Banjir di Rumbai mulai surut. Namun sebagian warga korban banjir masih bertahan di tenda pengungsian. Mereka masih waswas air Sungai Siak kembali pasang dan merendam rumah mereka.
Selain itu, saat ini korban banjir kesulitan mendapatkan air bersih. Sumur-sumur bor di rumah mereka tercemar air banjir. Mereka terpaksa membeli air isi ulang untuk keperluan memasak dan minum.
‘’Kami takut air Sungai Siak kembali naik,’’ sebut Eva, warga Perumahan Witayu yang Riau Pos temui di tenda pengungsian di Jalan Nelayan, Selasa (27/11).
Eva tidak sendirian. Beberapa ibu dan anak-anak terlihat di dalam tenda yang didirkan sekitar 100 meter dari Perumahan Witayu.
“Sudah sekitar sepekan di tenda.
Mengungsi. Namun sebagian warga lainnya sudah ada yang melihat rumah mereka,” ungkap wanita berkerudung putih lusuh itu.
Di tenda yang ukurannya tidak terlalu besar itu, warga memasak. Ada satu wajan dan satu kompor minyak tanah. Serta garam dan beberapa bumbu dapur seadanya.
Meski ada dapur umum, warga mengaku tidak pergi ke sana. Selain jaraknya jauh dari tenda tempat ia mengungsi, dapur umum tidak setiap hari memasak. “Yang namanya dapur umum harusnya setiap hari ada yang dimasak. Tetapi ini tidak tiap hari. Lagian dapur umumnya jauh lokasinya dari tenda ini,” tambah Dir, korban banjir lainnya.
Warga mengaku tidak hanya memerlukan bantuan pangan saja. Tapi juga pelayanan kesehatan. Di dalam tenda terbaring seorang anak yang sedang sakit. Sang ibu mengaku membawa anaknya ke puskemas karena tidak ada layanan kesehatan di dekat tenda pengungsian.
‘”Saat air surut kami sempat pulang ke rumah dan menggunakan air sumur bor yang tercemar banjir. Tapi anak saja jadi sakit,’’ kata ibu tersebut sambil menunjukkan obat yang diberikan puskesmas untuk anaknya.
Eva membenarkan banyak sumur bor di rumah warga yang tercemar. ‘’Masih berbau airnya,’’ kata Eva.
Akibatnya, warga masih belum berani menggunakan air bor untuk konsumsi. Mereka memilih air isi ulang sebagai gantinya.
Selama di tenda pengungsian, Eva katakan mereka harus membeli air isi ulang. “Selama ini pakai air isi ulang. Untuk minum. Ada juga yang memberikan bantuan. Itu galon air diberi oleh warga,” ujar Eva sambil menunjuk galon dekat pintu tenda itu.
Untuk keperluan memasak, Eva dan warga lainnya membeli secara bersama. Ditarik uang dan dibelikan beras serta lauk pauknya. “Tidak ada bantuan yang masuk sampai sekarang,” kata warga.
Meski menjadi korban langganan banjir. Namun Eva dan warga Peruhaman Witayu tidak pernah berpikir untuk pinda rumah. Bertahun tahun mereka sudah bertahan di perumahan itu. Sekitar 15 tahun.
Dalam setahun menurut warga banjir bisa terjadi hingga dua kali. Tetapi pernah juga tiga tahun berturut turut tidak kena banjir. “Rumah kami di sini. Ya pasrah mau apalagi. Kalau mau dijual tak laku karena lokasinya sering banjir,” ungkap warga lainnya.
Mereka berdoa sore kemarin. ‘’Jika sampai pukul 16.00 WIB (kemarin, red) air sungai tidak naik, itu artinya banjir memang telah surut,’’ kata Eva.
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos Pekanbaru -=Langgeng Widodo mengatakan, terkait keluhan warga tentang air bersih tersebut, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan camat setempat. Karena, pihaknya tidak memiliki mobil tangki air bersih.