LAWAN PANDEMI VERSI FOTOGRAFER

Turun ke Jalan, Bidik Gambar Olahragawan

Liputan Khusus | Minggu, 29 Agustus 2021 - 10:24 WIB

Turun ke Jalan, Bidik Gambar Olahragawan
Turun ke Jalan, Bidik Gambar Olahragawan (RIAUPOS.CO)

Dari kejauhan, beberapa orang tampak tengah berjaga dan menanti sesuatu. Dengan menenteng kamera, masing-masing ambil posisi. Ketika pesepeda dan pelari mulai mendekat, penantian mereka pun berakhir. Perburuan cuan (uang/keuntungan, red)pun mereka mulai. Berpacu dengan kecepatan, demi mendapatkan bidikan yang sempurna. Berharap hasil buruan (foto olahragawan, red) bisa bertukar menjadi pundi-pundi tambahan di masa pembatasan.

(RIAUPOS.CO) - Fenomena fotografer profesional turun ke jalan untuk memotret kegiatan olahraga kini tren di perkotaan. Seperti yang terjadi Jakarta, Bandung dan Surabaya. Semenjak pandemi, fotografer dengan berbagai latar belakang memanfaatkan momen kegiatan olahraga, khususnya dari komunitas, untuk menambah uang saku. Sebenarnya genre sport (olahraga) di dunia fotografi bukanlah hal baru. Sudah dari dulu-dulu, genre ini hadir bahkan terus berkembang. Namun, yang kita bahas kali ialah bagaimana sport foto ini bisa menjadi asa baru dan harapan bagi para fotografer di masa pandemi.


Pembatasan kegiatan di masa pandemi, mulai dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang entah sampai kapan berakhir membuat pekerja kreatif ini memutar otak. Demi menutupi kekurangan dari sumber-sumber cuan mereka yang terdampak oleh pandemi.

Sebut saja fotografer wedding, fotografer studio dan lainnya. Pembatasan kerumunan dan helat-helat besar yang menjadi lumbung padi mereka, menyisakan sedikit celah saja untuk digarap. Karena itu, memotret olahragawan secara random dan menjual hasil fotonya pun menjadi salah satu cara mereka bertahan melawan Covid-19.

Di Pekanbaru sendiri, fenomena ini mulai muncul di awal tahun 2021. Ini ditandai dari lahirnya sebuah komunitas fotografer bernama Sport Foto Pekanbaru (SFPku) pada 13 Maret lalu. Founder dari komunitas ini, Donaldo, mengaku terinspirasi dari tren yang ada di Jakarta. Menurutnya, tren tersebut merupakan peluang. Baik bagi fotografer maupun olahragawan.

“Awalnya lihat dari adek yang di Jakarta. Dia sering olahraga pagi dan difotoin oleh fotografer profesional di jalanan. Lalu dia beri ide untuk mencoba hal yang sama di Pekanbaru," terangnya.

Donal pun merangkul fotografer dari berbagai latar belakang untuk ambil bagian dalam SFPKu ini. Saat ini, ada belasan orang yang tergabung. Mulai dari fotografer wedding, fotografer media, termasuk pekerja IT, dokumenter, pegawai pemerintahan dan BUMN yang punya kemampuan motret profesional seperti dirinya, bernaung di bawah payung SFPku.

Adapun siklus perputaran foto menjadi profit ini dimulai dari stand by di pagi hari. Tepatnya di jam-jam pecinta olahraga ke luar untuk cari keringat. Sekitar pukul 06.00 WIB, fotografer biasanya sudah stand by di titik-titik yang akan dilintasi oleh komunitas sepeda ataupun pelari. Di Pekanbaru sendiri, titik terbanyak berada di sepanjang Jalan Sudirman Pekanbaru. Puncaknya di Jembatan Siak IV. Sejak pagi, fotografer dari SFPku sudah mengatur posisi masing-masing untuk bisa mendapatkan momen terbaik dari olahragawan tersebut.

"Rutinnya tiap Sabtu dan Ahad pagi atau tanggal merah (hari libur, red). Tapi, kadang ada juga kawan-kawan yang tiap pagi turun foto," jelas Donal.

Perkara bangun pagi ini nyatanya juga jadi satu tantangan bagi fotografer. Belum lagi harus berpacu mengikuti kecepatan sepeda yang kencang. "Tantangannya bangun pagi dan harus bisa mengikuti kecepatan sepeda yang kencang. Apalagi roadbike. Jadi, harus pas momennya.Cepat dan akurat pengambilannya," tambahnya lagi.

Nah, setelah berburu, kemudian hasil-hasil tangkapan kamera fotografer SFPKu tersebut langsung diunggah oleh admin ke akun Instagram @sport.fotopku lengkap dengan linktree, yakni linktr.ee/sport.fotopku yang tertera di bio. Namun, foto-foto itu diunggah dengan watermark dengan ukuran yang lebih kecil dari aslinya.

Jika olahragawan yang difoto berminat untuk memiliki foto tersebut dengan versi full size tanpa watermark, mereka bisa langsung menghubungi via direct message (DM) ataupun hubungi admin ke kontak WA yang dicantumkan.

Nominal yang harus dikeluarkan oleh olahragawan untuk menebus foto-foto tersebut pun bisa dibilang masih ramah di kantong. Untuk foto freez 1-3 foto ditebus dengan 1 lembar uang Seokarno saja alias Rp100 ribu per fotografer. Artinya, 3 foto tersebut semuanya harus hasil jepretan 1 fotografer yang sama. Kalau mau mix, harganya beda lagi. Tiga mixed foto dari fotografer yang berbeda-beda ditebus dengan harga Rp150 ribu. Transaksinya akan langsung dibayar via transfer dan masuk ke kantong masing-masing fotografer. Sikluspun berakhir sampai di sini. Semakin banyak foto yang ditebus, maka cuan pun semakin tebal.

