ARAB MELAYU MUATAN LOKAL

Azaly Djohan: Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Liputan Khusus | Minggu, 31 Januari 2016 - 13:07 WIB

Azaly Djohan: Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Azaly Djohan

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Masih minimnya penerapan muatan lokal Budaya Melayu Riau (BMR) di setiap sekolah di Riau menjadi perhatian tersendiri. Pasalnya, dalam mata pelajara BMR tersebut jelas diberikan pemahaman dan penjelasan pelestarian budaya Melayu yang memang kental di negeri Lancang Kuning ini. Tidak hanya sekadar aksara Arab Melayu saja, namun juga BMR merupakan langkah untuk tetap menjaga adat istiadat masyarakat Melayu kepada calon-calon penerus pembangunan bangsa tersebut. Untuk itu, Tokoh Masyarakat Riau, Azaly Djohan yang juga mantan ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau berharap BMR sudah merata di ajarkan di setiap jenjang pendidikan di Riau.

’’Memang, aksara Arab Melayu itu hanya bagian kecil saja. Tapi mata pelajaran BMR itu sudah mencakup seluruh bagian penting sebagai masyarakat Melayu secara utuh. Sulit saat ini memberikan penjelasan kepada anak-anak muda agar peka akan kebudayaan dan adat istiadat kemelayuan tersebut. Tapi kita sudah ada BMR dan saat ini dipertegas dengan Peraturan Daerah (Perda) yang sudah disahkan terkait pelestarian Budaya Melayu. Apa tidak sebaiknya, hal tersebut menjadi perhatian kita semua,’’ terang Azaly.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Diceritakan Azaly, beberapa waktu yang lalu, LAM Riau sudah berupaya untuk memberikan dasar hukum yang kuat agar budaya Melayu diajarkan di tingkat pendidikan dari SD hingga SMA. Hal tersebut dilakukan karena melihat sudah mulai berkurangnya anak-anak muda yang peduli akan pelestarian budaya Melayu. Bahkan, beberapa anak muda dan masyarakat Riau yang masih tetap menjaga kebudayaan Melayu melalui kesenian masih belum mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Karena itu, BMR muncul dan dikuatkan dengan Perda tahun 2006 yang silam. Meski begitu, penerapan perda tersebut masih jauh dari harapan yang sebenarnya akibat dari belum adanya sangsi yang jelas terkait pelanggar perda ini. Tidak ingin melihat hal tersebut sebagai sebuah kesalahan, Azali ingin saat ini pemerintah Riau yang mulai mengkampanyekan Riau bumi Melayu untuk terus maju.

’’Saat ini Pemprov memiliki program, Riau The Homeland of Malay. Jadi kami berharap itu tidak hanya sekedar selogan. Sama- sama kita dukung dan berikan yang terbaik, agar anak cucu kita ke depan tidak buta akan budaya Melayu itu sendiri. Termasuk didalamnya aksara Arab Melayu itu,’’ harapnya.(eko)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook