Cegah Kanker Rahim, Ketahui Resikonya

Ladies | Senin, 24 September 2018 - 16:08 WIB

Cegah Kanker Rahim, Ketahui Resikonya
dr DENISA VALIANTY

(RIAUPOS.CO) - Kaum hawa memiliki beberapa potensi penyakit spesifik yang tidak ditemukan pada kaum adam. Salah satu dari penyakit tersebut adalah kanker rahim. Penyakit satu ini rentan terjadi pada wanita yang tidak menjaga dan tidak peduli dengan kesehatan rahimnya. Terlebih bagi yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat.

Sebelum terlambat, Ladies bisa mencegah diri dari cengkraman kanker rahim. Salah satu caranya tentu Ladies harus mengenal dulu lebih jauh tentang kanker rahim dan apa saja risikonya. Lebih jauh, dokter Denisa Valianty menjelaskan, bahwa rahim atau uterus terbagi menjadi 3 lapisan. Dari luar ke dalam, ada perimetrium, miometrium, endometrium. 

"Endometrium ini lapisan yang meluruh pada saat menstruasi. Kanker pada rahim, paling sering terjadi di lapisan ini," ujarnya.
Baca Juga :Inilah Gejala dan Faktor Risiko Kanker Rahim

Dilanjutkan oleh dokter yang akrab disapa dokter Ica ini, istilah kanker merujuk pada keganasan. Jadi, sel-sel mengalami mutasi genetik menjadi sel-sel yang tidak normal dan bertumbuh. Hingga merusak sel-sel sekitar. Bahkan, bisa menyebar jauh ke bagian tubuh lainnya. 
Penyebab pasti dari kanker rahim, sama seperti kanker pada umumnya, belum diketahui. Yang diketahui, adalah faktor-faktor risikonya. Adapun faktor risiko tersebut diantaranya adalah ketidakstabilan hormonal antara dua hormon utama wanita, yaitu estrogen dan progesteron. Maksudnya adalah, semakin sering atau lama endometrium terpapar estrogen, semakin tinggi risiko terkena kanker endometrium.

’’Misal pada wanita-wanita yang menstruasi pertamanya terjadi  lebih cepat atau pada wanita obesitas atau wanita dengan sakit diabetes melitus. Ketidakstabilan hormon ini yang paling umum menjadi faktor risiko dari penyakit kanker rahim," terangnya.

Faktor lain adalah usia lanjut. Kanker ini memang banyak dijumpai pad wanita usia lanjut. Biasanya yang sudah menopause dan juga pada wanita-wanita yang menjalani terapi hormonal.

Kemudian, bisa pula terjadi pada wanita-wanita yang menderita kanker lain yang bisa meningkatkan kadar hormon estrogen. Seperti kanker ovarium indung telur.
Wanita yang pernah kena kanker payudara sebelumnya juga memiliki risiko yang sama. Karena ada salah satu pengobatan kanker payudara yang bisa menyebabkan pertumbuhan lapisan endometrium. Hingga bisa menjadi kanker pada bagian rahim.

Menariknya, faktor risiko kanker rahim juga berpotensi terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil sama sekali. Sebab, pada saat hamil, ada perubahan hormonal, yaitu kadar progesteron yang lebih tinggi. Ini memberikan efek perlindungan ke endometrium. Karena paparan ke estrogen jadi berkurang. Hal ini membuat risiko kanker rahim pada wanita yang tidak pernah melahirkan menjadi lebih besar dibanding wanita yang melahirkan. Untuk memastikannya, wanita yang tidak melahirkan disarankan untuk konsultasikan ke dokter ahli kandungan, spesialis obstetri ginekologi. Karena, penyebab tidak hamil juga bermacam-macam. Jadi, terapinya juga beda-beda.

Lebih lanjut, faktor risiko kanker rahim lainnya ialah ada riwayat penyakit serupa (kanker rahim atau kanker lainnya, red) dalam keluarga. Dengan kata lain, faktor genetik bisa berpengaruh. Tapi tidak selalu. Di sisi lain lifestyle juga bisa menjadi faktor risiko. Misalnya merokok, diet (kebiasaan makan) yang tidak sehat, minim olahraga dan lainnya. 

Selanjutnya, gejala yang paling umum ditemukan pada hampir semua pasien kanker endomet ini adalah perdarahan vaginal yang tidak normal. "Ya, pendarahan tidak normal jadi gejala awam dari penyakit ini. Jadi, ada yang haidnya menjadi banyak sekali darahnya atau perdarahan di antara siklus mens. Atau bahkan perdarahan seperti mens setelah wanita itu menopause. 
Bisa juga keluar cairan berwarna yany bukan darah. Seperti keputihan, tapi berbau dan banyak. Gejala lainnya bisa nyeri perut, terutama di bagian bawah, teraba massa (benjolan), atau berat badan yang tiba-tiba turun drastis, seperti gejala kanker pada umumnya," paparnya lagi.

 Jika Ladies sudah merasakan gejala seperti itu, jangan sesekali diabaikan. Meski belum tentu itu adalah gejala dari kanker rahim, namun pemeriksaan lebih lanjut tentu sangat diperlukan. Guna memastikan kondisi rahim kita.

Jika memang benar ternyata kanker rahim dan dibiarkan begitu saja, dikhawatirkan, stadium kanker  meningkat. Semakin tinggi stadium, semakin kecil kemungkinan sembuh.

Perkembangan kanker rahim sendiri dijelaskan dokter Ica pada dasarnya mirip dengan kanker lainnya. Untuk naik dari stadium satu ke stadium di atasnya (yang artinya bertambah berat, red), berbeda pada masing-masing orang. Bukan hanya stadium, metastasis (penyebaran ke baguan tubuh lain) juga berbeda. Pun  dipengaruhi pula dengan apakah pasiennya sudah diterapi atau tidak.

"Kalau pasien mendapat penganganan cepat, survival rate atau angka kemungkinan untuk bertahan hidup semakin tinggi. Karena, semakin rendah stadium, pilihan terapi masih lebih bervariasi dan kemungkinan hidup lebih tinggi.

 Makanya para wanita harus perhatian sama kesehatan organ reproduksinya. Mulai dari yang sederhana seperti perhatikan siklus haidnya," tegasnya.

Lalu, apakah penderita kanker rahim berkemungkinan untuk sembuh? Menjawab hal tersebut, dokter berhijab ini mengaku bahwa dalam kanker, istilah yang digunakan bukan sembuh, tapi remisi. Karena risiko untuk kambuh (relaps) selalu ada. 

Untuk tindakan medis yang bisa dilakukan  terhadap penderita kanker rahim adalah terapi. 

Beberapa pilihan terapinya adalah  tindakan pembedahan, kemoterapi, radiasi, dan terapi hormonal. Semua tergantung stadium, kondisi klinis pasien

"Terapi pasien  kanker berbeda-beda waktunya. Misal kanker yang masih bisa diangkat total dengan operasi. Setelah operasi, masih tetap harus dikontrol. Kalau kankernya diradiasi atau kemoterapi, perlu beberapa bulan hingga tahun. Sebab, kalau terapi yang begitu banyak siklusnya dan tidak bisa dilakukan kalau pasiennya sedang tidak fit. Karena efek samping radiasi atau kemo juga cukup berat. Jadi, hanya dijalankan pada pasien yang kondisi tubuhnya lagi stabil atau fit," terangnya lagi.

 Karena itu pula, menurut dokter satu ini, sulit untuk membahas angka dikasus-kasus kanker. Tidak lain karena  pengobatan pun seringkali ditunda kalau pasiennya jelek kondisinya.

Nah, buat Ladies yang merasa punya risiko seperti itu, mulai sekarang bergegaslah lakukan pencegahan. Pencegahan bisa dilakukan dengan menjalani gaya hidup sehat. Yang paling utama, jaga makanan. Hindari makanan berlemak, karena bisa ganggu metabolisme estrogen.

Di samping itu, olahraga juga penting untuk membakar lemak. Lalu, sebagai wanita, Ladies juga harus aware dengan kelainan yang terjadi pada tubuh. Terutama kalau sebelumnya sudah pernah menderita penyakit serupa kanker pengobatan sama seperti kanker lain.

Kepada wanita di manapun berada, dokter Denisa berpesan untuk terus menjaga gaya hidup atau lifestyle. "Faktor risiko ada yang nggak bisa kita kontrol seperti usia dan keturunan. Tapi, ada juga yang bisa kita kontrol, yaitu lifestyle. Jadi, sebisa mungkin jagalah kesehatan. Cari ilmunya, cari ke diri sendiri ada nggak faktor risikonya. Makan makanan yang sehat. Hindari yang kandungan lemaknya terlalu tinggi. Apalagi kalau tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup.

Kita harus jadi wanita aktif. Baik dalam hal cari ilmu, dalam hal ini soal kesehatan dan aktif jaga makan, aktif gerak," tutupnya.(kom)

Laporan: SITI AZURA
Foto: KOLEKSI PRIBADI









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook