Rawa Disulap Gedung, Bencana Banjir Datang

Lingkungan | Minggu, 15 Desember 2013 - 10:15 WIB

Rawa Disulap Gedung, Bencana Banjir Datang
Walaupun sekolah tergenang banjir aktivitas belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa di sekolah dasar Jalan Yos Sudarso Rumbai Pekanbaru. Foto: DEFIZAL/riau pos

Puluhan pengungsi harus rela tidur di dalam tenda darurat sejak pertengahan bulan Kamis (12/12) lalu, di sepanjang Jalan Yos Sudarso. Dikarenakan tempat tinggal mereka terendam banjir. Banjir ini memang terjadi setiap tahunnya. Hanya saja kondisi banjir diperburuk dengan bangunan megah di sepanjang jalan tersebut. Bangunan berupa ruko itu menghancurkan resapan air berupa pepohonan besar di atas tanah rawa gambut.

Laporan, MASHURI KURNIWAN, Pekanbaru

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dahulu sekitar tahun 2008 lahan rawa gambut yang ada disepanjang Jalan Yos sudarso dipenuhi pepohonan hijau. Hingga akhirnya pembangunan ruko berjejer di tanah tanah kosong tersebut. Padahal hilangnya resapan air bisa menyebabkan meningkatnya resiko banjir dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya serap air tinggi.

 Pada tahun itu, burung, monyet, biawak, dan ikan menempati habitatnya diatas tanah rawa gambut tersebut. Hanya saja sekarang mereka sudah tidak tampak lagi karena daerah tempat tinggalnya disulap menjadi bangunan megah. Hilangnya resapan air tentulah berakibat fatal terhadap lingkungan sekitar. Air hujan tidak terbendung lagi.

Hilangnya resapan air ini juga menyebabkan keadaan tanah dan tanaman hancur berantakan. Kondisi inilah yang memberikan dampak buruk bagi kondisi tanah yang seharusnya ditumbuhi banyak tanaman dan mempunyai daya serap air yang besar, sudah tak terlihat lagi. Pembabatan tanaman dan penimbunan memperburuk  banjir.

Permasalahan yang timbul lainnya, akibat hujan ini erosi tanah  menyisakan batuan diatas permukaan tanah , tanpa ada yang menghalangi. Belum lagi buruknya penanganan sampah yang menyumbat saluran-saluran air sehingga  meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.  Luapan air secara bertahap , tapi pasti akhirnya menggenangi tempat tinggal warga saat ini.

Salah seorang warga Jalan Nelayan, Suwandi mengatakan, dirinya terpaksa mengungsi di lokasi tenda karena tidak memiliki tempat tinggal lagi saat ini. Rumahnya tergenang air dan tidak bisa menjadi tempat berteduh.  Dia bersama dengan istrinya Mujeh harus merelakan tempat tinggalnya tergenang air.

Menurut dia, hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Hujan yang terjadi memang mempunyai waktu yang pendek, tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini, banyak perumahan warga yang tergenang air. Saluran-saluran yang ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami penjenuhan.

‘’Ya, terpaksa tinggal ditenda pengungsian bang. Rumah kami sudah habis bang disikat banjir,’’ ungkapnya kepada Riau Pos. Banjir kali ini menurut dia, cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya.

Walaupun mengetahui daerah tempat tingggalnya tergenang air selama 10 tahun tinggal ditempat tersebut. Suwandi mengaku, banjir kali ini hampir sama dengan tahun 2011 lalu. Hanya saja, tahun ini dia terpaksa mengungsi  karena sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. ‘’Tahun 2011 masih ada bagian rumah yang tidak tergenang air, sekarang sudah habis terendam bang,’’ ungkapnya.

Dia berharap, permasalahan banjir harus  segera ditangani sehingga tidak banyak merusak dan merugikan masyarakat sekitarnya. ‘’Kita ingin pemerintah membuat solusi untuk menanggulangi masalah banjir ini agar tidak terjadi lagi. Harapan kita itu saja bang,’’ pungkasnya.

Lanjut cerita perubahan lingkungan tidak bisa dipungkiri. Dengan semakin meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan. Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global. Selain itu, perubahan penggunaan lahan yang juga perubahan lingkungan yang  telah berakibat pada berkurangnya tutupan lahan oleh manusia.

Artinya, semakin lama jumlah vegetasi alam sebagai tutupan air terasa  berkurang, khususnya di Jalan Yos Sudarso. Tidak ada lagi yang namanya pepohonan hijau disepanjang drainase jalan Yos Sudaro. Yang tampak, hanya  jembatan semen penghubung ruko .  Seperti bangunan megah yang rencananya dijadikan tempat berjualan seluruh penjual rotan.Bangunan tersebut berdiri tegap diatas tanah rawa.

Pengamat Lingkungan Riau, Prof Dr Ir Adnan Kasry mengatakan, semakin berkurangnya resapan air merupakan penyebab terjadinya banjir di Kota Pekanbaru. Tidak terkecuali, di Kecamatan Rumbai sepanjang Jalan Yossudarso. Daerah resapan air sudah mulai berkurang.

Padahal kata dia, daerah resapan air pada hakikatnya adalah sebuah daerah yang disediakan untuk masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk suatu aliran air di dalam tanah. Fungsi dari daerah resapan air sendiri adalah untuk menampung debit air hujan yang turun di daerah tersebut.

Secara tidak langsung daerah resapan air memegang peran penting sebagai pengendali banjir dan kekeringan di musim kemarau. Dampak yang terjadi bila alih fungsi lahan yang terjadi tak terkendali diantaranya adalah banjir. Banjir terjadi karena tidak adanya tanah yang menampung air hujan.

Menurutnya, hujan sekarang tidak bisa diprediksi. Dikarenakan terjadi  perubahan iklim karena ulah tangan manusia. Seperti pembangunan yang terus dilakukan tanpa memperhatikan  segi aspek lingkungan berakibat  terjadinya banjir.

‘’Daerah Aliran Sungai sudah tidak normal lagi saat ini. Banjir dan hujan juga sulit diramal lagi. Namun yang paling penting sekarang ini menyediakan daerah resapan air dan melakukan penanaman pohon sebanyak-banyaknya,’’ ungkapnya.

Kondisi itu kata Adnan karena kondisi sungai di Riau sudah tak proporsional lagi. Ini terlihat dengan pemanfaatan lahan yang dikonversi dan perkembangan HTI di sepanjang sungai sudah semakin marak.

‘’Padahal sesuai aturan, sungai besar sisi kanan dan kirinya sepanjang 100 meter dan sungai kecil 5-7 meter. Kondisinya saat ini semakin memprihatinkan dengan perkembangan sawit dan industri,’’ tutur Adnan.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau, Kasiarudin mengatakan, bencana alam banjir yang terjadi kali ini sudah dilakukan pembicaraan lebih lanjut dengan pihak kabupaten/kota. Termasuk Kota Pekanbaru. Pihaknya melakukan inventarisir penyebab terjadinya banjir. Ini diperlukan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil langkah antisipasi ancaman bencana alam tersebut.

‘’Salah satu yang menjadi perhatian adalah siklus banjir besar dan pasang keling. Kondisi itu dikhawatirkan dapat berpengaruh pada kondisi banjir yang masih melanda beberapa daerah di Riau. Termasuk Kota Pekanbaru kita lakukan pembicaraan serius,’’ungkapnya.

Dampak banjir adalah tersebarnya berbagai penyakit disebabkan oleh penggunaan air yang digunakan masyarakat, baik air minum maupun air sumur yang telah tercemar oleh air banjir.  Air banjir membawa banyak bakteri, virus, parasit dan bibit penyakit lainnya, termasuk juga unsur-unsur kimia yang berbahaya.  Umumnya penyakit yang sering terjadi adalah diare dan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk seperti demam berdarah,  dan malaria.

Wali Kota Pekanbaru, Firdaus MT mengatakan, permasalahan banjir di Rumbai memang sudah lama terjadi. Hanya saja, saat pemantauan dilapangan ada beberapa oknum pengusaha yang secara sengaja menutup aliran sungai, sehingga menyebabkan terjadinya banjir besar. Sungai yang ditutup adalah Sungai Air Hitam.

Jelas, tegas mantan Kepala Dinas PU Riau ini, oknum tersebut melanggar Peraturan Daerah Nomor  10 tahun 2006,  tentang Sumber Daya Air dan Sumur Resapan. ‘’Kita sudah ambil tindakan tegas pengusaha yang menutup tersebut. Mereka harus membongkarnya karena sudah membuat masyarakat sekitar terkena dampak banjir,’’ ujarnya.

Selanjutnya, Pemko Pekanbaru melakukan pengerukan drainase untuk mengambil endapan sedimentasi tanah. Dengan begitu, permasalahan banjir paling tidak bisa diminimalisir. Pembuatan sumur resapan sudah diminta untuk disosialisasikan kepada masyarakat. Dengan begitu, daerah resapan air hujan bisa mengalir dilokasi tersebut.

‘’Kita sudah melakukan tindakan yang perlu dilakukan terkait dengan banjir ini. Harapannya permasalahan banjir tidak menuai permasalahan lagi kedepannya,’’ ungkapnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook