PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Abrasi di Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis semakin mengkhawatirkan. Di mana hampir setiap tahun jumlah daratan di salah satu pulau terluar Provinsi Riau itu terus berkurang. Luasannya cukup fantastis, yakni mencapai 42,57 hektare per tahun. Hal itu disampaikan anggota Komisi II DPRD Riau Bagus Santoso, Rabu (27/2) petang.
Bagus menyebut, pernyataan yang ia sampaikan bukan tanpa dasar. Itu setelah dirinya datang langsung ke Pulau Bengkalis, beberapa waktu lalu.
“Kalau saya melihat, Pulau Bengkalis terancam hilang. Sebab setiap tahunnya terus berkurang daratannya. Ini yang saya khawatirkan kehidupan juga hilang di sini,” sebut Bagus.
Abrasi sendiri, dikatakan dia sudah mulai mengancam warga di sepanjang pesisir utara Pulau Bengkalis. Seperti mulai ujung pulau Desa Teluk Pambang, Bantan Air, Mentayan, Selat Baru, Jangkang sampai Pangakalan Batang. Tidak hanya bibir pantai yang terjun ke lautan. Tetapi sudah menjamah pemukiman dan perkebunan warga.
Ia kemudian menceritakan salah satu hasil penelitian dosen Teknik Sipil Universitas Riau bernama Sigit Sutikno. Dari informasi yang didapat Bagus, abrasi sendiri selain karena hantaman gelombang laut dan pertahanan hutan bakau minim, juga terjadi akibat alih fungsi lahan menjadi kebun sawit.
“Memang ada alih lahan ke kebun sawit oleh perusahaan pada ujung Pulau Bengkalis. Itu dari hasil penelitian yang saya dapat adalah penyebab utama. Kondisi Pulau Bengkalis, semula ditutupi bakau, hutan rawa gambut dan tanaman laut, berubah jadi lahan sawit sekitar 11.000 hektare,” ucapnya.
Dari penelitian itu pula, Bagus menyebut perubahan garis pantai selama 26 tahun lalu sudah mencapai 1.504,93 hektare. Atau jika dirata-ratakan mencapai 42,57 hektare per tahun.
Agar permasalahan tersebut bisa ditangani, Bagus meminta pemerintah pusat melakukan program dan kegiatan penanggulangan bencana abrasi pulau Bengkalis dari APBN.
“Pulau ini gerbang Indonesia dengan negara jiran. Wajib Jakarta memprioritaskan, ini sudah bencana” kata politisi PAN itu.(nda)