Jutaan Kubik Material Siap Meluncur

Lingkungan | Senin, 17 Februari 2014 - 05:32 WIB

Jutaan Kubik Material Siap Meluncur
Erupsi Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timu

RIAUPOS.CO - Ancaman lahar dingin Gunung Kelud semakin besar. Hal itu seiring dengan datangnya hujan di kawasan gunung berapi tersebut. Minggu (16/2), dua kecamatan yang dekat dengan puncak Kelud, yakni Puncu dan Kepung, di Kabupaten Kediri, diguyur hujan deras. Bila intensitas hujan terus bertambah, jutaan material vulkanis yang tersisa dari letusan bakal meluncur bersama air.

Deputi Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dody Ruswandi mengungkapkan, erupsi Kelud pada Kamis (13/2) lalu melontarkan sekitar 55 juta kubik material. Hal itu mengakibatkan hujan abu yang menyelimuti Jawa.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

"Kalau terjadi hujan deras di kawasan gunung, maka sekitar 50 juta kubik material siap meluncur bersama air hujan. Itu deposit abu vulkanis," kata Dody di Kediri kemarin. Peluang meluncurnya lahar dingin semakin besar karena kawasan Kelud akan diguyur hujan dalam dua hari ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meramalkan hujan deras terjadi hari ini dan besok.

Dody mengatakan setidaknya ada enam titik yang perlu diwaspadai apabila muntahan lahar dingin terjadi. Titik tersebut adalah jalan lahar yang berupa sungai di kawasan Kediri dan Blitar. Enam sungai yang harus diwapadai adalah Sungai Petung Kobong, Lahar Gedog, Sumber Agung, Lahar Pulo, Lahar Lestari, dan Konto.

Balai Besar Wilayah Sungai Brantas sudah melakukan rehabilitasi terhadap sungai-sungai itu. Salah satunya adalah penguatan bibir sungai. Kemarin Jawa Pos mengamati sebagian titik yang akan dilalui banjir lahar tersebut. Yakni, Sungai Lahar Lestari di Desa Puncu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Itu adalah wilayah terdampak yang berjarak hanya" 7 km dari kawah Gunung Kelud.

Terlihat sekali bibir sungai rawan longsor. Hal itu karena tidak ada plengsengani. Apalagi, di kanan dan kiri sungai juga tidak ada vegetasi tanaman yang mampu memperkuat bibir sungai.

Warga sekitar Desa Puncu khawatir dengan kemungkinan meluncurnya lahar dingin. Apalagi letusan Kelud kali ini lebih dahsyat dibandingkan yang sebelumnya. "Banjir lahar pada letusan 1990 sampai membenamkan desa kami. Padahal ketebalan abu saat itu hanya 5 cm," kata Jumadi, warga setempat.

Dia khawatir banjir lahar yang mungkin terjadi kali ini bakal lebih besar. Sebab, ketebalan abu yang menyelimuti wilayah desanya kali ini lebih dari 30 cm. "Saya nggak membayangkan lagi bagaimana besarnya banjir lahar tersebut," katanya. Jumadi berharap intensitas hujan tidak terlalu deras.

Desa Puncu yang ditinggali Juwadi adalah desa paling parah terdampak letusan Kelud. Hampir 90 persen rumah warga yang tinggal di kawasan desa tersebut rusak parah. Seluruh atap rumah jebol, lantaran saat erupsi lalu, "Kelud memuntahkan batu-batu pijar.

Bukan hanya itu, kondisi di tempat tinggal Juwadi juga cukup mengenaskan. Bantuan belum banyak datang seperti kecamatan-kecamatan lain, yakni Ploso Klaten dan Ngancar." Di sana, warga mengeluhkan bantuan air bersih. Bahkan setiap ada mobil yang melewat, rombongan warga mencegat jalan. Mereka meminta agar warga mendapatkan bantuan.

"Kusno, seorang anggota Polsek Puncu mengungkapkan bahwa bila banjir lahar terjadi maka desa-desa yang lokasinya lebih bawah dibandingkan Puncu akan sangat mengenaskan. Dua desa terancam adalah, Wonorejo, Asmoro Bangun. Namun, bila volume lahar cukup besar, maka akan merembet ke dua desa lain, yakni Gadungan dan Kapasan.

Jawa Pos juga memantau jalur lahar yang lain, yakni Sungai Konto, Desa Siman, Kecamatan Kepung. Sekitar pukul 17.30, aliran lahar dari Gunung Kelud, sudah cukup terlihat. Maklum saja, di kawasan Kepung baru saja turun hujan lebat. Material vulkanik yang meluncur berupa air dengan lumpur warna "coklat pekat. Aliran lahar juga terbilang cukup deras.

Bahkan hal tersebut, menjadi tontonan warga yang tinggal di sekitar Desa Siman. Mereka di antaranya, santri di Pondok Pesantren Babussalam, Kecamatan Kepung. Rasmin, seorang tetua desa, yang tinggal di Desa Besowo Timur. Ini adalah desa yang tepat berada di bawah Gunung Kelud. "Aliran lahar sudah terlihat di Sungai Konto. Biasanya jernih. Tapi kok tadi berubah jadi keruh," terangnya.

Kondisi sungai Konto juga tak beda dengan Lahar Lestari. Bibir Sungai juga tidak memiliki tanggul. Sehingga langsung berbatasan dengan sawah milik warga. Bila banjir lahar terjadi, maka lahan pertanian pun siap rusak.

Mulai meluncurnya lahar dingin tersebut membikin warga makin was-was. Supardi, seorang pengungsi "warga Besowo Timur, Kecamatan Kepung yang menginap di Pesantren Babussalam mengungkapkan bahwa sebenarnya kondisi, Kelud sudah berangsur-angsur membaik. "Tapi, kalau laharnya belum keluar itu ya belum tuntas," kata pria 74 tahun itu.

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto meminta warga mengantisipasi terjadinya banjir lahar. Itu perlu dilakukan supaya tidak merusak permukiman. Secara khusus, Djoko akan mengupayakan ketersediaan air bersih bagi warga yang terdampak erupsi Gunung Kelud. "WC juga kami siapkan bagi mereka," ujarnya.(git/ca/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook