Toko tanpa Limbah

Lingkungan | Minggu, 31 Januari 2021 - 13:12 WIB

Toko tanpa Limbah
Owner Rindang Zero Waste Nurhasanah (kanan) saat melayani pembeli di tokonya yang berada di Jalan Rindang, Kecamatan Bukitraya, Pekanbaru, baru-baru ini.

(RIAUPOS.CO) - BEGITU melongok ke store (toko) penjualan, terlihat tidak ada satupun bahan plastik. Di setiap rak-rak yang terbuat dari kayu itu, tersusun rapi toples kaca dengan beragam bentuk dan ukuran. Isinya berupa rempah-rempah, kacang-kacangan, bumbu, kopi, teh, dan kekayaan Indonesia lainnya.

Ini adalah tempat penjualan yang menerapkan konsep zero waste (tanpa limbah). Yang bertujuan untuk meminimalisir pengurangan sampah, mulai dari produksi sampai ke pembuangan. Store yang bernama Rindang Zero Waste ini tidak menyediakan produk dari plastik. Lebih mengutamakan reuse (menggunakan kembali) barang yang ada. Sehingga, pembeli harus membawa wadah sendiri dari rumah.


Dikisahkan Owner Rindang Zero Waste Nurhasanah (29), dia memilih konsep ini saat berkunjung ke Bali. Dari situ pula timbul niat untuk menciptakan store berbasis konsep zero waste. ”Biasanya kan zero waste hanya di kota besar di Pulau Jawa dan Bali. Kenapa tidak untuk menciptakan sendiri di Pekanbaru,” sebutnya.

Meski sempat tarik ulur namun tidak mengurungkan niatnya untuk tetap mendirikan bisnis yang berbasis zero waste. Hal itu menimbang permasalahan sampah di Pekanbaru juga perlu diperhatikan. ”Dibuka untuk meracuni orang-orang untuk mengenal zero waste dan hidup sehat. Kita buka 10 April 2020. Sistem belanjanya bisa online maupun offline,” sebut alumni Manajemen Unri itu.

Sebelum membuka store, ia pun sudah menerapkan prinsip zero waste dalam hidupnya. Itu terbukti dari adanya cocok tanam di rumahnya yang bersebelahan dengan store miliknya. Meski menurutnya, susah untuk beradaptasi dengan konsep zero waste di Pekanbaru yang notabenenya masih cenderung menggunakan kantong plastik. ”Untuk menerapkan sistem zero waste ini lebih mudah diterima di pasar yaitu dengan membawa kantong belanjaan sendiri,” ujarnya. Hingga saat ini, ia pun mengakui masih belajar untuk zero waste. Butuh adaptasi katanya. “Soft campaign jatuhnya,” akunya.

Membuka store dengan konsep ini juga sekaligus memberikan edukasi kepada pelanggan. ”Lebih murah karena sesuai kebutuhan para pembeli. Misalnya butuhnya hanya satu sendok atau dua sendok itu dilayani. Bisa juga beli 100 gram. Sehingga tidak mubazir dan tidak takut kedaluwarsa,” terangnya.

Seperti namanya Rindang yang tidak hanya tidak terletak di Jalan Rindang, Kecamatan Bukitraya, Pekanbaru. Namun, dengan adanya rindang menjadi lebih adem lantaran membeli barang yang eco friendly, makanan sehat dan bahan tanpa plastic packaging. ”Ini sebagai pemberdayaan juga untuk memberdayakan para petani. Dimana rempah yang ada di sini bekerjasama dengan para petani,” paparnya.

Untuk jamu katanya dibuat sendiri. Sementara, untuk rempah, kacang-kacangan, bumbu, dan teh ataupun kopi kebanyakan dipesan dari pulau Jawa. Tidak hanya itu, ada juga minyak, sabun, dan peralatan mandi.

Ia pun berharap agar kedepan zero waste menjadi life style masyarakat apalagi anak muda. Apalagi jika ke coffee shop mau membawa tumbler sendiri. Jika bisa kafe pun bisa membuat konsep zero waste.

 “Dengan begitu diharapkan konsep zero waste makin digandrungi masyarakat. Dengan konsep zero waste bisa mengedukasi untuk lebih mengutamakan reuse,” tutupnya.(ali)

Laporan SOFIAH, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook