Tiga Warga Duri Ikut Terpanggang

Nasional | Kamis, 03 Mei 2012 - 07:49 WIB

Laporan Tim Riau Pos, Duri redaksi@riaupos.co

Tiga warga Duri dipastikan ikut menjadi korban tewas terpanggang dalam kebakaran yang menimpa bus PO Yanti Group BA 3653 L di Jorong Ulu Air Kelok Sembilan Kabupaten Lima Puluh Kota, Selasa (1/5) subuh lalu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Ketiganya adalah Ali Surdani (38) dan anaknya Suryandi Darmawan (9) warga Jalan Tenaga RT 1 RW 3 Kelurahan Babussalam, dan Sunita (32) warga Jalan Siak RT 4 RW 05 desa Balai Makam.

Kepastian tewasnya tiga warga Duri dalam musibah tersebut disampaikan Penanggungjawab Kantor Pelayanan Jasa Raharja Duri, Okto Arif P, Rabu (2/5). ‘’Ada tiga korban asal Duri. Itu berdasarkan konfirmasi yang kita terima dari Sumbar,’’ kata Okto.

Begitu mendapat informasi tentang tiga warga Duri yang tewas dalam musibah itu, Okto langsung bergerak cepat. Alamat korban didatangi. Data-data korban dan ahli warisnya seperti kartu keluarga (KK), KTP dan lain-lain langsung dihimpun.

‘’Besar kemungkinan, penyerahan santunannya akan dilakukan di Sumbar nanti,’’ tambahnya.

Kediaman ketiga korban tewas di Duri terlihat sunyi kemarin. Rumah mereka terkunci dan kosong. Misalnya, rumah keluarga Ali Surdani (38) beserta putranya Suryandi Darmawan (9) di Jalan Tenaga RT 1 RW 3 Kelurahan Babussalam. Rumah itu terlihat kosong dan terkunci ditinggal penghuninya.

‘’Begitu mengetahui musibah itu, Nilawati (istri Ali Surdani) dan dua anaknya langsung berangkat ke Sumbar Selasa lalu,’’ kata Asnidar, istri ketua RT setempat.

Asnidar dan para tetangga korban ikut merasakan duka mendalam atas meninggalnya Ali Surdani dan anaknya. Menurutnya, Ali yang sehari-hari berjualan kain di Pasar Mandau Raya Duri itu baik dan ramah orangnya. ‘’Dia orangnya baik. Kami sudah lama kenal dengan dia. Anaknya teman bermain cucu kami,’’ kata Asnidar berlinang air mata.

Kediaman korban Sunita (32), di Jalan Siak RT 4 RW 05 Desa Balai Makam juga sunyi dan terkunci. Menurut tetangganya, Erianto (34) suami mendiang Sunita masih di Sumbar. Dia berangkat, Selasa (1/5) lalu dalam kondisi tergesa-gesa untuk memastikan kondisi istrinya yang berangkat sendiri menaiki bus maut tersebut.

Duka teramat dalam juga dirasakan Desmawati (28) dan suaminya Alek (30) yang tinggal di Jalan Wonosobo RT 3 RW 10 Kelurahan Talang Mandi Duri. Betapakan tidak, ibu dari Desmawati yakni Rosida (50) tewas dalam musibah itu. Sementara bapaknya Buyung Sidi (55), selamat setelah melompat dari jendela.

Sekarang Buyung masih dirawat di rumah sakit di Payakumbuh. Sementara jenazah Rosida sudah dimakamkan di Palembayan, Sumbar, Selasa lalu.

Di kediamannya, kemarin, Desmawati tak banyak berbicara. Menurut Alek, suaminya, Desmawati sangat lemah selepas melahirkan sekitar dua pekan lalu. Untuk memberitahu kepegian ibunya saja terpaksa perlahan-lahan agar dia tidak shock. Des, lanjut Alek, juga memaksa untuk pulang guna bersimpuh terakhir kali di pusara sang bunda, namun kondisinya tak mengizinkan.

Sebulan lalu, lanjut Alek, kedua mertuanya datang ke Duri untuk menyambut kelahiran cucu pertama dari anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara. ‘’Ibu paling sayang dengan cucunya. Beliau sangat telaten merawat si kecil. Namun ternyata kepergiannya malam itu, menjadi saat-saat terakhir bagi kami untuk melihatnya,’’ tutur Alek sendu.

Sementara itu, adik Desmawati yakni Syamsuar dari rumah sakit Payakumbuh kemarin melaporkan, bapaknya Buyung Sidi kini berangsur pulih. ‘’Bapak masih terbaring di rumah sakit. Kondisinya sudah berangsur pulih,’’ jelas Syamsuar.

Menurut Syamsuar, bapaknya selamat setelah berjuang keras keluar dari kaca jendela. ‘’Tidak ada luka bakar, tapi kondisi badannya panas akibat tersekap dalam kobaran api,’’ tambahnya.

Detik-detik menjelang mobil berkobar dilahap api, dituturkan Syamsuar, kedua orang tuanya saat itu duduk berdampingan di bangku nomor 33 dan 34. ‘’Saat kejadian ia tengah tertidur. Begitu asap muncul disertai percikan api, bapak langsung berusaha memecahkan kaca jendela. Kondisi badan beliau waktu itu sudah panas tersengat api,’’ tambahnya.

Begitu berhasil keluar dari jendela, Buyung berupaya keras menjangkau tubuh Rosida yang masih tersekap dalam mobil yang terpanggang. Namun upayanya gagal karena api sudah berkobar besar. ‘’Akhirnya bapak tak bisa menyelamatkan ibu. Ibu tak tertolong lagi. Ia pun terbakar bersama para penumpang lain,’’ tuturnya dengan suara sedih.

Boks Sekring Terbakar

Yendri (28), sang supir bus PO Yanti menceritakan, petaka yang terjadi di busnya, berawal saat sekring bus mengeluarkan asap dan memercikkan api. Sekring yang memiliki fungsi cukup vital dan sensitif itu, berada di bagian depan bus atau persis di samping kiri Yendri.

‘’Sekring tiba-tiba saja berasap dan memercikkan api. Karena melihat ada api itulah, saya langsung berhenti dan mematikan mobil,’’ ujar Yendri yang mengenakan kemeja lengan pendek, bersalur warna kream, putih dan cokelat.

Pria asal Padangtarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam itu lalu menghentikan laju busnya di pinggir jalan, sekitar 15 meter sebelum rest area Huluaia. Begitu berhenti, Yendri langsung mematikan mesin mobil. Kemudian, memeriksa boks sekring. ‘’Waktu boks saya buka, ternyata di dalamnya ada api. Saya panggil kernet untuk membawa air. Saat disiram, api bukannya padam, tapi malah membesar,’’ cerita Yendri di hadapan Dirlantas Polda Sumbar Kombes Ibnu Isticha dan Kapolres Limapuluh Kota AKBP Partomo Iriananto, Rabu (2/5).

Melihat api membesar, Yendri pun ikut panik. Begitu pula dengan kernetnya Asbi. Mereka menyeru kepada penumpang agar segera turun dari bus. Tidak itu saja, Asbi juga berupaya membuka pintu bus bagian belakang yang terkunci dan dipasangi gerendel.

‘’Hanya saja, waktu saya mau ke belakang, ibu-ibu penumpang itu berteriak. Karena mereka marah-marah akibat panik, saya akhirnya memilih meloncat dari pintu depan bagian kiri,’’ tutur Asbi.

Ditambahkan Yandri, bus yang dikemudikannya berangkat dari Dumai, Provinsi Riau, pada Senin (30/4) sekitar pukul 17.00. ‘’Bus yang saya kemudikan, putar balik saja. Dari Bukittinggi kami berangkat ke Dumai hari Ahad, pada Senin sore sudah berangkat lagi ke Sumbar,’’ ujarnya.

Saat berangkat dari Dumai, ia hanya memiliki 3 orang penumpang. Sesampai di Duri, baru naik 24 penumpang. Kemudian, dalam perjalanan menuju Sumbar, naik lagi 13 penumpang. Sehingga, total penumpang mereka 42 orang.

Para penumpang itu, menurut Yendri, membawa banyak barang-barang. Akibatnya, bagasi bus menjadi penuh sesak. Di bagasi belakang, tercatat ada beberapa kardus ikan kering. Sedangkan di bagasi bagian kanan atau dekat tangki minyak, selain ada barang-barang juga ada rangka sepeda motor.

Lokasi Mencekam

Sementara itu, dari lokasi terbakarnya Bus PO Yanti di Kilometer 24 Jalan Negara Sumbar-Riau atau 10 meter dekat rest area Huluaia, Nagari Harau, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Selasa (1/5) malam, terasa mencekam.

Sejumlah masyarakat Huluaia, takut untuk melintasi tempat yang membuat 13 nyawa melayang tersebut. ‘’Tabayang-bayang jo dek kami, oto Yati nan tabaka tadi pagi. Tabayang pulo, pakiak panumpang (Masih terbayang bagi kami, Bus Yanti yang terbakar tadi pagai. Terbayang pula, jerit penumpangnya, red),’’ ujar Hendri, pemuda setempat.

Tidak hanya warga, sejumlah pengemudi di Jalan Sumbar-Riau juga mengaku ‘ngeri’ saat melintasi lokasi terbakarnya bus. ‘’Sunyi bana rasonyo, lalo di siko. Mungkin dek baun oto nan tabaka, alun ilang bana, urang takuik bajalan di siko (Melintasi jalan ini terasa sunyi. Mungkin karena bau bus yang terbakar belum hilang, warga masih takut lewat sini, red),’’ kata si Ing, supir L-300 pengangkut beras ke Pekanbaru.

Sementara pada Rabu (2/5) siang, lokasi terbakarnya Bus Yanti masih menjadi tontonan bagi sejumlah warga dan pengemudi kendaraan yang penasaran, dengan detik-detik terbakarnya angkutan antar-kota antar-provinsi tersebut.

‘’Awak nio mancaliak, dima lokasi oto nan tabaka tu (Saya ingin melihat, dimana lokasi mobil yang terbakar itu, red),’’ kata Ukay, seorang warga Payakumbuh yang datang bersama temannya Jack dan Uwa kepada RPG.

Adapun bangkai bus yang terbakar di Huluaia, sudah dievakuasi ke Mapolres Limapuluh Kota di kawasan Sarilamak, Tanjungpati atau sekitar 15 kilometer dari tempat kejadian. ‘’Bus kita evakuasi, sejak Selasa sore,’’ ujar Kapolres Limapuluh Kota AKBP Partomo Iriananto.

Saat bus dievakuasi menggunakan truk besar, sejumlah tulang kecil yang diduga merupakan potongan jasad 13 penumpang, nampak masih berceceran di lantai kendaraan non-ac keluaran tahun 1999 tersebut. Petugas tidak sempat mengevakuasi, karena stuktur tulang yang sudah rapuh dan gosong.

Selain masih ada tulang dan sisa-sisa kebakaran, di dalam bus yang memiliki 48 bangku tersebut, bau menyengat masih tercium. Bahkan, sampai Rabu siang, bau daging terbakar itu masih menusuk hidup sejumlah wartawan yang meliput di Mapolres Limapuluh Kota.

Kasat Reskrim Polres Limapuluh Kota AKP Russirwan, kemarin siang, meminta sejumlah anak buahnya, untuk menutup bagian depan bus dengan terpal. ‘’Penyebab bus terbakar diduga dari depan. Agar bukti-bukti yang dibutuhkan tidak tergerus cuaca, anggota kita minta menutup bagian depan dengan terpal,’’ katanya.

Sejak kemarin, Satreskrim memang kebagian tugas untuk menyidik kasus terbakarnya bus PO Yanti. Sebelumnya, penyidikan dilakukan Satlantas. Tapi karena tabrakan ini berhubung dengan pidana khusus, terutama dengan Pasal 359 KUHP, Kapolres meminta penanganan dilakukan oleh Satreskrim.

Berkantor di Pekanbaru

Sementara itu, pemilik PO Yanti H Usman St Bagindo (60) pasrah dan menyebutkan, musibah itu sudah takdir. Ia membantah penyebab kecelakaan karena kelalaian pihaknya yang disebut-sebut mengoperasikan mobil tidak laik jalan, akibat keur mati.

‘’Tidak benar itu. Yang benar adalah kendaraan masih laik jalan karena keurnya masih hidup. Selain keur, pajak dan asuransi pun selalu kami bayar, sehingga perjalanan bus tidak terkendala saat beroperasi,’’ ujarnya.

Menurut Usman, saat ini tercatat sebanyak 37 kendaraan PO Yanti Group yang beroperasi. Semua kendaraan itu adalah atas nama dirinya (Usman St Bagindo) dengan trayek Sumbar (Solok, Bukittinggi) ke Riau (Pekanbaru, Duri, Dumai dan Pasir Pengaraian).

‘’Dari 37 unit kendaraan itu, hanya sebanyak lima unit berplat nomor Sumbar (BA). Sisanya berplat nomor Riau (BM), karena kantor pusat PO Yanti Group adalah di Jalan Nangka, Pekanbaru, Riau, bukan di Sumbar, Bukittinggi,’’ tambahnya.

PO Yanti, didirikan tahun 1982, menurut Usman awalnya hanya beroperasi di kota dan kabupaten di Riau. Sejalan dengan perkembangan transportasi, ia pun membuka trayek ke Sumbar, karena dia adalah putra asli Agam, yakni di daerah Ujung Guguak, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumbar.

‘’Karena saat itu semua armada saya berplat nomor Riau, dan di antaranya ada yang menambang ke Sumbar, maka saya diminta oleh Pemda Sumbar, untuk mem-BBM-kan sejumlah armada ke Sumbar (BA, red). Dan, itulah sebabnya ada lima unit armada saya berplat Sumbar (BA-L), satu di antaranya mengalami musibah kebakaran di kawasan Kelok Sembilan,’’ jelasnya.

Dikatakan, dari 32 unit armada yang beroperasi, tujuh unit adalah kendaraan lelang PT Caltex Pacific Indonesia yang dibelinya tahun 1999 lalu dengan jenis bus Nissan. Ketujuh bus berbadan besar itu, menurut Usman, selalu menambang dengan trayek Sumbar (Solok dan Bukittinggi) ke Riau (Pekanbaru, Duri dan Dumai) serta lengkap dengan semua persyaratan kendaraan seperti keur, pajak dan asuransi.

‘’Ya, malang tidak dapat dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Ternyata salah satu dari mobil tersebut mengalami kecelakaan yang menyebabkan 13 orang penumpang meninggal akibat terbakar. Saya sebagai pengusaha PO Yanti Group bertanggungjawab tentang kejadian itu. Makanya saya saat ini datang langsung membezuk keluarga yang terluka di RS Adnan dan Yarsi Payakumbuh,’’ tambahnya.

Selain itu, tambahnya Usman St Bagindo, ia bersama Bupati Agam, Indra Catri, juga akan mengunjungi rumah duka yang meninggal akibat terbakar. ‘’Inilah bukti tanggungjawab moral saya kepada korban,’’ jelasnya.

Kemenhub Turunkan Tim

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menurunkan tim ke tempat kejadian perkara (TKP) terbakarnya bus PO Yanti Group jurusan Dumai-Solok, via Duri-Limapuluh Kota-Payakumbuh-Bukittingi di sekitar Kelok Sembilan, tepatnya di Dusun Hulu Air, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, Selasa (1/5) lalu.

‘’Di samping tim KNKT, Dishub dan kepolisian setempat kita juga sudah mengirimkan tim dari Ditjend Perhubungan Darat, Kemnhub ke tempat kejadian, untuk menginvestigasi penyebab kebakaran bus tersebut,’’ ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub Bambang S Evan dikonfirmasi Riau Pos, Rabu (2/5).

Dijelaskan bambang, musibah itu menjadi perhatian bagi semua pihak termasuk Kemenhub. Ke depan kejadian yang mengenaskan itu dapat dihindari. ‘’Memang ini musibah, tapi akan menjadi bahan evaluasi kita,’’ tegasnya.

Kemenhub kata dia tidak mau menyalahkan pihak manapun, tetapi dengan kejadian ini juga adanya kelalaian dari pihak angkutan dan juga pemerintah setempat yang tidak menjalankan aturan transportasi yang harus diterapkan terhadap angkutan umum darat.

‘’Uji keur (kelayakan) kendaraan tersebut ternyata sudah mati sejak tahun 2011 lalu, kenapa tidak ditindak. Ini kan menjadi tugas pemerintah setempat melalui Dishubnya untuk mengawasi secara ketat, Kemenhub hanya mengimbau dan meminta aturan dijalankan,’’ imbuh Bambang.  

Agar kejadian serupa tak terulang kembali lanjut Bambang, harus ada perhatian dari semua pihak terutama pemerintahan daerah yang menjalankan berbagai aturan transportasi angkutan umum. Misalnya, uji kelayakan (keur) sekali enam bulan harus diperiksa, meskipun ada atau tidaknya kecelakaaan. Begitu juga regulasi lain yang mesti dijalankan, dan pihak angkutan juga harus menaati.

Terkait pelanggaran lainnya, seperti supir yang tidak memiliki SIM dan dokumentasi lainnya, tindakan ugal-ugalan yang meresahkan penumpang, menjadi tugas pihak keposiisan. ‘’Jadi sebetulnya aturannya sudah jelas, ketat, tapi pengawasannya yang masih lemah,’’ ungkapnya.(sda/yud/rpg/ila)  









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook