Andatu, Bayi Badak Sumatera Genap Setahun

Lingkungan | Senin, 24 Juni 2013 - 08:39 WIB

Andatu, Bayi Badak Sumatera Genap Setahun
Badak Sumatera Andatu dan induknya di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung. Foto: JPNN

JAKARTA (RP) - Peringatan ulang tahun Andatu, Badak Sumatera bisa jadi merupakan momen paling istimewa. Maklum, mungkin baru kali pertama ini ada badak yang dirayakan hari lahirnya. Hajatan itu digelar di paddock (kandang) berukuran sekitar 100x100 meter persegi, yang menjadi habitat pertama Andatu di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung, Minggu (23/6).

Meski tanpa balon dan pernak-pernik lainnya, acara ulang tahun Andatu berlangsung meriah. Untuk menandai hari spesial itu disiapkan berbagai macam buah-buahan yang disusun mirip tumpeng. Ada pisang, apel, jambu biji, jeruk, nanas, dan anggur.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Ditemani induknya, Ratu, anak badak jantan ini tampak sangat sehat. Perkembangannya begitu pesat. Tinggi badan Andatu sudah hampir menyamai sang induk. Bobotnya mencapai 350 kg, dimana ketika dilahirkan setahun yang lalu berat badannya sekitar 30 kg. Ia langsung mendekat saat ada orang yang memperhatikannya dari pinggir kandang. Dikira ingin memberi makan. Sesekali ia juga lincah berlari memutari kandangnya.

Peringatan setahun Andatu mendapat perhatian khusus dari Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan. Buktinya, menteri kelahiran Lampung ini datang langsung dan larut dalam suasana gembira bersama para petugas TNWK dan awak media. Dia menyuapi Andatu dengan pisang dan apel, serta memimpin pemindahan anak badak ini ke kandang yang lebih luas.

Menhut mengatakan, ulang tahun Andatu memang pantas dirayakan sebagai bentuk syukur atas perkembangannya yang baik sejak lahir hingga sekarang. "Hari ini saya sangat berbahagia karena sudah genap setahun keberhasilan kita mengembangbiakkan Badak Sumatera,” tandasnya.

Keberhasilan ini merupakan momen besar dan kelahiran Andatu memang sangat di nanti banyak pihak. Badak Sumatera yang memiliki nama latin (Dicerorhinus sumatrensis) ini merupakan kelahiran keempat anak badak di dunia, dan pertama di Asia Tenggara setelah 124 tahun silam, karena populasi badak tidak pernah berkembang biak lagi.

Nama Andatu dipilih langung oleh Menhut yang merupakan gabungan dari Andalas (induk jantan) dan Ratu. Andalas adalah Badak Sumatera jantan yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat, yang pada 2007 didatangkan dari Suaka Rhino Sumatra (SRS). Sementara Ratu, induk betina Badak Sumatera.

Proses kelahiran Andatu tidaklah mudah, tetapi melalui perjalanan panjang dan sulit. Selama  dalam mas kehamilan Ratu dan proses kelahiran, induk dan anak badak ini dirawat, diperiksa dan dimonitor secara intensif oleh tim perawat dan dokter hewa dari dalam negeri (YABI dan Taman Safari Indonesia) maupun tim dokter dari Australia, AS, dan Badan Konservasi Dunia (IUCN).

Badak Sumatera, menurut Menhut, merupakan hewan yang terancam punah dan diperkirakan hanya sekitar 200 ekor yang masih hidup di habitat aslinya. Setelah keberhasilan kelahiran badak di kebun binatang Cincinnati 2001 lalu, kelahiran Andatu di SRS TNWK menjadi lompatan besar bahkan dalam skala internasional dalam upaya konservasi badak Sumatera. ”Keberhasilan ini sekaligus menjadikan SRS di TNWK sebagai pusat reproduksi dan penelitian Badak Sumatera yang terpercaya,” ujar dia.

Indonesia memiliki dua jenis badak dari lima jenis badak yang amsih tersisa di dunia yakni, Badak Jawa dan Sumatera. Badak Jawa di Ujung KUlon dengan populasi sekitar 50 ekor dan Badak Sumatera sekitar 200 ekor yan sebagian besar berada di kawasan konservasi di Sumatera, dan hanya sebagian kecil saja di Pulau Kalimantan, terutama di wilayah Sabah Malaysia.

Kedua jenis satwa tersebut, merupakan jenis badak yan tergolong paling langka dan terancam punah sebab berkurangnya habitat dan perburuan liar sehingga IUCN pada 2006 menetapkan status konservasinya sebagai critically endangered (kondisi kritis menuju kepunahan). ”Keberadaan dua jenis satwa langka dunia di Indonesia membawa konsekuensi dan tanggung jawab kita semua untuk upaya pelestarian,” kata Zulkifli.

Dalam upaya tetap melestarikan keberadaan badak di Indonesia, pemerintah telah mengatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No P.43/Menhut-II/2007 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Indonesia periode 2007-2017. (lum/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook