Hamparan jagung, buah naga, pepaya, kacang panjang, ubi kayu, cabai dan jenis sayuran lainnya tumbuh dengan subur. Di atas lahan seluas satu hektare yang masuk wilayah RW 06, Kelurahan Muara Fajar, Kecamatan Rumbai Pesisir itu merupakan lahan kosong dan terlantar. Masyarakat sekitar memanfaatkannya untuk bercocok tanam.
Laporan, MASHURI KURNIAWAN, Pekanbaru
Lahan yang dikelola Ikatan Kelompok Pertanian Muara Fajar Mandiri (IKPM2) yang terlantar milik warga sekitar tersebut, sekarang sudah mendapatkan hasil. Itu berkat jerih payah kelompok tani. Lahan yang dulunya kosong kini menjadi hijau asri oleh tanaman-tanaman yang memberi berkah bagi petani.
Bahkan hasil lahan tersebut sebagiannya dibawa petani untuk diperjualbelikan di pasar tradisional yang ada di kota bertuah. Walaupun tidak begitu banyak, setidaknya bisa memberikan mafaat bagi masyarakat akan kebutuhan pangan seperti sayuran, cabai, mentimun, kacang panjang dan jenis sayuran dari lahan itu.
Seperti yang diketahui kebutuhan pangan penduduk Kota Pekanbaru saat ini masih tergantung dari daerah Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Barat (Sumbar).Bila terjadi keterlambatan pasokan dari dua daerah tersebut harga pangan seperti cabai, bawang merah, bawang putih, dan jenis sayuran lainnya mengalami peningkatan harga.
Ketua IKPM 2, Muhammad Yusuf Laia menjelaskan, di lokasi tersebut dirinya bersama dengan petani menanam tanaman sayuran dan beberapa komuditas pangan lainnya. Tanaman-tanaman tersebut membantu pendapatan petani sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi keluarganya dan lebih jauh dapat dijual demi kepentingan ekonomi.
Sayuran dan buah pepaya misalnya yang sudah ditanam petani sudah memiliki pelanggan tetap. Dengan memanfaatkan lahan pinjam pakai saja, sambungnya, sudah mendapatkan hasil dari pertanian. Apalagi memiliki lahan sendiri yang dibantu pemerintah hasil pertanian Kota Pekanbaru bisa dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
“Menurut saya bila kita memanfaatkan lahan yang kecil pun dapat menghasilkan untuk bercocok tanam. Sangat disayangkan jika lahan kososnga dibiarkan begitu saja terlantar di Kota Pekanbaru. Apalagi sampai dimanfaatkan untuk pembangunan ruko dan gedung saja. Harus ada wilayah yang digunakan untuk lahan pertanian,’’ kata dia kepada Riau Pos, akhir pekan lalu, disela-sela kegiatannya meninjau lahan pertanian Muara Fajar.
Menurut pria tengah baya yang sering disapa Laia ini, di Kota Pekanbaru cukup banyak lahan yang masih kosong, bahkan terlantar. Hal ini disayangkan karena kondisi tanahnya masih sangat bagus jika dimaksimalkan sebagai lahan pertanian. Jika lahan-lahan tersebut dapat dikelola petani, akan sangat membantu masyarakat sekitar yang berkeinginan untuk bercocok tanam.
“Kalau lahan terlantar yang ada dikelola secara baik, masyarakat akan sangat terbantu secara ekonomi. Begitu juga masyarakat sekitar dapat memenuhi kebutuhan pangan khususnya sayuran dari daerahnya sendiri,” ujarnya.
Laia menceritakan sedikit pengalamannya, awalnya sulit untuk mendapatkan lahan yang bisa dikelola oleh petani di Muara Fajar ini. Karena kebanyakan pemilik tanah yang kosong dan terlantar tersebut ada yang domisilinya luar daerah. Kesulitan lainnya dalam menjelaskan alasan pemakaian lahan.
Pemilik tanah sebelumnya sulit memberikan karena akan dibangun rumah. Namun ketika tahu bahwa tanah tersebut hanya difungsikan untuk pertanian, akhirnya diperbolehkan dengan sistem sewa, bagi hasil atau pun dengan kepercayaan.
Di Kota Pekanbaru ini, menurut dia, kebutuhan lahan pertanian sangat dibutuhkan bagi petani untuk dapat menyambung hidupnya yang pas-pasan di perkotaan. Konsep urban farming yang memanfaatkan lahan sempit atau kosong dan terlantar telah terbukti mampu mengangkat harkat petani dan memenuhi kebutuhan akan pangan khususnya sayuran bagi masyarakat.
Seperti yang dilakukan dua Kelompok Tani yang berada dibawah IKPM2 yakni Kelompok Tani Fajar Harapan dan Kelompok Tani Pemuda Mandiri. Dari dua kelompok tani ini saja sudah banyak hasil pertanian yang siap panen dan didistribusikan ke masyarakat. Walaupun hanya menggunakan lahan milik orang lain.
‘’Ini hendaknya disambut baik oleh pemerintah untuk bisa memanfaatkan lahan kosong dan terlantar. Pemerintah Provinsi Riau maupun Pemko Pekanbaru kami harap bisa membantu keinginan petani di Kota Pekanbaru ini,’’ pintanya.
Ketua RW 06 Herlana UU Supratono yang juga petani sayur di Muara Fajar mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan IKPM2 ini cukup bagus. Karena bisa memberikan manfaat besar bagi kemandirian pemuda dan masyarakat sekitar untuk terus bercocok tanam.
Paling tidak ada juga dari pemerintah membuat himbauan kepada pemilik tanah untuk bisa memberikan pengelolaan lahan terlantar milik mereka untuk dikelola para petani. Menurutnya, saat ini yang menjadi persoalan pertanian khususnya bagi masyarakat perkotaan yang bertani adalah kurangnya lahan.
“Kita berharap petani diberi kemudahan dalam mengelola tanah-tanah kosong untuk bertani dan diberikan bantuan, sehingga dapat menopang kemandirian pangan masyarakat,” imbuh Herlana.
Lanjut cerita tak jauh dari situ, pohon gaharu ditanam dengan baik oleh petani diatas lahan tersebut. Hanya saja tidak begitu banyak. Tak hanya didominasi oleh tanaman pertanian hortikultura, bagian tengah lahan juga bisa dilihat peohonan hijau tumbuh subur .
Menurut dia, sudah menjadi ciri masyarakat agraris jika terdapat lahan kosong, masyarakat akan terdorong untuk memanfaatkannya sebagai lahan pertanian. Tanaman apapun, yang dapat memberikan hasil akan ditanamnya. Tentulah ini dilakukan untuk menghindari jangan sampai lahan menjadi terlantar, karena banyak tanaman yang bisa ditanam dan menghasilkan.
Tidak jauh dari lokasi pertanian yang dikelola IKPM2 hamparan sayuran bayam, kangkung, cabai rawit, dan tanaman hortikultura juga tumbuh dengan subur. Pengolaan tanaman tersebut terlihat cukup baik, sehingga menghasilkan sayuran dan buahan yang bisa dinikmati masyarakat banyak.
Salah seorang petani, Tuniman (43) mengatakan, bersama dengan beberapa warga dirinya menanam tanaman sayuran. Bahkan beberapa warga menanam rambutan. Walaupun luas lahan yang dikelolanya tidak sampai setengah hektare, namun hasilnya cukup memberikan keuntungan bagi dirinya.
‘’Paling tidak mas, hasil tanaman ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan keluarga sehari-hari. Kalau tidak laku dipasaran ya dimakan sendiri,’’ ujarnya.
Tanaman ubi kayu dengan kondisi tanah menimbul dibagian atas tersusun rapi. Daun hijau dari ubi ini tampak subur dan siap dipetik untuk makan. ‘’Ubinya bisa dijual atau dimakan sendiri mas. Kalau daunnya bisa dimakan,’’ ungkapnya.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kota Pekanbaru, Syahmanar S Umar mengakui, untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat masyarakat mengandalkan daerah Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Dikarenakan, Kota Pekanbaru memang bukan daerah pertanian. Hanya saja, pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan lahan milik mereka yang kosong untuk menanam sayuran dan buahan.
Paling tidak hasil dari tanaman yang dilakukan masyarakat pada pekarangan rumah mereka bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemerintah daerah, sambungnya tengah berupaya memberdayakan pangan lokal. Tentulah ini dilakukan secara bersama dengan masyarakat petani yang ada.
Menurut dia, sistem pertanian saat ini akan terwujud, apabila lahan digunakan untuk sistem pertanian yang tepat dengan cara pengolahan yang sesuai. Apabila lahan tidak digunakan dengan tepat, produktivitas akan cepat menurun dan ekosistem menjadi rusak. Tanaman sayur, smabungnya merupakan contoh tanaman yang multifungsi.
Disatu sisi tampilannya cukup memberikan kesan dan ketika dipanen. Sayuran juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Bahkan jika jumlahnya cukup banyak bisa dijual yang akan memberikan keuntungan ekonomis.
Kecamatan Rumbai Pesisir, jelasnya, merupakan salah satu kecamatan yang menjadi sentra utama sayuran di Kota Pekanbaru. Daerah ini sebuah kawasan yang ideal untuk pengembangan komoditas sayuran.
“Pemko Pekanbaru terus berusaha membantu para petani membuka wawasan bertani yang baik, serta membantu dalam mengembangkan hasil-hasil pertanian yang mereka budidayakan. Meskipun lahannya terbilang tidak luas, petani setempat mampu mengoptimalkannya dengan menggunakan lahan untuk menghasilkan beraneka macam sayuran dalam sekali tanam,’’ paparnya.
Sekretaris Kecamatan Rumbai Pesisir, Nurhasminsyah SSTP Msi, menyebutkan, Kelurahan Muara Fajar memang menjadi salah satu daerah sentra pertanian di Kota Pekanbaru. Dirinya sangat mendukung kegiatan IKPM 2 yang telah melakukan pengelolaan lahan untuk bercocok tanam bersama masyarakat sekitar.
Kegiatan itu menurut dia, sangat mendukung dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat akan sayuran dan buahan. Secara ekonomis dengan kegiatan bercocok tanam tersebut sambungnya, bisa memberikan manfaat besar bagi kepentingan petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun bisa juga untuk menambah pendapatan perekonomian keluarga.
‘’Kita mendukung sepenuhnya kegiatan pertanian di Muara Fajar. Karena kegiatan tersebut membantu pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,’’ ungkapnya.
Terkait dengan penggunaan lahan terlantar atau tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya, pria yang sering disapa Amin ini mengungkapkan akan membicarakan ini terlebih dahulu bersama dengan camat dan unsur muspika.
‘’Perlu pembicaraan lebih lanjut dalam hal penyediaan lahan ini bagi masyarakat petani. Yang pasti kita sangat mendukung kegiatan bercocok tanam itu,’’ pungkasnya.***