JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pascaletusan magmatik yang terjadi pada Jumat (1/6), pihak pengelola Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) memutuskan untuk menutup kembali akses ke Obyek Wisata di wilayah TNGM, Sabtu (2/6).
Sebelumnya TNGM ditutup menyusul letusan freatik kemudian dibuka kembali pada 31 Mei lalu. Kepala Balai TNGM, Ammy Nurwati menerangkan, jalur yang ditutup meliputi Jurang Jero, Tlogo Muncar, Tlogo Nirmolo, Kalikuning Park, Pluyon, Deles dan Jalur Pendakian Selo dan Sapuangin. “Ini untuk mengantisipasi dampak letusan 1 Juni lalu,” kata Ammy.
Letusan Merapi sudah mulai berdampak pada vegetasi hutan di sekitarnya. Ammy menyebut, pascaletusan, terdapat 2 titik api di Dusun Stabelan Desa Tlogolele Kecamatan Selo, dan 3 titik api di di Kecamatan Cangkringan.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan koordinasi dengan relawan, Ammy mengatakan titik api ini mengindikasikan adanya vegetasi yang terbakar akibat material jatuhan (balistik) yang dimuntahkan dari kawah. Sampai dengan Jumat pukul 13.00 WIB, Ammy memastikan lokasi titik api tersebut sudah padam karena tidak lagi terlihat mengeluarkan asap.
Ammy menyebut pihaknya belum dapat memperkirakan kerugian ekologis yang diakibatkan kebakaran tersebut mengingat lokasi berada di radius kurang dari 3 kilometer, yang direkomendasikan untuk steril dari aktivitas manusia. Sementara untuk satwa, belum ada pergerakan signifikan. ‘’Terkait pergerakan satwa, sampai saat ini tidak ada pantauan yang mengindikasikan satwa turun, sehingga dapat dinyatakan masih normal,’’ ujar Ammy.
Meskipun demikian, Balai TNGM tetap melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk penanganan kondisi pasca letusan. Ammy dan mengimbau semua pihak untuk tetap waspada. ”Bagi masyarakat yang ingin memperoleh informasi lebih lanjut, dapat menghubungi call center Balai TNGM,” kata Ammy.
Letusan Magmatik Belum Penuh
Setelah erupsi freatik pertama, Gunung Merapi sudah 10 kali meletus. Kesepuluh letusanya merupakan letusan magmatik. ‘’Letusan magmatiknya belum penuh,’’ kata Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani, Sabtu (2/6) saat dihubungi JPG. Kasbani menjelaskan jika letusan magmatik yang belum sempurna dikarenakan hanya pelepasan gas. Kubah lava juga belum terbentuk.
Jika dibandingkan dengan letusan 2010, letusan-letusan yang terjadi sebulan belakangan cukup kecil. Pada letusan 2010, Gunung Merapi sudah menggembung. Kubah lava terbentuk. ‘’Nanti kalau misal lava keluar, hanya lelehan saja karena gasnya sudah keluar,’’ ucap Kasbani. Akhir-akhir ini Merapi mengalamu degasing magma. Gas karena magma sudah keluar.
Erupsi terakhir yang terjadi Jumat (1/6) pukul 21.00. Kolom abu yang terbentuk setinggi 1.000 meter. Namun paginya terjadi letusan dengan tinggi kolom abu lebih dari 6000 meter. Akibatnya Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi Sumarmo Solo sempat ditutup. Tinggi kolom abu membuat ruang udara dan runway bandara tertutup abu.
Karena aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih terlihat aktif, Kasbani meminta kepada masyarakat dan wisatawan untuk sementara waktu tidak melakukan kegiatan pendakian ke Gunung Merapi, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana. ”Radius 3 kilometer dari puncak agar dikosongkan dari aktivitas penduduk. Masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III mohon meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi,” ucap Kasbani.(tau/lyn/jpg)