Gempa Aceh: 31 Tewas, Ribuan Mengungsi

Nasional | Kamis, 04 Juli 2013 - 10:42 WIB

Gempa Aceh: 31 Tewas, Ribuan Mengungsi
Ibu dan anak di Kabupaten Bener Meriah di antara puing rumahnya yang hancur akibat guncangan gempa yang terjadi Selasa (2/7/2013) lalu. Foto: FIKRI RAMADHAVI/AFP

ACEH (RP) - Jumlah korban tewas akibat goncangan gempa yang terjadi Selasa (2/7) lalu di Kabupaten Bener Meriah dan Takengon, Provinsi Aceh terus bertambah.

Jika sebelumnya dilaporkan delapan korban tewas yang ditemukan, malam tadi bertambah lagi. Data terbaru yang dikutip dari Tempo.co, sudah 31 orang tewas.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Usai gempa utama pada pukul 14.37.03 WIB yang berlangsung antara 15 sampai 45 detik, hingga kemarin pagi telah terjadi sedikitnya 15 kali gempa susulan.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, ada dua kali gempa susulan yang cukup kuat. Gempa susulan pertama terjadi pada pukul 20.55.38 WIB dengan kekuatan 5,5 SR. Gempa susulan kedua terjadi pukul 22.36.44 dengan kekuatan 5,3 SR WIB.

Jika gempa utama berpusat di tenggara Kabupaten Bener Meriah, maka gempa susulan berpusat di barat daya kabupaten tersebut.

‘’Sampai saat ini gempa tidak mempengaruhi aktivitas gunung Bumi Telong di Kabupaten Bener Meriah,’’ ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya Rabu (3/7).

Meski tidak sampai mempengaruhi aktivitas gunung di Bener Meriah, tak urung gempa tersebut dirasakan cukup kuat oleh masyarakat.

Sebab, epicentrum (pusat) gempa berada di daratan. Menurut Sutopo, dengan kekuatan yang sama, gempa yang berpusat di daratan akan dirasakan lebih kuat dibandingkan dengan gempa yang berpusat di laut.

Gempa di Bener Meriah terjadi akibat aktivitas sesar (rekahan) aktif di daratan pada segmen Aceh dari sesar Sumatera atau Sesar Semangko.

Sutopo menuturkan, Sesar Sumatera memiliki 19 segmen dengan panjang keseluruhan 1.900 Km dari NAD hingga Lampung. Sesar tersebut sangat aktif dan berbentuk strike-slip atau sesar geser. ‘’Semua segmen berpotensi menimbulkan gempa,’’ terangnya.

Dua kabupaten terkena dampak paling parah dari gempa tersebut. Selain Kabupaten Bener Meriah, ada Kabupaten Aceh Tengah yang juga mengalami kerusakan parah.

Dari pantauan RPG lokasi kejadian, ribuan bangunan rumah hancur, tempat ibadah rubuh, jalan tertutup longsor dan aspal retak. Rumah Sakit Umum Datu Beru membludak dengan menangani warga hingga angka 1.500 lebih orang.

Namun dari pendataan BNPB, menerima laporan 24 orang ditemukan tewas dan 14 orang di antaranya ada di Bener Meriah, sisanya di Aceh Tengah, jumlah luka dan bangunan yang rusak berjumlah ratusan.

‘’Hampir semuanya meninggal akibat keruntuhan bangunan atau terkena longsoran, bukan karena gempa,’’ lanjut alumnus UGM itu. BNPB juga mencatat dua orang masih dinyatakan hilang.

Sementara, 249 orang luka-luka dan sekitar 375 rumah dan bangunan lainnya rusak. Jaringan komunikasi maupun PLN juga sempat putus.

Untuk jumlah pengungsi, Sutopo menyatakan tim yang berada di lapangan tidak sempat menghitung. Saat ini, mereka fokus pada upaya tanggap darurat dan penanganan para korban.

Yang jelas, telah didirikan lima titik pengungsian di Bener Meriah dan 10 titik di Aceh Tengah. ‘’Beberapa titik pengungsian dilaporkan diisi sekitar 700 orang per lokasi,’’ jelasnya.

Bupati Bener Meriah telah menetapkan masa tanggap darurat selama sepekan, terhitung kemarin hingga 9 Juli mendatang. Sejak hari terjadinya gempa, sebagian besar logistik yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) sudah disalurkan. Kemarin, datang lagi logistik berupa bahan makanan dan tenda sebanyak tiga truk dari BNPB.

Sutopo menyatakan, pihaknya tidak langsung mengalokasikan dana tanggap bencana nasional untuk Aceh. Sebab, sudah cukup banyak logistik yang disalurkan.

Namun, saat ini dana segar Rp40 miliar sudah siap dan bisa digunakan sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Terutama, untuk keperluan rehabilitasi pasca gempa.

Selain BNPB, sejumlah kementerian juga ikut serta dalam penanganan bencana tersebut. Kemarin pagi, Menkokesra Agung Laksono dan Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri langsung terbang ke NAD. Bersama mereka ada pula tim dari Kementerian Kesehatan dan kementerian Pekerjaan Umum.

Kemensos langsung mengirimkan bantuan 30 ton beras, sarden, tenda, matras, dan beberapa jenis logistik lain senilai Rp2,1 miliar.

Sementara, Kementerian Kesehatan mengirim sejumlah tenaga medis untuk menangani para korban luka. Sedangkan, Kemen PU mengirim sejumlah peralatan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemen PU Danis H Sumadilaga mengatakan, pihaknya telah menempatkan dua mobil tangki air dan 20 hidran umum di Bener Meriah.

Mobil tersebut diletakkan di RSUD Bener Meriah. Sedangkan, dua eskavator saat ini sedang bekerja membersihkan longsoran yang menutupi jalan agar memudahkan pengiriman logistik.

Kemudian, pihaknya juga sudah menyetok infrastruktur darurat di Medan, Sumatera Utara. Terdiri dari lima unit mobil tangki air, 40 unit hidran umum dan 40 toilet knock down. ‘’Infrastruktur itu sudah siap untuk dimobilisasi sewaktu-waktu,’’ terangnya kemarin.

Danis menyebut, jalan utama yang rusak parah adalah ruas Bireun-Takengon. Jalan nasional itu mengalami kerusakan berupa retakan maupun tertimbun longsor. Kerusakan terutama berlokasi di sejumlah titik di Km 82 sampai Km 95.(byu/jpnn/ris/rpg/hpz)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook