Sejarah rantau Kuantan tak lepas dari kegiatan tahunan pacu jalur. Di era pemerintah daerah yang sudah mapan, pencatatan dan dokumentasi dilakukan dengan cukup rapi. Tapi di masa lalu, tidak banyak orang yang mencatat, mendokumentasikan, dan menfoto berbagai kegiatan ini. Satu di antaranya adalah Yusran Murti. Dia dengan teliti melakukan kegiatan dokumentasi itu.
(RIAUPOS.CO) - Iven nasional pacu jalur tradisional di Tepian Narosa Teluk Kuantan bakal digelar hari ini, Ahad (21/8). Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi bersama panitia pacu jalur, sudah menetapkan tradisi budaya dan pesta rakyat itu, di gelar 21-25 Agustus 2022.
Tepian Narosa Teluk Kuantan, setelah dua tahun sepi, tahun 2022 ini kembali akan menjadi “saksi bisu” jalur-jalur seantero Kuantan Singingi bahkan dari Kabupaten Indragiri Hulu beradu menjadi yang tercepat. Belum bisa dipastikan jalur manakah yang akan menjadi yang tercepat dan menjadi juara, memboyong piala bergilir Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI.
Meski Tepian Narosa berada di ranah Kuantan Singingi, tidak mutlak sang Juara keluar dari Kuantan Singingi. Namun jalur-jalur Kuantan Singingi tentu saja menginginkan, prestasi puncak itu bersama piala bergilir bisa diraih, diukir oleh jalur asal Kuantan Singingi.
Namun jalur-jalur dari kabupaten induk, Indragiri Hulu, tidak bisa dipandang enteng. Mereka akan berupaya merebut gelar juara untuk diboyong ke Rengat, Indragiri Hulu.
Sepanjang sejarah perpacuan jalur iven nasional di Tepian Narosa, jalur-jalur Indragiri Hulu tak jarang berhasil merebut gelar juara. Setidaknya, inilah yang dibeberkan penggiat dan pemerhati perpacuan jalur Kuantan Singingi, Yusran Murti.
Di temui Riau Pos, Ahad (14/8/2022) pagi, Yusran tengah membuat lapak dagangan di pancang finis Tepian Narosa, Desa Seberang Taluk Kecamatan Kuantan.
Meski memasuki usia 69 tahun, pria ini masih ingat dengan jelas siapa yang menjadi jawara di perpacuan jalur Tepian Narosa. Ia pun mendokumentasikan undian perpacuan jalur dari tahun ke tahun. Tokoh masyarakat Seberang Taluk ini mengatakan, sejak tahun 1989 hingga 2019 lalu, ia nyaris tak meninggalkan untuk menyaksikan jalannya perpacuan jalur iven nasional di Tepian Narosa Teluk Kuantan.
Yusran menceritakan, ketika itu dirinya masih menjadi guru dan mengajar di SD Kuala Cinaku Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu. Setiap akan perhelatan pacu jalur di Tepian Narosa, ia pulang kampung dengan menggunakan bus sebagai transportasi kala itu.
“Waktu itu, naik bus perlu waktu semalaman untuk sampai ke Kota Teluk Kuantan,” kata Yusran.
Para pemenang pacu jalur iven nasional, dia catat dan bukukan dari undian pacu jalur yang dia kumpulkan dari tahun ke tahun. Bukanlah mudah untuk mengumpulkan undian jalur. Sebab, di masa-masa itu, undian pacu jalur sangat sulit didapat. Tidak seperti sekarang, sebelum pacu jalur banyak orang yang menjual undian pacu jalur. Di masa itu, undian pacu jalur dibuat terbatas. Hanya untuk panitia terutama dewan hakim. Barulah pada tahun 1989 mulai ada daftar undian pacu jalur yang dibuat meski tidak banyak.
“Daftar undian pacu jalur itu saya simpan sampai sekarang. Namun ada yang tidak lengkap daftar undian pacu jalur dari hari pertama hingga hari terakhir. Itu di tahun 1989-1992,” paparnya.
Selama 30 tahun menyakiskan jalannya pacu jalur iven nasional di Tepian Narosa Teluk Kuantan, tentu saja ada perpacuan jalur yang paling membuatnya berkesan dan terkesan. Yakni pada tahun 1990.
Ketika itu, di partai final perebutan juara I dan juara II, berhadapan Jalur Jitu Kuantan dari Desa Pulau Busuk Inuman dengan Jalur Terusan Sionggang Sati dari Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan.
Perpacuan berjalan sengit, hingga berulang-ulang sampai tiga kali dan memakan waktu lama. Bahkan panitia harus mengganti posisi perpacuan mereka. Barulah pada pelepasan ketiga kali, ada pemenangnya.
Jalur Jitu Kuantan dari Desa Pulau Busuk Inuman keluar sebagai juara. Sedari awal perpacuan, keduanya berpacu dengan hebat. Sorak sorai ribuan penonton dari Tepian Narosa terdengar ingar-bingar, memberi dukungan pada jalur mereka yang bertanding. Akhirnya, Jalur Terusan Sionggang Sati dari Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan harus menyerah dan puas di posisi kedua.
Dari catatan dan data daftar undian pacu jalur, peserta pacu jalur yang paling banyak pada tahun 2016, yakni mencapai 198 jalur. Menurutnya, faktor menghadapi pemilihan kepala daerah (pilkada) membuat banyak para calon yang menjadi penyandang dana pembuatan jalur.
Sebaliknya, peserta pacu jalur iven nasional yang paling sedikit di tahun 1998. Faktor krisis moneter dan pergerakan reformasi, membuat banyak desa-desa di sepanjang tepian Sungai Kuantan tak mampu membuat jalur baru, sehingga banyak mereka yang tidak ikut serta.
Kemudian, di tahun 2008-2009, Kecamatan Kuantan Mudik menjadi kecamatan yang paling banyak menggondol juara. Dari juara I-X, mereka berhasil meraih enam gelar juara. Di Tahun 2008 itu, yang menjadi juara I iven nasional adalah Jalur Toduang Biso Rimbo Piako Desa Pebaun Hilir Kecamatan Kuantan Mudik. Kemudian di tahun 2009, Jalur Putih Mandi Mayang Taurai dari Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik yang meraih juara I.
Dari sekian lama menonton, meski berasal dari Desa Seberang Taluk Kecamatan Kuantan Tengah yang banyak memiliki jalur, Yusran justru mengidolakan jalur Putih Mandi Mayang Taurai dari Desa Rantau Sialang Kecamatan Kuantan Mudik.
Dia mengidolakan sang jalur bukan hanya prestasinya. Tetapi, Jalur Putih Mandi Mayang Taurai karena jalur ini menjaga nilai-nilai tradisi di perpacuan jalur. Yakni ada si tukang tari, timbo ruang dan tukang onjai.
Sementara jalur-jalur yang lain tidak lengkap. Ada yang hanya lengkap saat menuju pancang start tapi begitu dilepas, tukang tari dan tukang onjai melompat ke sungai. Dikarenakan untuk mengurangi berat jalur.
“Di setiap perpacuan jalur, termasuk iven nasional, Jalur Putih Mandi Mayang Taurai, jalur yang lengkap. Dan itulah lambang tradisi jalur,” ucap Yusran.
Padahal, tukang tari di bagian depan dan tukang onjai di bagian belakang jalur, memiliki arti. Dulu, penonton sudah tahu kalau jalur itu menang atau sudah mendahului jalur lawan ketika si tukang tari yang berada di depan jalur, sudah menari-nari. Namun sekarang, para penonton harus menunggu hingga finis.
Ia berharap, di iven pacu jalur nasional 2022 ini, tradisi perpacuan jalur ini bisa di munculkan kembali. Panitia pacu jalur, bisa memberi imbauan pada peserta jalur agar setiap jalur melengkapinya. “Bila tidak ada, boleh diberi sanksi ketidakpatuhan,” imbuh Yusran.
Ketekunan Yusran Murti mencatat dan penyimpan daftar undian pacu jalur lengkap sebagai juara, mencuri perhatian Panitia Pacu Jalur Iven Nasional tahun 2022.
Menurut Ketua Seksi Prosesi Budaya, Ir Emil Harda MM MBA Datuak Paduko Rajo, mereka akan memberikan piagam penghargaan pada Yusran Murti.
“Kami sudah datang dan mewawancara Pak Yusran, melihat dokumentasinya, maka kami berencana memberikan piagam penghargaan di pacu jalur tahun ini,” kata Emil Harda.
Rencananya, penyerahan piagam penghargaan pada Yusran Murti, sebagai penggiat dan pemerhati pacu jalur, diserahkan bersamaan dengan penyerahan hadiah pemenang pacu jalur tahun 2022.
Ia berharap semangat Yusran Murti akan menjadi motivasi generasi muda Kuansing untuk ikut menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya pacu jalur Kuantan Singingi.***
Laporan Desriandi Candra, Teluk Kuantan