AGAM (RP) - Pelaku pembunuhan terhadap Rusyada Nabila (16), Wisnu Sadewa (32), ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan berantai atas sejumlah korban orang hilang di wilayah hukum Polres Bukittinggi. Hal itu terungkap setelah penyidik Polres Bukittinggi, memeriksa tersangka Wisnu sepanjang Rabu, (1/5).
Dari nyanyian dia terungkap, tersangka tak hanya membunuh Nabila. Namun, ada korban lain yang dibunuh atas nama Nefrida Yanti (23), warga Jorong Balai Badak, Kenagarian Batukambiang, Kecamatan IV Nagari, Agam.
Pengakuan tersangka asal Dalamkoto, Kenagarian Pakansinayan, Kecamatan Banuhampu itu, membuat penyidik terkejut. Apalagi selama ini ada sekitar tujuh sampai delapan laporan masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya, dan masih gadis di wilayah hukum Polres Bukittinggi.
Tersangka Wisnu, kemarin dengan tenang menceritakan tentang pembunuhan yang dilakukannya terhadap korban, Nefrida Yanti. Polisi sebelumnya memang terus mengembangkan kasus, untuk mengungkap apakah ada korban lain yang dibunuh tersangka Wisnu.
Polisi tidak percaya begitu saja, jika Wisnu hanya membunuh Nabila, seorang pelajar Pondok Pesantren Diniyah V Jurai, Sungaipua, yang dibunuh Wisnu secara sadis dan dikubur di perladangan, di kaki Gunung Singgalang.
Dugaan polisi ternyata benar. Ketika penyidik mengecek semua daftar telepon masuk dan keluar yang dilakukan tersangka Wisnu, akhirnya diketahui, jika pria tersebut memang berhubungan (kontak) dengan Nefrida Yanti.
"Ya, saya juga membunuh wanita itu (Nefrida Yanti). Kejadiannya beberapa bulan lalu," kata Wisnu kepada penyidik Polres Bukittinggi.
Pengakuan Wisnu ternyata sama dengan laporan masyarakat yang masuk pada Minggu (3/2) pukul 07.00 WIB. Disebutkan, korban Nefrida meninggalkan rumahnya di Batukambing menuju Bukittinggi. "Saya membunuh korban di areal persawahan, Minggu (3/2) pukul 21.00 WIB," kata tersangka.
Ternyata cara membunuh yang dilakukan Wisnu terhadap Nefrida sama dengan Nabila. Tersangka mencekik leher korban dari belakang menggunakan jilbab korban.
Sesuai dengan pengakuan Wisnu, dia mengenal korban Nefrida Yanti melalui facebook. Selama satu bulan tersangka menjalin komunikasi dengan korban melalui jejaring sosial tersebut. Sama seperti Nabila, tersangka juga memakai nama samaran ketika berkenalan dengan korban.
Wisnu memakai nama Amel di facebook, sehingga korban percaya begitu saja. Setelah hampir satu bulan, akhirnya tersangka mengajak korban bertemu (kopi darat). Akhirnya, tersangka mengajak korban bertemu di Bukittinggi. Dari Lubukbasung, Yanti-panggilan korban, turun di simpang terminal Auakuning dan langsung dijemput tersangka pada Minggu sore. Selanjutnya, korban mengajak ke rumahnya untuk bertemu dengan Amel.
Tanpa rasa curiga, Yanti menurut ajakan Wisnu. Mereka memutuskan naik angkutan umum menuju Padangpanjang dan turun di simpang Padanglua. Ketika itu hari sudah malam. Melihat kondisi itu, tersangka mengajak Yanti naik ojek dengan cara bonceng tiga menuju daerah Kotogadang. Setelah sampai di tujuan sekitar pukul 21.00 WIB, tersangka menunjukkan kalau rumahnya ada di tengah sawah, berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya dan harus lewat pematang sawah.
"Saya menyuruh korban berjalan di depan, dengan alasan ada anjing galak di sebuah rumah warga. Sehingga korban percaya," kata Wisnu.
Ketika tepat berada pada semak-semak, tersangka langsung mencekik leher korban. Dengan jilbab yang dipakai korban, tersangka terus mencengkram leher, sehingga korban tak bisa bergerak dan berteriak.
Setelah yakin, korban tidak bernyawa, tersangka langsung mengambil anting-anting korban yang diakuinya dijual Rp 400 ribu, serta HP milik korban dan uang sebesar Rp 150 ribu. Setelah berhasil mengambil barang berharga korban, tersangka meninggalkan Yanti dalam keadaan tidak bergerak dalam posisi telentang, dan dia terus pulang ke rumahnya orangtuanya di daerah Pakansinayan.
Dengan melibatkan seluruh kesatuan Polres Bukittinggi dan Polsek IV Koto, Rabu siang, aparat mendatangi lokasi yang ditunjukkan tersangka, sebagai lokasi tempat korban dibunuh. Berjalan sekitar 200 meter dari jalan raya menuju kawasan Kotogadang dan melewati pematang sawah, akhirnya ditemukan sebuah semak yang ditunjukkan Wisnu.
Puluhan polisi langsung menyisir semak belukar di daerah Lungguak Batu, Jorong Kotogadang, Nagari Kotogadang, Kecamatan IV Koto. Selang lima menit pencarian, polisi menemukan sebuah pakaian berwarna kuning. Ketika ditanya pada Wisnu, dia mengaku jika itu adalah pakaian korban.
Kemudian, dibantu lima warga setempat, polisi pun menemukan pakaian dalam Yanti, serta kerangka gigi. Berjarak sekitar dua meter dari tempat itu, masih di dalam semak, ditemukan tengkorak manusia.
"Setelah dilakukan pembersihan, kita kembali menemukan beberapa tulang Yanti termasuk celana dalam manusia. Ditemukan lagi sepasang sandal dan bros, semua berserakan di sekitar lokasi yang ditunjuk tersangka," jelas Wakapolres Bukittinggi, Kompol Arief Budiman.
Pencarian terus dilakukan, namun polisi tak berhasil menemukan kerangka lainnya seperti kaki, tangan. Polisi hanya membawa beberapa tulang, termasuk tengkorak serta rambut korban ke RSAM Bukittinggi. Sementara Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan BPBD Agam dibantu warga setempat, Rabu siang terus membersihkan semak mencari beberapa tulang yang belum ditemukan.
Sementara itu, Wakapolres Bukittinggi, Kompol Arief Budiman mengungkapkan, diduga masih ada korban-korban lain yang dibunuh oleh tersangka. Pasalnya, banyak laporan masyarakat yang kehilangan anak-anak mereka, dan hingga kini tak ada kabar beritanya. "Tersangka terus kita periksa, dan kasus ini kita kembangkan, apakah masih ada korban lain yang dibunuh tersangka," tegas Kompol Arief.
Sementara itu, orangtua korban Yanti, Nelda Levina (44) yang ditemui di Mapolres Bukittinggi, terlihat sudah tabah dan mengikhlaskan kepergian anak pertamanya itu. Kata ibu korban, sehari sebelum pergi meninggalkan rumah, putrinya itu sudah pamit dan menyebut akan pergi ke Bukittinggi."Ketika itu anak saya menyebut akan segera pulang pada hari itu juga," kata Nelda.
Saat putrinya hingga Minggu malam, tak kunjung pulang, barulah ia cemas. Bahkan, dia kehilangan kontak dengan putrinya itu. "Sampai Minggu malam itu, hanya ada satu SMS masuk memakai nomor putri saya, dan disebutkan untuk bertemu pada suatu tempat seperti di Kelok 44 dan Matur. Tapi setelah diikuti, ternyata yang bersangkutan tidak pernah ada," jelas ibu tiga anak ini yang berharap aparat kepolisian bisa memberikan tulang atau tengkorak putrinya untuk dikuburkan secara layak di kampung, di daerah Batukambing, Lubukbasung.
Sebelumnya, perkenalan juga pernah dilakukan Wisnu dengan teman baru di jejaring sosial, facebook, Rusyada Nabila (16). Setelah menghilang hampir satu bulan, pelajar kelas I Diniyah V Jurai, Sungaipua, Kabupaten Agam ini, ditemukan tewas. Ia dibunuh dan dikubur secara tak layak oleh teman facebook-nya, Wisnu Sadewa (32).
Terkuaknya penemuan mayat Nabila, Senin (29/4) pukul 16.30 WIB bermula, ketika aparat kepolisian yang sudah satu bulan melacak keberadaan anak pasangan Khairis Munaf (50) dan Nelinda (41) tersebut, berhasil menemukan pelaku, Wisnu. Ketika ditangkap di sebuah warung di kawasan Kotogadang, Kecamatan IV Koto, Agam, pelaku mulanya mengelak. Namun, setelah aparat menunjukkan semua bukti-bukti kuat, pemuda asal Pakansinayan, Kecamatan Banuhampu tersebut, tidak bisa berkutik lagi.
