JAKARTA (RIAUPOS.CO) - PENCARIAN black box atau kotak hitam pesawat Lion Air PK-LQP yang mengalami kecelakaan Senin (29/10) lalu mulai menunjukkan titik terang. Rabu (31/10), empat kapal yang dilengkapi dengan side scan sonar, multibeam schosounder, dan remotely operated vehicle (ROV) sudah bisa mendeteksi kotak hitam melalui bunyi ping yang memang terpancar dari alat tersebut.
”Sekitar jam tiga tadi kira-kira terdengar pingnya,” ujar Kepala Basarnas Muhammad Syaugi yang baru turun dari KRI I Gusti Ngurah Rai usai meninjau evakuasi, semalam.
Dia bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sejak pagi memantau langsung pencarian korban dan kotak hitam serta badan Lion. Syaugi menuturkan diperkirakan lokasi kotak hitam itu sekitar 400 meter barat laut dari lokasi perkiraan awal hilang kontak. Kedalamannya kira-kira 30 meter di bawah laut. Tapi, posisi yang telah diketahui itu harus dipastikan terlebih dahulu dengan ROV. Masalahnya arus laut kemarin begitu deras sekitar 3-4 knot. Sehingga menyulitkan ROV dan penyelam untuk turun ke bawah laut. Kapal yang membawa ROV juga bergeser.
”Kapal yang membawa peralatan tersebut, dengan ROV itu harus lego jangkar,” ungkap Syaugi.
Tapi, selain arus yang kencang di sekitar lokasi pencarian itu juga ada pipa bawah laut Pertamina. Sudah ada koordinasi dengan pihak Pertamina untuk meminta izin agar kapal-kapal pencari itu bisa menurunkan jangkar.
Dalam pencarian kemarin, beberapa objek memang sempat terdeteksi dari peralatan yang terpasang di empat kapal pencari. Yakni Kapal Basarnas, Kapal TNI AL KRI Rigel, kapal BPPT, dan kapal Pertamina. Objek yang terdeteksi itu setelah didatangi penyelam ternyata kapal kayu yang terbalik, rangka kapal, dan bubu sepanjang 16 meter.
Selain itu, dalam pencarian itu juga ditemukan serpihan-serpihan bangkai pesawat. Tapi, belum ditemukan bagian pesawat yang cukup besar. Saat mendeteksi serpihan-serpihan itulah terdektesi ping locator.
”Black box itu ada ping yang bisa berbunyi. Kita berdua (Saugi dan Marsekal Hadi Tjahjanto) mendengarkan itu, tit tit tit, suara itu terdengar,” ungkap dia.
Marsekal Hadi menceritakan dia mendengar sendiri bunyi ping tersebut. Menurut dia terdengar dua bunyi. Yang satu agak keras, sedangkan yang lainnya lebih lemah. ”Itu adalah bagian black box mungkin yang satunya tertutup dengan pasir dan sebagainya. Tapi yang jelas suara itu ada, sifatnya semakin dekat semakin kencang,” kata dia.
Selain itu, dia juga melihat sendiri dari hasil pantauan ROV ada majalah yang terbuka sendiri saat didekati. Diperkirakan majalah yang biasa tersedia di dalam pesawat tersebut baru saja terlepas dari tempatnya. Hal itu menandakan lokasinya berdekatan dengan badan pesawat yang lebih besar.
”Saya yakin dengan kondisi seperti itu bodi pesawat ada di sekitar itu. Biasanya kalau pesawat jatuh itu bagian pilsection itu masih kelihatan utuh,” ungkap dia.
Dia menuturkan tim pencari akan fokus pada satu titik pencarian. Hanya perlu lego jangkar setelah mendapatkan izin dari Pertamina. Langkah selanjutnya adalah mengangkat badan pesawat. Hadi pun sudah mempersiapkan operasi pengangkatan badan pesawat tersebut.
Direktur Sistem Komunikasi Basarnas Budi Purnama menambahkan pencarian dilakukan selama 24 jam. Pada malam hari, petugas menurunkan ROV untuk melakukan pencarian. Sedangkan penyelam diturunkan bila ditemukan tanda-tanda black box berada. ”Hari ini (kemarin, red) arusnya cukup kuat 3-4 knot. Tapi visibilitiya (jarak pandang) bagus 4-7 meter,” kata Budi.
Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT M Ilyah menjelaskan secara rinci koordinat sinyal black box tersebut. Yakni berada di koordinat S 05 48.051 – E 107 07 37.622 dan pada koordinat S 05 48 46 .545 – E 107 07 38.398. Sinyal ping dari kotak hitam itu tertangkap oleh perangkat transponder USBL (ultra-short baswe line) Baruna Jaya 1. ’’Sinyal menunjukkan berada pada kedalaman hampir 30 meter di dasar laut,’’ kata Ilyas yang ikut berada di kapal Baruna Jaya I.
Ilyas menceritakan sejak kemarin pagi sudah menurunkan perangkat ping locator untuk melacak sinyal kotak hitam. Perangkat ping locator itu digunakan untuk mendukung perangkat USBL transponder yang akhirnya mendeteksi sinyal kotak hitam.
Satu Teridentifikasi,
Sisanya Tunggu Tes DNA
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri menghadapi tantangan berat dalam mengidentifikasi jenazah korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610. Pencocokan postmortem dari 87 bagian tubuh korban dengan antemortem berupa tanda-tanda medis membuat tim DVI hanya berhasil mengidentifikasikan satu korban. Yakni Jannatun Cintya Dewi (24). Akhirnya, DVI hanya bergantung pada tes DNA untuk menentukan identitas korban.
Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati Kombespol Musyafak menuturkan, untuk Rabu (31/10) data antemortem atau data identitas korban dari keluarga telah masuk sebanyak 191 data. Satu keluarga bisa memasukkan lebih dari satu data antemortem. ”Namun, data antemortem berupa tanda medis seperti struktur gigi, sidik jari dan sebagainya. Kami mohon keluarga melengkapi,” ujarnya.
Data antemortem berupa tanda medis tersebut coba dicocokkan dengan postmortem atau data yang diambil dari jenazah korban. Hasilnya, dapat diidentifikasi satu korban bernama Jannatun. Dia tercatat berasal dari Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur. ”Jenazah dapat diidentifikasi karena ditemukan bagian tubuh yang masih baik,” tuturnya.
Sementara Kapusinafis Polri Brigjen Hudi Suryanto menjelaskan jenazah korban mampu diidentifikasi karena ditemukan tangan bagian tangan kanan yang masih menyambung dengan bagian dada hingga perut. Lalu, kondisi sidik jari yang masih baik. ”Maka, kami scan sidik jari bagian telunjuk yang relatif baik, hingga keluar identitasnya,” jelasnya.
Dari semua itu ditemukan 13 titik kesamaan pada sidik jari. Standarnya hanya dengan 12 titik kesamaan bisa ditentukan identik. ”Dengan begitu yakin untuk membuat kesimpulan,” urainya.
Bagaimana dengan identifikasi korban lainnya? Arthur menjelaskan bahwa data antemortem tanda medis lain kurang kuat hingga membuat tim DVI menunda menyimpulkan identitas dari para korban. ”Dalam proses pencocokan atau rekonsiliasi ini terjadi pembicaraan yang ketat,” paparnya.
Salah satu contohnya, terdapat data berupa tato dari pihak keluarga. Namun, tidak bisa dicocokkan dengan jenazah korban. Bahkan, untuk menentukan identitas korban yang masih anak dan bayi juga kurang meyakinkan. Sebab, ada sebagian tim DVI yang tidak setuju dalam menentukan usia korban berdasar ronsen untuk mengetahui pertumbuhan tulang.”Untuk itu kami putuskan menunggu hasil tes DNA,” ujarnya.
Dari 189 keluarga penumpang dan kru pesawat baru diambil 147 sample DNA. Artinya, setidaknya masih kurang 41 sample DNA dari keluarga. Bahkan, bisa lebih karena untuk satu korban bisa jadi membutuhkan beberapa sample atau malah yang melapor dari keluarga ada lebih dari satu. ”Kami mohon agar secepatnya dilengkapi,” terangnya.
Apakah kondisi jenazah yang rusak ini bisa menentukan penyebab kematian? Dia menjelaskan bahwa nantinya Polri akan memberikan masukan kepada KNKT dari hasil identifikasi jenazah korban. Sehingga, proses investigasi untuk mengetahui proses kecelakaan bisa lebih cepat. ”Tapi, bukan kami yang berwenang menjelaskan soal kecelakaan,” ujarnya.
Polri tidak hanya mengerahkan tim DVI, namun juga tim Psikologi untuk menyembuhkan trauma atau trauma healing dari keluar korban. Dari upaya tersebut, keluhan paling menonjol dari keluarga soal identitas korban.
Arthur menjelaskan, keluarga korban merasakan kesedihan yang makin dalam akibat munculnya nama, bahkan kartu identitas korban kecelakaan pesawat di media sosial dan media massa. ”Keluarga minta foto KTP jangan diulang-ulang ditayangkan. Itu bikin sakit hati. Maka, kami minta agar semua memahaminya,” tuturnya.
Kemarin, Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan juga ikut memberikan semangat kepada keluarga korban kecelakaan pesawat di ruang trauma healing RS Polri. Setidaknya ada 128 warga Bangka Belitung yang menjadi korban dalam kejadiaan naas tersebut.
”Kami menerima keluhan yang sama, bagian tubuh korban, barang-barang KTP, foto jangan dimunculkan terus. Ini sangat berpengaruh,” tuturnya ditemui di RS Polri kemarin.
Penyerahan jenazah Jannatun dilakukan kemarin malam. Ayah Jannatun Bambang Supriadi yang menerima langsung dokumen serah terima tersebut. Dengan terisak, dia terima amplop merah yang diserahkan oleh tim Lion Air dan DVI Polri. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Dia pun langsung menuju kamar jenazah untuk melihat jasad putrinya dimakamkan.
Tim DVI Brigjen Sumirat Dwiyanto mengatakan bahwa jenazah akan diterbangkan ke Sidoarjo pada hari ini. Lion Air menerbangkan jenazah pada pukul 05.00. ”Kami tidak mau berandai-andai bagaimana jika ada potongan tubuh lain dari Jannatun,” jawabnya ketika ditanya kenapa tidak menunggu temuan tubuh Jannatun secara lengkap.(idr/lyn/jun/wan/agm/ted)
(Laporan JPG, Jakarta)