Belum lagi pemasukan dari foto by request. Ya, selain mengambil foto secara acak, komunitas ini juga membuka jasa pemotretan yang diminta khusus. Seperti memotret pertandingan sepakbola, meliput aktivitas komunitas motor gede (moge), meliput sport di luar kota, loop sepeda dalam kota, golf dan lainnya. Untuk versi request ini, range harga yang ditawarkan mulai dari Rp500 ribu sampai Rp2 juta. Tergantung kegiatan, durasi, dan di mana olahraga diadakan.

 

Solusi Pemasukan Alternatif

Dengan meluaskan jangkauan dan mengemas jasanya dengan sentuhan komersil yang kreatif, wajar jika kehadiran SFPku ini menjadi solusi pemasukan alternatif bagi fotografer profesional. Dikatakan Donal, ia bisa meraup penghasilan jutaan rupiah per bulan dari aktivitas sport foto ini. " Pendapatan bisa Rp5-8 juta lah per bulan, kalau lagi ramai-ramainya," sebut pria yang bekerja di pemerintahan ini.

Hal yang sama juga diamini oleh anggota SFPku, Muhammad Wira Dharmika. Wira, panggilannya, mengaku kehadiran SFPku sangat-sangat membantu dirinya sebagai fotografer wedding yang terdampak pandemi. Sama halnya dengan Donal, jutaan rupiah bisa ia kantongi dari hasil berburu foto olahragawan ini. "Karena wedding di bulan puasa lalu nggak ada, event juga masih dilarang pemerintah, saya ikut bergabung di SFPku sambil mengisi kekosongan juga," ujarnya.

Menurutnya, pemasukan dari job wedding masih ada dan tergolong aman. Namun, terjadi penurunan bujet selama pandemi ini. Dengan begitu, di sela kekosongan waktu di akhir pekan, ia turun ke jalan untuk berburu foto-foto olahragawan bersama teman-teman SFPku lainnya. Karena itu, ia mengaku bersyukur bisa menjadi bagian dari aksi komersil yang kreatif dari SFPku. Selain bertambah penghasilan, pengalaman dan relasi pun ikut bertambah.

 

Jadi Motivasi bagi Pecinta Olahraga

Di sisi lain, SFPku ini diapresiasi oleh pecinta olahraga. SFPku bahkan dinilai menjadi booster dan motivasi bagi mereka yang gemar bersepeda. SFPku juga dinilai sudah banyak dikenal di kalangan pecinta olahraga pagi. Khususnya yang melewati rute yang di tongkrongi (standby) oleh fotografer dari tim SFPku. Ini diutarakan langsung oleh salah satu pesepeda yang sering bekerja sama dengan komunitas ini, Isra Dwi Putra.

Anggota NAMPAG (Enam Pagi  Roadbike Community ini mengatakan bahwa SFPku termasuk  penyemangat dan motivasi bagi para pecinta olahraga pagi seperti dirinya. "Karena kegiatannya dapat dibingkai dalam suatu frame dan akan menjadi koleksi foto-foto olahraga," terangnya yang berprofesi sebagai interior designer contractor ini.

Sebelum ada SFPku, ia dan teman-teman komunitas terbilang terbatas dari segi dokumentasi. "Sebelumnya dokumentasi ala kadar saja. Diambil dari kamera android," ujarnya.

Komunitasnya pun tak jarang menebus foto-foto hasil bidikan SFPku. Mereka bahkan mengadakan kontrak per sesi dari komunitas untuk rute dari jadwal gowes tertentu arena itu. Sehingga, fotografer dan pesepeda bisa saling berkoordinasi dalam menghasilkan foto yang keren.

Isra berharap, SFPku bisa terus upgrade. Baik dari segi kualitas dan kreativitas. "Saran saya, SFPku harus bisa lebih kreatif dalam angle foto. Beri sentuhan unik dan menarik. Terutama dalam angle-angle foto olahraga," harapnya.

 

Upgrade dan Jaga Kualitas

Setali tiga uang dengan saran dari Isra, SFPku diakui Donal terus berupaya untuk menghasilkan foto berkualitas dan kreatif. Berbagai upaya pun mereka lakukan agar fotografer di SFPku bisa membidik sport foto yang baik dan menarik.

Donal mengaku, SFPku membekali semua fotografer dengan ilmu sport fotografi terlebih dahulu. “Karena anggotanya berasal dari berbagai latar belakang, maka kita adakan coaching dulu di awal mereka bergabung. Biar nggak nurunin kualitas dari Sport Foto Pekanbaru sendiri," sambungnya.

Menurutnya, ada banyak hal yang harus diperhatikan fotografer, agar bisa menghasilkan sport foto yang wow. Di antaranya ialah gear yang digunakan khusus kamera profesional yang bisa menjangkau kualitas foto yang baik. "Pemakaian alat mulai dari kamera dan lensa dan juga cahaya pada saat memotret. Apalagi kita mulainya pagi subuh yang lumayan minim cahaya," jelasnya.

Meski lahir di era pandemi, Donal optimis bahwa komunitas yang ia gawangi ini bakal eksis sampai nanti-nanti. Ia memprediksi bakal bertahan ke depannya. "Targetnya memang nantinya, kalau pun nanti ada acara di Riau, untuk cari tenaga profesional di bidang fotografer olahraga, ya orang tinggal cari SFPku yang sudah terbiasa motret kegiatan olahraga," ungkapnya.

Ia berharap, semoga SFPku juga bisa lebih dikenal lagi. Bukan hanya sekadar motret foto pesepeda saja. Tapi bakal berkembang di bidang olahraga lainnya.(das)

Laporan SITI AZURA, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook