SOLOK (RP) - Biasanya guru honor hanyalah pelengkap kekurangan tenaga pengajar di suatu sekolah. Mereka menerima gaji ala kadar dan hidup jauh dari kecukupan. Namun, di Kota Solok, seorang guru honor justru menjadi kebanggaan sekolah dan daerahnya.
Itulah Nurbaya, didapuk sebagai guru berprestasi tingkat nasional. Wanita asal Cubadak, Batusangkar, Kabupaten Tanahdatar ini, berpenampilan sederhana, ramah, murah senyum, namun gigih dalam bekerja.
Karena penampilan dan karakternya itu, banyak orang suka bergaul dengan wanita berusia 40 tahun itu. Nurbaya mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK 1 Kosgoro Solok, sejak tahun 2000 silam.
Dua tahun terakhir, ia juga aktif sebagai guru honor di SMKN 1 Kota Solok. Ketika ditemui, dia terlihat membawa beberapa buku ajar dan menyandang tas yang kelihatannya hampir penuh.
Tak ada aksesoris apa pun yang dipakainya. Dia juga tidak memiliki sepeda motor, apalagi mobil. Untuk pergi dan pulang sekolah, dia naik ojek, kadang dijemput suaminya yang juga seorang guru honor.
Yang dimiliki Nurbaya hanya rasa percaya diri yang tinggi. Meski hanya honorer, dia memiliki wawasan dan kompetensi yang mumpuni. Kemampuan itu dia tuangkan dalam proses belajar mengajar dan berbagai lomba karya tulis antarguru.
Nurbaya awalnya tidak percaya mampu meraih pemenang harapan II nasional, mengingat ketatnya persaingan dan keterbatasan peralatan dan finansial yang dimilikinya. Namun, dia yakin jika Tuhan berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin.
Prestasi itu diawali ketika di pengujung tahun 2008 ia ikut Lomba Karya Tulis Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tingkat Kota Solok yang diselenggarakan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Solok. Ketika itu, Nurbaya keluar sebagai Juara I.
Tahun berikutnya, Nurbaya semakin percaya diri dan ikut lomba karya tulis pendidikan tingkat provinsi. Tema yang diangkatnya "Menjadikan Generasi Cerdas yang Agamis melalui Sistem Ajar Profesional dengan Pemanfaatan Media Pembelajaran".
Nurbaya sengaja mengangkat tema ini mengingat minat anak didik dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) relatif rendah.
Berdasarkan hasil penelitiannya selama enam bulan, hal itu disebabkan faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karya ilmiah setebal 200 halaman itu terpilih sebagai juara II tingkat Sumbar.
"Saya senang, meski guru honor, ternyata saya mampu bersaing dengan guru PNS dan guru senior dan guru sertifikasi," ujar Nurbaya.
Pada November 2012, Nurbaya mewakili Sumbar mengikuti lomba karya tulis tingkat nasional. Kali ini dia berangkat memakai nama SMKN 1 Solok. Walau persaingan lebih ketat, kali ini ia mendapat dukungan penuh dari Kantor Kemenag Kota Solok dan Pemko Solok.
Seminggu setelah presentasi, Nurbaya ditetapkan sebagai juara harapan II nasional dan diundang ke Jakarta.
"Saat menerima piala, tulang saya terasa bergetar, air mata pun dengan sendirinya menetes. Semuanya terasa bagaikan mimpi. Saya begitu menyadari bahwa saya hanyalah guru honor," aku Nurbaya.
Diakui Nurbaya, baru kali ini dia naik pesawat dalam hidupnya. Bagi Nurbaya, semua itu seakan mimpi. Maklum, sebagai guru honor, honor mengajar saja pas-pasan.
"Untuk menyambung hidup keluarga dari bulan ke bulan, tapi saya tetap bersyukur," imbuh Nurbaya.(yla/rpg)