PADANG (RP) - Kebakaran bus PO Yanti Group yang terbakar dan menewaskan 13 penumpang di Kelok 9, Kabupaten Limapuluh Kota Selasa (1/ 5) lalu, membuat geram Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Suroyo Ali Musro.
Hal itu dinilainya, sebagai akibat tidak tertibnya pengguna jasa dan pihak angkutan umum dalam mematuhi aturan transportasi.
Dia mendesak pemerintah provinsi dan kabupaten memperketat pengawasan, terutama di terminal saat uji kelaikan kendaraan dilakukan. Begitu pula pengawasan kendaraan di jalan raya harus diawasi ketat.
‘’Saya menyesalkan terjadinya kebakaran PO Yanti Group yang menewaskan 13 orang itu. Saya tak habis pikir, kok di dalam bus ada motor dan ada tabung gas segala. Kok orang dicampur dengan motor dan barang-barang seperti itu,’’ tegas Suroyo kepada Padang Ekspres, di sela-sela menghadiri pelatihan keselamatan transportasi di Pangerans Beach Hotel Padang, kemarin.
Dia juga menyesalkan adanya tumpukan barang di bagian belakang bus yang membuat pintu bus tak bisa di buka hingga menyebabkan penumpang terjebak di dalamnya sampai tewas terbakar.
‘’Saya menduga terjadinya ledakan besar diakibatkan motor di dalam bus itu tidak dikosongkan tangkinya. Nah, ketika ada percikan api, langsung menyambar dan menimbulkan kobaran api cukup besar. Mudah-mudahan dugaan saya ini salah. Apalagi KNKT kan sedang melakukan melakukan pengujian terhadap penyebab pastinya, jelas Suroyo Ali Musro.
Dia menyebutkan tanggungjawab selama perjalanan, tidak hanya tanggungjawab pengendara, tapi juga penumpang. Pengguna jasa juga punya kewajiban memperhatikan keselamatan perjalanan.
Penumpang harus patuh terhadap standar keselamatan dalam perjalanan. Masuknya kendaraan roda dua dan tabung gas ke dalam kendaraan, mengidentifikasikan lemahnya pengawasan dan kurangnya kesadaran pengguna angkutan dan pengendara.
‘’Ini tidak akan terjadi, jika kedua belah pihak menyadari pentingnya mendisiplinkan diri. Harusnya ada pelarangan dari yang bersangkutan untuk kepentingan keselamatan bersama,’’ ujarnya.
Para pemilik kendaraan atau pengusaha angkutan, kata dia, jangan hanya berpikir bisnis, tapi juga standar keselamatan penumpang. Buku keur setelah diberikan jangan disimpan saja.
Tetap juga pejabat yang ada di terminal harus turun melakukan uji kelaikan kendaraan yang berangkat. Saya minta jelang Idul Fitr nanti, semua ban vulkanisir yang dipakai ditertibkan. Jika tidak, kendaraan bisa amblas saat berada di kelokan atau tikungan tajam,’’ ujarnya.
Suroyo mengatakan dalam waktu dekat ini pemerintah akan melakukan konversi minyak ke gas. Jika dengan menggunakan solar saja perawatannya masih amburadul, maka penggunaan BBM kendaraan dengan gas akan sulit untuk dilakukan.
Hal yang terpenting untuk dibenahi adalah perawatan kendaraan. Kartu Pengawas mesti harus dicek, saat kendaraan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) masuk ke terminal.
‘’Kartu pengawas itu harus di cek betul. Pemerintah daerah memang punya hak untuk menarik retrbusi tapi satu hal yang perlu diingat jangan hanya sekedar melakukan penarikan retribusi, tanpa melakukan pengawasan yang ketat terhadap kendaraan yang masuk dan keluar terminal,’’ ujarnya.
Ditambahkan Direktur Lalu Lintas & Angkutan Jalan Kementrian Perhubungan Sudirman Lambali, ada 10 faktor yang mempengaruhi kondisi usaha angkutan saat ini.
Faktor- faktor tersebut adalah ruang lalu lintas semakin padat, penambahan sejumlah traffic light menambah waktu perjalanan, sebagian besar kondisi jalan rusak, pemaksaan bus masulk terminal singgah yang tidak tercantum dalam time table, rendahnya jaminan keamanan, berkembangnya angkutan tidak resmi tanpa adanya law enforcement , harga suku cadang terus naik sementara load factor menurun mendorong pengusaha melakukan efisiensi dengan mengabaikan aspek keselamatan , perilaku pengemudi sulit dikontrol walaupun sudah dilakukan pembinaan, pengusaha yang manajemennya kurang baik cenderung tidak mematuhi peraturan yang berlaku dan adanya jalur lingkar luar kota di beberapa daerah, sehingga mengurangi akses pelayanan kepada penumpang.
‘’Lokasi terminal jauh dari pusat kota, sehingga aksebilitas ke terminal rendah, jumlah penumpang yang naik turun di terminal juga rendah dan bus AKAP, AKDP yang masuk ke terminal juga sedikit,’’ ujarnya.
Jelasnya , eforia otonomi daerah juga memberikan efek yang cukup besar dalam sistem transportasi nasional dimana dengan adanya otonomi daerah kebijakan angkutan umum di masing- masing daerah berbeda, angkutan umum sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah ( lemahnya pengawasan & aspek keselamatan seperti ban gundul tetap dibiarkan beroperasi, red), penanganan infrastruktuur dilakukan secara parsial dan ego kepentingan daerah menyulitkan dalam koordinasi.
Dampaknya tidak ada keseragaman dalam penanganan angkutan umum, kualitas pelayanan angkutan umum terabaikan, upaya perbaikan pelayanan tidak efektif dan efisien , permasalahan transportasi sulit dipecahkan khususnya pelayanan angkutan yang melewati batas wilayah administrasi , penempatan tenaga SDM bidang perhubungan yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan keahlian yang dimiliki.
‘’Itu beberapa persoalan yang muncul dalam bidang transportasi di tanah air. Maka dari itu pengawasan di masing- masing daerah terhadap kendaraannya harus diperketat. Sehingga korban jiwa tidak berjatuhan lagi,’’ ujarnya.
Masih Layani Trayek Dumai-Solok
Pasca terjadinya insiden terpanggangnya bus PO.Yanti Group di Ulu Aia, Kab Limapuluh Kota, Selasa (1/5) pagi yang menewaskan 13 penumpang, Kantor Perwakilan Solok tetap melayani biro perjalanan Solok-Dumai. Mereka beralasan tidak ada keputusan penghentian operasional dan permintaan calon penumpang terhadap pelayanan jasa transportasi menuju Dumai juga cukup tinggi.
‘’Selagi belum ada keputusan resmi pelarangan operasi dari pimpinan, PO.Yanti Group Perwakilan Solok akan tetap melayani biro perjalanan Solok- Dumai terhadap masyarakat.
Ini semata-mata karena permintan masyarakat masih cukup tinggi, peristiwa kebakaran bus Yanti pada Selasa lalu tidak pengaruhi permintaan masyarakat untuk segera dibawa ke Dumai dan Pekanbaru, ujar Dasril Alam, petugas (agen) PO.Yanti Group yang dikonfirmasi Padang Ekspres di loket penjualan tiket, areal Terminal Bareh Solok (TRBS) kemarin.
Beroperasinya armada PO.Yanti tersebut menurutnya tidak terlepas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang akan menjadi calon penumpang, meski sejauh ini berbagai isu miring terkait tragedi kebakaran menimpa bus Yanti kian santer dibicarakan.
Lagipula PO.Yanti selama ini merupakan satu-satunya armada angkutan antar kota antar provinsi yang cukup diandalkan masyarakat, dengan tarif terjangkau hanya Rp.80.000. Bagi yang sudah berlangganan, tak jarang ongkos menjelang keberangkatan disepakati dibawah Rp.80.000.
Dijelaskan Dasril, untuk sementara ini armada ke Dumai akan tetap mengandalkan bus pengganti yang ukurannya lebih kecil, dengan kapasitas penumpang 28 orang.
Meski demikian pihaknya tetap berupaya memperjuangkan bus besar ke kantor pusat berkapasitas 46 orang, mengingt kenyamanan dengan bus besar lebih efektif pada perjalanan jarak jauh.
Sekitan masalah laik jalan kendaraan, kembali ditegaskan Dasril armada PO.Yanti Group trayek Solok-Dumai tidak ada persoalan, semuanya memenuhi standarisasi.
Menjelang keberangkatan bus selalu di cek, bahkan secara rutin tiap hari diservice oleh teknisi khusus, termasuk hal-hal terkecil seperti tekanan ban.
Terlebih menyangkut kondisi mesin, justru menjadi perioritas utama, sopir yang merupakan orang sangat peka dengan urusan mesin selalu berkoordinasi dengan mekanik, serta perangkat utama dan pendukung lainnya. (mg9/ayu/rpg)