Bahkan Rektor Universitas Riau Prof Dr Aras Mulyadi mengaku kecolongan atas aktivitas terorisme dan radikalisme yang terjadi di kampusnya.
"Jujur saja, kami kecolongan. Karena selama ini semua terlihat berjalan normal. Tidak ada kegiatan mencurigakan sejauh yang kami amati. Tapi ternyata tahu-tahu ada kasus seperti ini apalagi sampai masuk ke sekretsriat kelembagaan mahasiswa FISIP," kata Aras Mulyadi saat konferensi pers usao deklarasi civitas akademika Universitas Riau yang mengecam kegiatan terorisme, menolak radikalisme, intoleransi dan penggunaan obat-obat terlarang di Rektorat Universitas Riau, Senin (4/6/2018).
Turut hadir Kapolda Riau Irjen Nandang, Wakil Rektor Unri, Dekan Fisipol Unri, BEM Unri, hingga BEM FISP.
Menurut rektor, gedung yang digerebek Densus 88 tersebut sesungguhnya untuk para pengurus BEM dan UKM yang ada di fakultas itu. "Berkenaan dengan ada mahassliswa yang menginap di kampus biasanya itu dari Mapala karena kegiatan mereka sering sampai tengah malam dan sejak dulu memang sering ada yang menginap di Mapala," ujar Aras.
Ke depan, katanya, mereka aka melakukan evaluasi terutama terkait adanya orang luar yang tidak terdata masuk kampus.
"Mungkin karena alumni ya sehingga masih ada hubungan senior dan junior. Jadi mudah saja untuk masuk," katanya.
Menjawab pertanyaan wartawan, Aras juga menyebut pihak kampus tidak menolak kegiatan anti radikalisme untuk disampaikan di kampus. Malah, kampus mengundang narasumber-narasumber untuk menyampaikam materi untuk memberikan pemahaman untuk pemberantasan radikalisme terhadap mahasiswa.
"Kepada mahaswa baru pun kita sampaikan materi-materi seperti itu," kata Aras.(fas)