Costume play (cosplay) sempat redup karena pandemi. Para cosplayer pun terpaksa gantung kostum kurang lebih dua tahun dan menahan hasrat untuk tampil. Namun, setelah limitasi tersebut, kini mereka kembali. Lebih banyak, lebih total, dan lebih mirip tentunya.
RIUAPOS.CO - Lama tak tampak, kini iven terkait cosplay sedang naik-naiknya. Tiap kali iven, tak kurang dari ratusan cosplayer turun memamerkan costume “Jejepangan” mereka. Ajang pascapandemi benar-benar menjadi arena berkumpul dan era kebangkitan para cosplayer dari tidur panjangnya
Salah satu cosplayer Pekanbaru yang tergabung dalam Komunitas Seikatsu, Abdul Raziq mengaku sempat down di era pandemi. ‘’Rasanya sedih banget karena iven-iven jarang muncul. Walaupun ada beberapa iven yang diadakan, bersyukur banget,’’ ujarnya kepada Riau Pos.
Hal yang sama dirasakan anggota Seikatsu lainnya, yakni Evelin Oktafianny dan Reza Aprilianto Herlambang. Namun, keduanya menilai hal tersebut tak meruntuhkan semangat mereka. ‘’Selama pandemi ada beberapa limitasi-limitasi yang sebelumnya tidak ada seperti harus menjaga jarak dan lain-lain. Namun ini tidak meruntuhkan semangat untuk mengikuti iven yang masih ada tentunya,’’ ujar Evelin.
Saat kondisi membaik seperti sekarang, mereka pun langsung aktif ke dunia cosplay. Beberepa iven cosplay yang digelar di Pekanbaru tak pernah absen diikuti oleh Komunitas Seikatsu. Salah satunya iven Jiban Fest 2022 Ahad (24/9).
Tiap kali terjun ke acara festival ataupun ngumpul bareng, mereka biasanya tampil all out dengan kostum masing-masing. Namun, dalam menentukan karakter apa yang akan mereka imitasi, perlu riset dan penyesuaian terlebih dahulu.
Misalnya dari segi kemiripan, penghayatan dan lainnya. ‘’Sesuaikan bentuk tubuh dengan character yang mau di-cosplay-kan, lalu kemiripan karakter dari segi kostum, aksesoris, rambut serta penghayatan mendalami sifat atau watak karakter tersebut,’’ lanjut Raziq yang sudah aktif di dunia cosplay sejak 2018 ini.
Reza juga menilai, sebelum memilih karakter yang akan di-cosplay-kan, perlu pengenalan dan pendalaman karakter. ‘’Agar mempermudah pendalaman karakter tersebut, disarankan untuk pilih karakter yang disukai terlebih dahulu,’’ terangnya yang menyukai karakter Kaneki Ken dan Juuzou Suzuya.
Sementara, Evelin menilai bahwa kenyamanan menjadi pertimbangan utamanya sebelum menentukan karakter. Tidak bisa dipungkiri, ada beberapa kostum yang lebih terbuka sehingga mungkin kurang nyaman menggunakannya. Jadi itu harus sangat diperhatikan. Kalau misal terlalu terbuka, biasanya cosplayer bisa menggunakan manset supaya tidak terlalu terekspos. Lalu, sebanyak apa aksesoris yang dikenakan, karena meskipun aksesoris membuat karakter lebih menonjol, karakter dengan kostum yang memiliki terlalu banyak aksesoris biasanya.
Jika sudah tahu karakter apa yang akan di-cosplay-kan, kemudian lanjut ke persiapan kostum. Biasanya, ini dilakukan sejak jauh hari, agar hasilnya maksimal, detail dan bisa semirip mungkin.
Para cosplayer dikatakan Raziq biasanya menempah atau membeli. Jadi kostum tersebut sesuai dengan budget masing-masing. ‘’Beberapa dari kami ada yang buat sendiri. Ada juga yang pesan dan rental. Kalau untuk pesan dan buat kostum itu tergantung kerumitan kostum tersebut, kira-kira 1 bulanan waktu pengerjaannya,’’ sambungnya lagi.
Pilihan membuat kostum sendiri menurutnya tepat jika ingin menghemat pengeluaran. Sebab, harga kostum tersebut dinilainya tak murah. Ketiganya sepakat soal itu. Bahkan, Reza sempat ingin berhenti dari hobinya sebagai cosplayer karena biayanya yang cukup besar. ‘’Memang tantangannya di situ. Karena biaya pembuatan kostum itu cukup mahal. Belum lagi kadang bahan yang diinginkan sulit ditemui,’’ terang Reza.
Dengan berkomunitas, cosplayer juga bisa saling membantu melengkapi kekurangan kostum, make up dan lain sebagainya. Sehingga beban biaya dan pengeluaran bisa sedikit ditekan.
Tak sampai di situ, meski terlihat menyenangkan, nyatanya bermain kostum anime ini bukan modal kostum dan kemiripan saja. Tantangan lain juga harus siap dihadapi seorang cosplayer saat turun ke sebuah iven.
Misalnya kostum yang ribet, belum lagi pengunjung yang mengajak berfoto. ‘’Bawa kostum beserta aksesoris berat lainnya seperti armor. Gerah juga memakai aksesoris seperti wig, baju 2 lapis. Selain itu belum lagi diundang di acara indoor dan outdoor, serta banyaknya pengunjung yang minta foto,’’ ungkap Raziq.
Hal tersebut juga tergambar dalam iven Jibun Fest 2022. Ketiganya tak henti-henti dimintai foto. Sementara mereka semua akan mengikuti kontes dan menggunakan kostum yang mengakibatkan mereka berkeringat.
Namun, itu semua tak dijadikan sebagai alasan mereka untuk merasa terbeban menjalankan apa yang mereka sukai ini. Karena, memang untuk mendapatkan sesuatu, perlu effort agar hasilnya memuaskan.
Iven Makin Banyak
Bangkitnya cosplayer dari tidur panjang mereka ditandai dengan mulai bermunculannya berbagai iven dan kontes di Pekanbaru. Tiap kali iven, ratusan cosplayer pemula dan profesional serta wibu turun dengan bersemangat.
Salah satu iven cosplay yang baru saja digelar, yakni Japan-Dai Bizarre Anime (Jiban) Fest 2022. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 24 September 2022 hingga 25 September 2022. Iven tersebut langsung menyedot atensi cosplayer.
Ratusan dari mereka hadir menjadi peserta. Belum lagi jumlah pengunjung yang tak kalah banyak. Bahkan, tiket festival tersebut pun ludes dijual. Bowo, salah satu panitia iven yang juga cosplayer mencatat setidaknya ada ratusan tiket yang berhasil terjual dalam iven yang berlangsung di Transmart Pekanbaru itu.
‘’Pada iven jejepangan ini, kebetulan penjualan tiket banyak banget dan juga cosplayer yang daftar untuk lomba sampai 130 peserta lebih,’’ jelasnya.
Adapun kategori yang diperlombakan di antaranya Anisong, Cosplay Perform, Taken Tournament, Henshin Challenge, Jojo Pose dan lainnya.
Hal ini tentunya menjadi bukti bahwa cosplay tak pernah mati. Mereka hanya tidur sebentar dan kini bangkit dengan lebih maksimal lagi. Bahkan lebih total dan ramai dari sebelumnya.
Bersinar Bersama Komunitas
Di Pekanbaru sendiri terdapat beberapa komunitas yang mewadahi hobi ini. Satu di antaranya ialah Seikatsu. Raziq selaku Wakil Ketua Seikatsu mengaku, dengan komunitas, mereka makin leluasa mengeksplor hobi mereka ini. Mereka bisa sharing satu sama lain. Termasuk membantu melengkapi kostum dan lainnya. ‘’Kami mempunyai slogan di Seikatsu yaitu play and shine together. Di mana, Seikatsu mengajak untuk semua member agar bisa saling menikmati setiap kebersamaan, bermain bersama dan bersinar bersama, baik di luar lingkup cosplay, maupun di cosplay itu sendiri,’’ ungkapnya.
Seikatsu sendiri dikatakan Reza, biasanya mengadakan kegiatan berupa gathering sesama anggota. Di sini, biasanya bisa sharing mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan cosplay. Selain itu juga berbicara mengenai iven-iven akan diadakan di Pekanbaru ke depannya dan kadang-kadang juga berbagi tips.
“Selain itu kita juga ada mengadakan sesi photoshoot bersama ketika cosplay,’’ paparnya bersemangat.
Mereka berharap, seiring kembali membaiknya kondisi saat ini, dunia cosplay pun akan semakin aktif dan jaya. ‘’Cosplay akan selalu ada, akan selalu hidup dan tumbuh apapun yang terjadi,’’ tutup Eveline.***
Laporan SITI AZURA, Pekanbaru