Pengakuan pelaku di Mapolres Bukittinggi, Senin malam, korban, Nabila merupakan kenalannya di facebook. Pertemanan itu terjadi 15 hari sebelum Nabila dibunuh. Namun, pelaku ternyata memakai identitas (akun) palsu dalam facebook. Pelaku di dunia maya mengaku, bernama Rani Nurdiati, mahasiswi UNP. Kuat dugaan, korban mau berteman, karena menganggap pelaku adalah perempuan baik-baik.
Setelah sering berkomunikasi di facebook, keduanya berencana bertemu langsung (kopi darat) di simpang Padanglua, Kecamatan Banuhampu. Akhirnya, Nabila pergi dari rumah Rabu (20/3). Ketika Nabila sudah berada di kawasan Padanglua Bukitinggi, sekitar pukul 19.00 WIB, tiba-tiba dia datangi Wisnu (pelaku) yang mengaku kalau Rani tidak bisa datang dan dia disuruh untuk menjemput Nabila.
Tapi, karena yang datang adalah laki-laki, Nabila tidak bersedia diajak oleh Wisnu dan dia belum sadar, kalau yang namanya Rani adalah fiktif belaka. Identitas palsu sengaja dilakukan Wisnu untuk mengelabui Nabila. Karena Nabila tidak bersedia ikut dengan pelaku, lalu Wisnu langsung pulang ke rumah orangtuanya.
Masih pada malam kejadian, Nabila kembali mengirim SMS pada Wisnu kalau dia minta dijemput dan ingin dipertemukan dengan Rani, sebab angkutan umum ke rumahnya di Sungaipua sudah tidak ada lagi. Karena tidak mempunyai sepeda motor, Wisnu menyarankan Nabila untuk naik ojek ke rumah Wisnu, yang menjanjikan kalau ongkos ojek akan dibayarkan Wisnu, setelah korban sampai.
Tanpa perasaan curiga, Nabila menuruti saran dari pelaku, termasuk turun di simpang Jorong Dalam Koto, Pakansinayan, Kecamatan Banuhampu. Sampai ditempat itu, pelaku sudah menunggu dan mengajak korban ke rumahnya. Nabila mulai curiga, karena pelaku mengajaknya lewat semak-semak. Setelah terlalu jauh masuk ke dalam daerah yang terlihat seperti rimba, Nabila mulai cemas dan bermaksud untuk lari.
"Melihat Nabila hendak lari, saya langsung merangkulnya dari belakang. Ketika Nabila tak berdaya, saya langsung merampas HP dia," kata Wisnu kepada aparat kepolisian.
Karena korban mencoba melawan, Wisni langsung mencabut pisau di dalam pakaiannya dan menusukkan ke leher belakang Nabila. Seketika, Nabila terguling-guling di tebing.
Tidak hanya sampai di sana, karena melihat Nabila masih menjerit, pelaku langsung menusukkan pisau dapur dua kali ke leher kiri dan kanan, hingga Nabila tidak bergerak lagi. Ketika dalam keadaan sekarat tersebut, pelaku langsung membuka baju kaos korban, dan melilitkannya ke leher korban sampai betul-betul tidak bergerak. Setelah yakin Nabila sudah tewas, Wisnu langsung menutupi Nabila dengan daunan sambil dia menjemput cangkul di ladang orangtuanya.
Setelah itu, pelaku membuka celana jeans korban dan mengikatkan pada kaki. Tubuh korban diseret ke sebuah ladang di bawah bukit. Kemudian, pelaku menggali lubang sekitar dengkul orang dewasa dan menguburkan Nabila yang diyakini sudah tewas.
Ditembak
Wakapolres Bukittinggi, Kompol Arief Budiman mengaku, keberadaan pelaku berhasil diketahui, setelah aparat menelusuri facebook Nabila, serta melacak dengan siapa saja, terakhir kali korban berbicara di HP.
"Cukup lama pencarian dilakukan. Kita mendapati jika Nabila berkomunikasi dengan seorang teman di facebook dan hendak bertemu. Lalu, kita juga melacak HP korban, dan dari sanalah kita curiga jika pelaku adalah Wisnu," kata Kompol Arief. Sementara itu, pelaku terpaksa ditembak aparat, karena berusaha kabur ketika diminta menunjukkan lokasi dimana pelaku mengubur Nabila.(wan/rpg)