PADANG (RIAUPOS.CO) - Warga Kecamatan Lintaubuo, Kabupaten Tanahdatar, Sumatera barat, dikejutkan hujan abu yang melanda kawasan itu, Senin (3/2) dini hari.
Walau tidak banyak warga yang mengetahui, tapi kejadian tersebut sempat membuat was-was sebagian warga. Mereka mengira itu abu aktivitas gunung api yang dibawa hembusan angin.
Pihak terkait menduga hujan abu itu berasal dari kebakaran hutan di Riau.
”Kejadiannya sekitar pukul 04.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB. Ketika itu kami akan pulang setelah selesai ronda. Kami pikir abu itu dari Sinabung atau Marapi,” jelas Sancez (23), Warga Nagari Pangian, Kecamatan Lintaubuo, Senin (3/2).
Kejadian itu menurutnya sempat membuat warga was-was. Warga khawatir, Gunung Sago yang letaknya tak jauh dari Kecamatan Lintaubuo itu aktif karena pengaruh dari letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumbar, Ade Edward mengaku sudah mengonfirmasi kejadian itu ke pihak terkait di Tanahdatar.
”Marapi masih aman. Sudah dicek ke Batusangkar tidak ada debu Marapi. Hanya kabut asap dari Riau,” ujar Ade Edward.
Dihubungi terpisah, Dinas Kehutanan Sumbar mengakui adanya beberapa titik api (hot spot) di Sumbar dan provinsi tetangga, termasuk Riau.
Hal ini terjadi karena meningkatnya intensitas cuaca panas belakangan ini. Namun, menurutnya belum mempengaruhi Sumbar.
”Dishut Sumbar mencatat ada 9 titik api. Untuk itu, sebanyak 17 personel polisi kehutanan dikerahkan untuk melakukan pengawasan terhadap kemungkinan aksi pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat. Kita sudah laporkan ke pimpinan, dalam waktu dekat gubernur bakal mengirimkan surat edaran ke kabupaten/ kota untuk memperketat pengawasan dan pengamanan hutan,” ujar Kepala Bidang Pengamanan dan Perlindungan Dishut Sumbar, Faridil Afrasy kepada RPG, Senin (3/2).
Ia mengatakan, sembilan titik api ditemukan di Lunangsilaut, Batang Piu, Tanjung Mutiara, Batang Kasang, Kinali, Sitiung dan Ranah Patahan. Selain karena pembakaran lahan, hot spot juga terjadi karena adanya warga yang membakar jerami.
Di daerah tetangga, jumlah titik api memang meningkat tajam. Jika dikalkulasikan, di seluruh Sumatera ada 319 titik api. Yaitu 165 titik di Riau, 44 titik di Nangroe Aceh Darussalam, 46 titik di Sumatera Utara, 9 titik di Sumbar, Jambi 21 titik, Bengkulu 4 titik, Sumatera Selatan 15 titik, Kepulauan Riau 5 titik, dan Bangkabelitung 10 titik.
Ia juga meminta dinas kehutan di kabupaten/kota meningkatkan pengawasan dan mengantisipasi pembakaran lahan. ”Masyarakat jangan membakar lahan untuk membuka ladang, karena perbuatan itu merusak lingkungan. Tentu ada sanksi yang dapat dikenakan pada masyarakat jika melakukan pelanggaran tersebut,” ucapnya.
Apabila ditemukan ada masyarakat atau korporasi yang membakar hutan, maka sesuai UU No 41/2009 tentang Kehutanan, dapat dikenakan pidana 15 tahun penjara atau denda Rp5 miliar.(ade)