Berawal dari cerita Tepian Narosa, sebuah karya Tari Surak Rang Kuantan menjalar ke Istana negara. Penampilannya dalam rangka HUT RI tersebut tentu menjadi kebanggaan masyarakat Kuansing.
(RIAUPOS.CO) - Dalam karya itu, penata hanya menghadirkan sketsa tentang beberapa kebiasaan masyarakat di Tepian Narosa tempo dulu dan masa sekarang.
Dulunya, Tepian Narosa hanya sebagai jamban, tempat mandi, menjadi pelabuhan tempat bongkar muat hasil panen kebun, sawah ladang dan hasil menangkap ikan para nelayan, sekaligus juga tempat curhat mak-mak.
Namun sekarang terjadi pergeseran eksistensi dan fungsi. Tepian Narosa kini menjadi tempat wisata serta arena gelanggang Pacu Jalur yang setiap tahunnya dapat menarik wisatawan, baik dalam maupun luar negeri.
Di tepian Narosa akan selalu terlihat bagaimana indahnya kebersamaan bergotong royong, kelakar, senda gurau penuh tawa riang, semangat kerja penuh tanggung jawab dan sportivitas telah menjadi tradisi disaat pacu jalur tiba.
Menurut Ketua 1 Dewan Kesenian Kuantan Singingi (DKKS) Epi Martison bahwa dari dulu sampai sekarang surak (teriakan) kayua, kayua, kayua tidak akan pernah hilang dari ingatan rang Kuantan.
Karena suara teriakan itulah yang terdengar dari perserta lomba saat pacu jalur berlangsung. Sehingga bunyi teriakan itu sangat dirindukan oleh masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi sampai saat ini.
“Tahun ini, atas kesepakatan bersama dan melihat resiko akibat Covid-19, maka pacu jalur ditiadakan,” kata Epi.
Beberapa prestasi yang diraih Kelompok Tari Kabupaten Kuantan Singingi antara lain, karya Owo, Juara Parade Tari Riau (2013). Manetek Onou, Juara tari Provinsi. Parahu Baghanduang, juara provinsi dan Parade Tari Taman Mini Indonesia Indah 2015. Surak Rang Kuantan, juara parade Tari Provinsi Riau dan Parade Tari TMII 2019.(ksm)
Laporan Mardias Can, Telukkuantan