Calon Walikota Padang Saling Klaim

Nasional | Sabtu, 02 November 2013 - 14:05 WIB

PADANG (RP) - Belum adanya kepastian hasil pilkada dari KPU, mem­buat pasangan calon dan tim suk­­­ses harap-harap cemas. Me­re­ka masih terus mengum­pul­kan data dari para saksi. Pasa­ngan Mahyeldi-Emzalmi dan Desri Ayunda-James yang se­­men­tara ini memperoleh sua­­ra ter­atas, ternyata memi­liki data pe­rolehan suara ber­beda. 

Masing-masing tim sukses meng­klaim datanya valid, ka­re­na menggunakan data for­mulir C1 dari saksi tiap TPS. Tim suk­ses pasangan calon Ma­­h­­yel­di-Em­zalmi meng­klaim me­nang te­lak dengan pe­­­rolehan suara 30,09 persen da­­ri total suara masuk 313.178 sua­­ra. Sedang­kan Desri-James ha­­nya mem­pe­ro­leh 19 persen suara. ”Kita me­mang menar­get­­kan satu puta­ran. Data dari se­­luruh saksi di TPS menun­juk­­­kan kami me­nang satu pu­ta­­ran. Pasangan lain jauh bera­da di bawah,” ujar Ketua Tim Pe­­menangan Mah­yel­di-Em­zal­­mi, Muharlion.

Cawako Padang Mahyeldi pa­d­a sejumlah wartawan, kema­rin (31/10) menyampaikan k­a­lau data tersebut dikumpulkan dari formulir C1 setiap saksi. Ma­kanya, pihaknya merasa sangat yakin akan keakuratan data. Mes­ki begitu, baik Mahyeldi mau­pun Muharlion menye­but­kan pihaknya masih me­nung­gu hasil resmi KPU yang di­umum­kan 5 November.

Sedangan pasangan Desri-Ja­mes mengklaim pilkada bakal ber­l­angsung dua putaran, sete­lah melihat hasil penghitungan su­ar­a yang dilakukan timnya. Tim Desri-James menyebutkan, su­dah mengumpulkan suara 308 ribu. Dari data itu, pasangan Desri-James memperoleh suara 25,54 persen, sedangkan Mah­yeldi 27,29 persen.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Kita memang tertinggal dari pasangan nomor urut 10. Tapi akan ada putaran kedua, karena pe­rolehan suara calon tidak ada yang sampai 30 persen,” ujar Ca­wako Desri Ayunda.”Jika ka­mi kalah karena ada kecu­rangan dan merugikan kami, maka ten­tu kami kaji untuk bisa dila­por­kan ke MK,” tambahnya.

Pengamat politik dari IAIN Imam Bonjol M Taufik menilai, klaim data dari masing-masing pa­sangan calon adalah wajar. Ta­pi publik jangan sampai ter­pengaruh dengan data ters­ebut. “Lebih baik menunggu data resmi KPU, karena dilakukan se­cara bertahap dan tidak ada ke­pentingan,” ujarnya.

Di sisi lain, peneliti dari lem­baga survei MIKA Consultant Politic, Andri Rusta menilai dari penelitian mereka tingkat par­tisipasi pemilih cukup ren­dah. Banyak hal memicu cukup ting­ginya angka golput tersebut. Fak­­tor terbesarnya adalah, aki­bat masyarakat sudah apatis dan ca­lon terlalu banyak. “Parahnya lagi, sang calon tidak begitu de­kat dengan masyarakat, se­hing­ga mereka kurang begitu dike­nal,” terang Andri. (ek/zil/rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook