TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO) - Kampung Batik Kecamatan Gunung Toar, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) menjadi kampung batik pertama di Provinsi Riau.
Kampung Batik ini diresmikan oleh Bupati Kuantan Singingi, diwakili Plt Asisten II Setdakab Kuansing, Andri Yama Putra, Senin (10/1/2021) lalu di Gunung Toar, Kabupaten Kuansing.
Turut hadir istri Wakil Gubernur Riau, Suti Mulyadi Edy didampingi Ketua Dharma Wanita Kabupaten Kuansing, Yulia Suhardiman Amby.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Koperasi, Perdagangan and Perindustrian (Kopdagrin) Kuansing, Drs Azhar MM, mengatakan rumah-rumah batik dengan motif bercirikan kearifan lokal tumbuh subur di Kuansing.
“Ini diawali dengan berdirinya banyak Kelompok-Kelompok Usaha Batik (KUB), sehingga Gunung Toar layak dinobatkan menjadi sentra batik Kuansing,” kata Azhar.
Azhar menambahkan, saat ini terdapat 9 KUB di Gunung Toar dari total 21 KUB yang tersebar di Kuansing. Untuk itu, Azhar meminta kepada para pengrajin batik di Kuansing untuk terus meningkatkan kualitasnya. Terlebih dengan menggeliatnya usaha batik, sangat berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.
Salah satu pengrajin batik kuansing, Surmayanti, menjadi perempuan pertama yang gencar mempromosikan kerajinan batik dengan motif adat kebudayaan Kuansing seperti motif jalur dan takuluak barembai. Saat ini sebanyak 20 motif kreasi Rumah Batik Nagori yang dikelola Surmayanti telah diakui memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dam Hak Asasi Manusia.
Peresmian Gunung Toar sebagai Kampung Batik pertama ini juga tidak terlepas dari perjuangan Sumaryanti yang menginginkan perubahan terhadap kampung halamannya.
Ia menceritakan awal mula terjun ke dunia membatik di tahun 2016 lalu. Ia dan salah satu rekannya, Awaluddin, diutus oleh Dekranasda Kuansing untuk mengikuti pelatihan membatik di Rumah Batik Andalan, Program Community Development (CD) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Pelalawan.
“Kami ikut pelatihan selama dua minggu waktu itu dan setelah itu kami sepakat dan bertekad untuk membangun Rumah Batik Nagori,” tuturnya.
Saat ini Rumah Batik Nagori memiliki 87 pengrajin yang sebagian besar merupakan anak-anak muda kreatif di Gunung Toar.
“Saya merasa bangga ditetapkannya Gunung Toar sebagai Kampung Batik, ini berkat dukungan dari Ibu Camat Gunung Toar, Dekranasda Kuansing, dan program binaan dari PT RAPP,” ungkapnya.
Peran serta RAPP dalam pengembangan batik di Kuansing sejalan dengan program pemberdayaan perempuan RAPP yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan di sekitar operasianal RAPP. Bermula dari Rumah Batik Andalan dengan motif khas ombak Bono di Pelalawan, kemudian disusul oleh Rumah Batik Pertama di Kuansing.
Dukungan dari pemerintah terhadap perkembangan batik Kuansing juga menjadi kunci tumbuh kembang Gunung Toar menjadi sentra batik di Kuansing. Terlebih dengan terbitnya Peraturan Bupati Nomor 36 tahun 2021 tentang pakaian dinas ASN dan honorer di lingkungan Pemkab Kuansing.
Perbup tersebut mewajibkan ASN dan honorer untuk memakai Batik Kuansing setiap hari Kamis. Hal ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Sebab penerapan peraturan menjadi bagian dari upaya dari peningkatan ekonomi masyarakat melalui gerakan cinta produk UMKM lokal Kuansing.
Editor: Hary B Koriun