Kedai kopi menjamur. Ini disebabkan karena tingginya peminat kopi sejak beberapa tahun belakangan. Bisakah meningkatkan ekonomi kerakyatan?
RIAUPOS.CO - Diakui, dari dulu, masyarakat tidak tertarik dengan membuat perkebunan kopi. Karena, saat itu, selain pemasaran yang sulit, harga kopi perkilonya sering tidak menentu.
Namun, dengan berjalannya waktu, kopi saat ini sudah menjadi kebutuhan sebagian masyarakat. Usaha-usaha kedai kopi, terutama di Kabupaten Kuantan Singingi boleh dibilang menggiurkan.
Seperti kedai Kopi Caghonti yang terletak di Kelurahan Sungai Jering ini. Setiap pagi, kedai ini dipenuhi oleh pecinta kopi asli daerah. Bahkan, kedai kopi yang terletak di pinggir jalan Telukkuantan-Pekanbaru ini dipenuhi hingga malam.
Menurut owner Kedai Kopi Caghonti, Siwan Rizon SH kepada Riau Pos, Sabtu (11/2) menyebutkan bahwa usaha kedai kopi Caghonti sudah dimulai dari tahun 1980. Sudah menjadi turun -temurun bagi keluarga.
Saat ini kata Siwan Rizon, pihaknya berharap masyarakat bisa memanfaatkan lahan untuk menanam kopi. Sebab, dalam beberapa tahun belakangan kebutuhan kopi di Kuansing kian meningkat.
“Kami juga sudah menyiapkan lahan untuk menanam kopi asli Kuansing. Sekarang, kopi Caghonti sudah menjadi minuman tradisional terpopuler di Riau. Sehingga kedepan akan membutuhkan stok yang lebih banyak,” kata Siswan.
Siswan juga membeberkan, permintaan pasar dari luar Kuansing juga meningkat. Yang menjadi nama kopi Caghonti semakin dikenal karena rasanya yang khas. Itu tidak terlepas dari cara pengolahan sebelum menjadi bubuk kopi.
Kopi Caghonti dalam kemasan siap dipasarkan.
Setelah kopi panen, kata Siswan, kemudian dibersihkan dan dijemur, lalu setelah kering biji kopi siap direndang dengan proses tradisional selama lebih kurang 3,5 jam. Setelah masak, kopi dimasukan kedalam bak kopi untuk didinginkan. Kemudian biji kopi matang siap dihaluskan sesuai dengan kebutuhan pemakaian.
Salah seorang penikmat kopi Caghonti bernama Hasben mengaku, rasa kopi Caghonti memang berbeda dengan kopi-kopi yang pernah ia nikmati.
“Saya sudah mencoba kopi-kopi yang ada di Kabupaten/kota yang ada di Riau. Namun, kopi Caghonti yang menjadi minuman khas daerah Kuansing ini jauh lebih nikmat,” kata Hasben.
Hasben berharap kepada pemerintah daerah Kuansing supaya lebih mensosialilasikan dan mempopulerkan kopi Caghonti kepada daerah lain.
“Jika perlu, setiap tamu-tamu dari luar yang datang ke Kuansing, Pemerintah Kuansing harus menyuguhkan kopi Caghonti kepada tamu tersebut. Apalagi kalau dijadikan sebagai buah tangan. Sehingga ada kesan menarik yang mereka bawa dari Kuansing,” harap Hasben.
Menanggapi hal itu, Pemerintah Kabupaten Kuansing melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuansing sudah melakukan promosi Kopi Caghonti sejak beberapa tahun yang lalu.
Seperti yang disampaikan Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kuansing, Azhar, kepada Riau Pos, Sabtu (11/2) bahwa baru-baru ini kopi Caghonti masuk dalam minuman khas tradisional daerah terpopuler.
“Iya. Akhir Januari 2023 kemarin, kopi Caghonti mendapat anugrah sebagai minuman tradisional terpopuler pada acara launching Calender of Event Provinsi Riau 2023. Ini merupakan kebanggaan bagi kita,” kata Azhar.
Azhar berharap, masyarakat supaya mulai menanam kopi di lahan-lahan kosong untuk menambah pasokan kopi yang kebutuhannya saat ini meningkat. Ini juga bagian dalam rangka meningkatkan ekonomi kerakyatan.
Azhar membeberkan, penanaman kopi tidak terlalu sulit. Sebab, tananaman ini hampir tidak ada musuh yang akan mengganggu tanaman ini hingga panen. Berbeda dengan tanaman lain yang harus dipagar supaya tidak diganggu oleh hewan.
“Kami akan berkoordinasi dengan OPD terkait untuk memudahkan masyarakat dalam penanaman kopi ini. Sehingga ada pengawasan sebagai sosialisasi cara menanam kopi,” kata Azhar.
Dengan demikian, pemerintah Kabupaten Kuansing akan mendukung seluruh kebutuhan dalam hal promosi supaya minuman khas daerah ini semakin dikenal di luar Kuansing.
“Kalau di Kuansing sendiri, tidak ada yang tidak kenal dengan kopi Caghonti. Sekarang, kita bagaimana supaya minuman khas daerah ini bisa populer di daerah lain. Sehingga dimana-mana daerah ada cabang kopi Caghonti,” kata Azhar.
Hal yang sama juga disampaikan salah seorang pengurus IKKS Pekanbaru, Aman Lingga Wisnu. Menurutnya, dengan dinobatkanya kopi Caghonti sebagai minuman tradisional terpopuler di Riau, maka kabupaten Kuansing menambah satu potensi untuk menjadikan negeri wisata baru.
“Jika orang ke Kuansing, selain budaya pacu jalur, yang terpikir dibenak orang itu adalah kopi Caghontinya. Sehingga ada keinginan untuk menikmatinya. Nah, ini salah satu jalan juga bagi masyarakat untuk meningkatkan ekonomi,” kata Arman Lingga.
Arman Lingga membayangkan, jika program pemerintah ini berhasil, maka keuntungan yang paling dirasakan adalah oleh masyarakat.
“Saya setuju lahan kosong masyarakat ditanam kopi. Kalau dilihat, progresnya bagus. Karena kebutuhan kopi tidak saja di Kuansing, tapi di daerah lain juga meningkat,” sebut Arman Lingga.
Kalau sebelumnya, beber Arman Lingga, masyarakat lebih mengenal kopi dari Sumbar dan Aceh, ia berharap, ke depan, seluruh kedai kopi di Riau menyediakan kopi Caghonti.
“Coba kita lihat di Sumbar. Mereka berjualan makanan khas daerah, seperti sanjai. Ini sudah menjadi usaha sendiri setiap kios. Nah, kita maunya seperti itu. Sehingga masyarakat bisa mengolah kopi Caghonti sendiri-sendiri untuk dijual,” kata Arman Lingga Wisnu. (gus)
Laporan MARDIAS CAN, Telukkuantan