Degradasi Hutan Ancam Tahura

Lingkungan | Minggu, 06 Oktober 2013 - 07:16 WIB

Degradasi Hutan Ancam Tahura
Begitu masuk dalam kawasan Tahura SSH pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan hijau perbukitan. Foto: Istimewa

Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH) merupakan ruang terbuka hijau yang paling efektif menunjang fungsi ekologis. Karena fungsinya selain menjadi paru-paru juga berfungsi sebagai penyangga pengaturan tata air, udara dan habitat flora, fauna. Vegetasi alam hayati yang terkandung dalam kawasan ini harus dijaga keseimbangannya dari degradasi.

 

MASHURI KURNIAWAN, Minas

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Degradasi yang  mengancam Tahura SSH dikarenakan ulah oknum tidak bertanggungjawab yang melakukan penebangan hutan dan merambah lahan menjadi perkebunan sawit . Kekayaan alam hayati yang terkandung di alam Tahura SSH jika tidak segera dihentikan satu persatu bisa habis dirambah pembalakan liar.

Dengan leluasa  perambahan hutan  mengancam pepohonan yang tumbuh menjulang ke langit dalam Tahura SSH itu.

Bercerita tentang Tahura SSH saat ini  bukan saja tentang keindahan tingginya puluhan anak tangga yang dibangun memanjat bukit atau pemandangan hutan sekundernya . Begitu juga dengan danau cantiknya .

Awal Oktober 2013 lalu, Riau Pos kembali berkunjung ke Tahura SSH yang lokasinya berada di daerah Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar, dan Kabupaten Siak.

Begitu masuk di dalam kawasan pengunjung disambut dengan panorama indah, udara sejuk, dan pepohonan hijau. Aliran air dari anak sungai yang tenang dan berwarna kecoklatan menyapa siapa saja yang berkunjung.

Suasana alamnya yang serba hijau dan pepohonan rindang bisa dijadikan tempat melepas  lelah dari kebisingan hiruk pikuk serta aktivitas kota.

 Vegetasi alam hayati di dalam lokasi  hutan cukup beranekaragam jenisnya.  Pepohonan seperti akasia, meranti, dan jenis pohon lainnya tumbuh subur di kawasan tersebut.

 Bukit-bukit yang berada dalam Tahura SSH ditumbuhi pepohonan hijau bisa menjadi tempat masyarakat melepas lelah.

Hanya saja kondisinya sedikit berbeda dari tahun 2012 lalu.  Pemandangan perkebunan sawit terlihat jelas di dalam kawasan tersebut sudah subur dan menghasilkan buah siap panen. Pohon sawit ini berjejer hijau diatas perbukitan.

Danau yang dahulunya berwarna coklat sekarang sedikit berubah bercampur lumpur. Walaupun ada perubahantersebut kondisi pepohonan di tempat  itu sudah lebat. Tumbuhnya sangat  rapat.

Monyet hitam juga masih bergelantungan di akar pohon.  Melompat dari pohon ke pohon lainnya.

Ekowisata alam Tahura SSH  bukan hanya menyimpan keindahan alam hayati semata, tetapi  menjadi tempat hidup satwa liar seperti biawak, harimau, beruang,  burung, babi hutan,dan jenis hewan lainnya. Bagi yang hobi memancing bisa menjadikan lokasi  danau untuk memancing nila, baung, mujair, gabus, dan ikan sungai lainnya.

Sayangnya degradasi  alam hayati di Tahura SSH saat ini menyebabkan lahan yang ditetapkan Menteri Kehutanan dan Perkebunan sesuai SK Menhutbun No. 348/Kpts-II/99 seluas 6172 hektare, banyak beralih menjadi lahan perkebunan.

Untuk menyelamatkan Tahura SSH dari perambah illegal ini menurut Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Riau, Zulkifli Yusuf, sangat penting kesadaran masyarakat terhadap lokasi itu.

Jika masyarakat, sadar betapa pentingnya hutan alami seperti Tahura SSH , masyarakat dengan sendirinya akan tergerak untuk menyelamatkan kawasan ini dari perambahan.

’’Kita terus melakukan penyelamatan dan pengawasan Tahura SSH ini. Namun, masyarakat diharapkan bisa membantunya. Mri bersama kita menjaga Tahura SSH,’’ imbuhnya.

Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, M Zanir SH menjelaskan, bersama dengan Dinas Kehutanan pihaknya selalu melakukan koordinasi menjaga vegetasi alam hayati yang terdapat dalam Tahura SSH.

Sebab kata dia, menjaga kelestarian alam sama saja dengan mempertahankan serta memperbaiki  kondisi alam  dan ruang pori-pori dalam tanah.

Menurutnya, Tahura SSH termasuk paru-partu Riau. Jika terjadi pencemaran lingkungan maupun penebangan hutan, pastinya berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat sekitar.

‘’Adanya hutan yang pastinya dapat mengurangi banjir. Karena hutan dapat menyimpan dan menahan air di dalam tanah,’’ ungkapnya.

Ia menyebutkan, sesuai dengan fungsinya, lahan yang ditumbuhi pepohonan memberikan pengaruh kehidupan sekitarnya. Pepohonan yang tumbuhdalam kawasan Tahura, sambungnya, berpengaruh besar terhadap struktur tanah, erosi, dan pengadaan air bagi masyarakat. Bagi manusia sendiri berhubungan dengan air tidak bisa dipisahkan.

 Air merupakan sumber kehidupan dan manusia memiliki tugas menjaga dan melestarikan alam agar sumber kehidupan itu tetap tersedia.

’’Saya berharap kita bersama menjaga Tahura ini dari degradasi. Janganlah melakukan penebangan pohon di paru-paru itu (Tahura SSH, red),’’ ujarnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook