DUMAI (RIAUPOS.CO) - HENDRA adalah anggota Batalyon Intai Amfibi 1 Marinir TNI AL. Dia turut bergabung dalam tim SAR pencarian korban pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) lalu. Kotak hitam itu ditemukan Sertu Hendra di kedalaman 35 meter dengan koordinat S 05 48 48.051-E 107 07 37.622 dan koordinat S 05 48 46.545-E 107 07 38, Kamis (1/11) pagi. Sebenarnya kotak hitam itu telah ditemukan sejak Rabu (31/10), namun kendala arus menjadi sulit untuk dilakukan proses pengangkatan.
Menurut Hendra, saat melakukan penyelaman dirinya sulit mengangkat kotak hitam tersebut. Pasalnya kotak hitam itu berada di dasar laut yang dipenuhi serpihan pesawat dan lumpur dasar laut.
“Memang agak lumpur, agak sulit dan serpihan pesawat di mana-mana,” kata Hendra di atas Kapal Baruna Jaya, Kamis (1/11).
Hendra sempat putus asa ketika melakukan penyelaman, karena tidak banyak ditemukan bongkahan. Hanya bongkahan-bongkahan kecil.
“Tapi kami terus ikuti alat. Kami kecilkan areanya lalu pada tempat yang alatnya menimbulkan sinyal tersebut lalu kami gali-gali, dan ternyata kami mendapatkan black box,” tutur Hendra.
Hendra anak keempat dari lima bersaudara pasangan Chaidirman dan Syafizar. Saat ini orangtuanya tinggal di Jalan Hasanuddin Gang Murni 2 Kota Dumai.
Hendra sendiri bergabung di TNI AL pada 2005 lalu. Dia lulus Korps Marinir dan di BKO ke Batalyon Intai Amfibi Korp Marinir Angkatan Laut Jakarta sampai saat ini. Hendra diketahui selalu meminta doa dan restu orangtuanya saat mendapat tugas.
“Terakhir dia ada hubungi abangnya sebelum menyelam Rabu (31/10) malam. Dia minta doa agar kotak hitam pesawat yang kecelakaan tersebut cepat ditemukan,” ujar Chaidirman (65) saat ditemui Riau Pos di kediamannya, Kamis (1/11).
Chaidirman baru mengetahui anaknya yang menemukan kotak hitam pesawat tersebut setelah diberitahu abang Hendra.
“Saya sedang kerja di bengkel. Tadi (kemarin, red) abangnya bilang Hendra masuk tivi. Dia menemukan kotak hitam pesawat yang jatuh,” sebutnya.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bengkel itu mengaku bangga dengan anaknya yang berhasil menjalankan tugas yang diberikan.
“Ini sudah tugas dia. Tapi namanya orangtua ada rasa syukur ketika anak berhasil menjalankan tugas dengan baik,” sebutnya.
Ia menceritakan Hendra anak keempat dari lima bersaudara. Sejak kecil bercita-cita jadi tentara. Sejak kecil pula dia hobi berenang. Dia merupakan alumni SDN 10 dan SMPN 4 Kota Dumai.
“Setelah tamat di SMAN 2 Dumai pada 2003 ia sempat mencari kerja, tapi tidak ada yang menerima. Akhirnya dia ikut tes Angkatan Laut di Medan,” tuturnya.
Dikatakan Chaidirman, saking niatnya ikut tes, Hendra saat berangkat tidak memberi tahu. Setelah sampai di Medan baru dia memberitahu.
“Alhamdulillah lulus dan sampai sekarang bertugas,” sebutnya.
Dikatakan Chaidirman, Hendra pernah beberapa kali bertugas di luar negeri. Jadi pasukan keamanan PBB di Libanon. Pernah juga latihan bersama dengan pasukan Amerika dan pernah ikut latihan perang bersama di Hawai.
“Dia cukup aktif. Bahkan juga berprestasi di berbagai bidang, seperti menembak, terjun payung, dan berenang,” ceritanya.
Ia mengaku anaknya memang sering mendapatkan tugas dalam evakuasi kecelakaan. Termasuk pesawat Sukhoi, kapal tenggelam di Danau Toba dan beberapa tugas lainnya.
“Terakhir pulang ke Dumai saat Idulfitri. Kalau terakhir ketemu satu bulan lalu di Bandung,” jelasnya.
Dikatakannya, Hendra sudah berkeluarga dan memiliki anak. Hendra juga sangat perhatian dengan keluarga.
Namun terkait tugas-tugasnya jarang di beritahu secara detail.
“Mungkin karena tugas. Di pasukan elite ada hal-hal yang harus di jaga,” sebutnya.
“Intinya kami merasa bersyukur, kotak hitam itu bisa ditemukan. Apalagi anak kami yang menemukan. Mudah-mudahan penyebab jatuhnya pesawat bisa diketahui,” tuturnya.(jpc/ted)
(Laporan HASANAL BULKIAH, Dumai)