JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Hari lahir Pancasila dirayakan dan diperingati secara serentak di seluruh penjuru Tanah Air, Jumat (1/6). Bersatu, berbagi dan berprestasi, menjadi tema yang digaungkan pada momen tersebut.
Presiden Joko Widodo mengatakan, peringatan hari lahir Pancasila diharapkan menjadi momentum merekatkan kembali semangat persatuan. Mengingat, semangat tersebut mulai luntur pascarentetan peristiwa politik yang terjadi beberapa tahun belakangan. “Kita harus memperkokoh kekuatan kolektif bangsa,” kata Jokowi di Gedung Pancasila, Komplek Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (1/6).
Presiden menambahkan, persatuan dan kolektivitas bangsa sangat diperlukan di tengah persaingan global yang semakin ketat. Menurutnya, jika elite dan masyarakat larut dalam perselisihan, maka akan merugikan keberlangsungan negara.
“Tidak boleh menghambur-hamburkan energi dalam perselisihan dan perpecahan,” imbuhnya.
Selain persatuan, mantan Wali Kota Solo itu juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk saling berbagi dengan memperkuat etos kepedulian, welas asih, dan saling menghargai dengan penuh empati. Dan hari Pancasila yang bersamaan dengan bulan suci Ramadan adalah momentum untuk memperkuat hal tersebut.
“Semangat gotong royong yang merupakan budaya luhur bangsa harus terus kita pupuk sebagai sumber energi besar Indonesia untuk menggapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat,” kata Jokowi.
Dengan modal semangat persatuan dan energi kebersamaan, diharapkan bangsa ini akan mampu berprestasi untuk memenangkan kompetisi. Tak terkecuali dalam Asian Games maupun kompetisi ekonomi. “Kita harus percaya diri dan berani bersaing dalam kehidupan dunia yang semakin terbuka dan kompetitif,” terangnya.
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif menambahkan, pihaknya sengaja memasukkan tema persatuan mengingat agenda politik ada di depan mata. Dia berharap, agenda politik, baik pilkada maupun pilpres tidak merusak semangat tersebut. “Apapun pilihan politik kita, apapun dukungan kita, tidak boleh merobek persatuan kita,” ujarnya.
Sementara itu, anggota Dewan Pengarah (BPIP) Mahfud MD mengajak publik untuk bisa bersikap dewasa dan menghadapi persoalan secara demokratis. Termasuk dalam menyikapi pemberitaan media yang menjadi produk demokrasi.
Pria asal Madura itu menyayangkan aksi kekerasan yang dilakukan sejumlah oknum kader PDIP Bogor yang menyerang Kantor Radar Bogor, Rabu (30/1) lalu. Menurutnya, tidak tepat jika cara-cara kekerasan dilakukan di negara yang demokratis. “Orang nyerang dengan kata, balas dengan argumentatif. Jangan dengan fisik. Itu buruk bagi negara hukum,” tuturnya.
Oleh karenanya, dia menyarankan agar kedua belah pihak bisa menyelesaikan persoalan tersebut dengan kepala dingin. “Kalau dianggap melanggar etika biar ada Dewan Pers. Yang melanggar hukum dengan kekerasan ada polisi. Saya kira itu sudah ada jalurnya masing masing,” jelasnya.(far/jpg)