Hal tersebut diperlukan agar terjadi transfer informasi dalam mengembangkan konsep bioflok sampai ke petani ikan. Begitu juga pada pelaku-pelaku usaha yang bersentuhan dengan pemanfaatan sumberdaya alam.
Salah seorang pengusa kolam ikan konvensional, Yendra (30) mengatakan pernah mendengar informasi tentang biflok tersebut. Ia mengaku belum mengetahui inovasi tersebut secara mendetail. Kendati demikian, Pria asal Kabupaten Kuantan Singingi ini cukup tertarik untuk mengetahui tekhnologi yang diklaim dapat meningkatkan produktifitas tersebut.
‘’Belum saya belum tau seperti apa Tekhnologi bioflok tersebut. Tapi kalau tidak merusak lingkungan dan hasil budidaya menjadi meningkat itu cukup baik juga tekniknya,’’ ujar pria yang menjadikan usaha budidaya ikan sebagai salah satu sampingan usahanya itu.
Hal senada disampaikan Basir (43), pria yang pernah menggeluti usaha pemanfaatan dan pembudidayaan ikan itu juga belum mengetahui secara terperinci terkait bioflok tersebut. Menurutnya, langkah sosialisasi perlu dilakukan agar hasil inovasi tersebut dapat dimaksimalkan sampai ke masyarakat.
‘’Kalau masyara kat atau petani ikan dengan lahan yang tidak luas tentunya menggunakan sistem konvensional. Karena lebih murah dan efisien, kalau ada cara baru dan lebih murah, mungkin itu perlu disosialisasikan,’’ urai pria asal Indragiri Hilir itu.***