam prosesnya, mereka kemudian diduga kuat melanggar kode etik dan diberhentikan dari jabatannya. Artinya, memang ada potensi kesalahan yang mereka lakukan. Lalu mengapa KPK melepaskan? Menurut Ketua KPK, Agus Rahardjo, dua jaksa itu tidak terlibat dalam kasus suap yang ditangani KPK kali ini, tapi kasus lainnya. Kasus apa? Tidak ada penjelasan. Bagaimanapun, ini jadi pertanyaan publik. Mudah-mudahan ini bukan terjadi karena tekanan pada KPK, tapi murni hukum. Kepercayaan publik akan dipertaruhkan di sini.***