PEKANBARU (RIAUPOS.CO) Selasa (11/12) pagi, warga Kota Pekanbaru sudah dibuat heboh. Banjir di mana-mana. Hujan deras yang turun dini hari menyebabkan genangan air cukup dalam di hampir semua jalan protokol. Aktivitas warga pun jadi terhambat.
Seperti yang dialami Andika Akbar. Pelajar kelas 1 SMP swasta di Jalan Marsan, Panam ini sampai ke sekolahnya dengan kondisi sepatu dan celana panjang yang basah. Ini terjadi karena Andika harus berjalan kaki melewati genangan air untuk sampai ke sekolahnya.
Pagi itu, seperti biasa, ia diantar ayahnya Mardianto ke sekolah dengan sepeda motor. Tapi mereka tak menyangka Jalan HR Soebrantas akan banjir sedalam itu. Mereka harus tetap lewati banjir karena pagi itu Andika ada ujian semester.
Motor Mardianto mogok. Tak ingin terlambat mengikuti ujian, Andika terpaksa turun dari motor dan berjalan kakisampai ke sekolahnya.
“Karena motor mogok, anak saya terpaksa jalan kaki ke sekolah dari Jalan HR Soebrantas tepatnya di dekat persimpangan Jalan Putri Tujuh ke sekolahnya yang ada di Jalan Marsan. Sepatu dan celananya basah. Ia buru-buru ke sekolah pagi itu karena ujian,” kata Mardianto.
Tidak berselang berapa lama, Andika kembali menghubungi ayahnya bahwa ujian hari itu ditunda karena banyak rekannya yang tidak bisa hadir ke sekolah karena Pekanbaru pagi itu dikepung banjir. Macet juga terjadi di mana-mana.
“Katanya Pekanbaru ini smart city, wali kotanya juga master teknik. Tapi giliran drainase, master panik. Bagaimana anak-anak mau smart kalau ke sekolah saja harus terhambat banjir,” ujarnya kesalnya.
Rike, seorang karyawan swasta juga harus terlambat mengantar anak ke sekolah. Macet panjang terjadi di jalan karena banjir. Padahal pagi itu, ia sudah berangkat lebih awal mengantar anak ke sekolah.
“Saya berangkat dari rumah di Jalan Parit Indah pukul 06.30 WIB, tapi karena macet baru sampai sekolah di Jalan Arifin Achmad pukul 09.00 WIB. Biasanya hanya perlu waktu 30 menit ke sekolah, tapi karena banjir di mana-mana, jadi macet,” katanya.
Sementara banjir yang melanda Jalan Cipta Karya ujung juga membuat Ari terpaksa terlambat masuk kerja. Meski rumahnya tidak kena banjir, namun akses jalan ke rumah dan banyaknya jalan tergenang mengharuskan dia minta izin terlambat masuk kantor.
‘’Terpaksa harus minta izin terlambat. Banjir di mana-mana. Mulai di Jalan Cipta Karya, Jalan Soebrantas hingga Soekarno-Hatta,’’ ujar pria yang bekerja di seputaran Jalan Soekarno-Hatta ini. Bahkan untuk antisipasi ia sengaja memakai sandal dan menyimpan sepatu dan tas kerja di jok motor.
Kondisi banjir yang cukup parah terlihat simpang Jalan Soebrantas dan Jalan Soekarno-Hatta, atau dekat proyek flyover. Banyak kendaraan yang mogok akibat pengendara memaksa menerobos banjir. Bagi sebagian pengendara yang tahu, mereka memilih menghindari Simpang Pasar Pagi itu dan melewati Jalan Kamboja atau Jalan Anggrek menuju Jalan Soekarno-Hatta.