Ia juga menyebutkan teknologi tersebut akan diterapkan lagi pada ikan rawa lainnya seperti ikan selais dan jenis ikan rawa lainnya. Tujuan kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas media budidaya, perubahan kualitas air, dosis bioflok sesuai untuk air gambut.
Manfaat dari penelitian ini, sambung Ibrahim adalah untuk menghasilkan inovasi serta meningkatkan tekhnoligi. Sehingga mampu meningkatkan produktivitas air rawa gambut melalui teknologi pembaharuan tersebut.
“Kawasan rawa gambut ini juga menjadi kawasan pengembangan budidaya perikanan dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat. Ini yang sedang kita coba gali tentunya dengan tetap mengedepankan konsep ramah lingkungan,” imbuhnya.
Ia juga mengharapkan dengan teknologi bioflok ini dapat menjadi percontohan pemanfaatan air rawa gambut, baik di tingkat lokal hingga nasional. Sehingga bisa menjadi tempat pusat pelatihan bagi teknologi pengembangan dan pemanfaatan di hutan rawa gambut.
Ibrahim juga menyebutkan teknologi ini pihaknya juga bekerjasama dengan para peneliti di Universitas Riau. Langkah tersebut ditempuh, agar adanya masukan dan penyempurnaan untuk memaksimalkan inovasi sistem bioflok ini.
“Kedepannya teknologi ini juga menjadi solusi mengatasi kebakaran hutan di Riau kedepannya. Tak hanya itu, untuk rawa hutan sawit ini akan disekat kanal ini agar budidaya biota air ini tidak kering airnya,” harapnya lagi.
Perlu Disosialisasikan
Pengembangan Tekhnologi bioflok ini idealnya dapat disosialisasikan ke masyarakat. Khususnya para petani ikan yang mengembangkan budidaya di kawasan hutan rawa gambut.